12/29/17
12/7/17
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
PENDAHULUAN
Kadangkala manusia melakukan perbuatan tanpa mengetahui tujuannya,
disebabkan oleh keinginan instinktif untuk hidup yang ada dalam fitrahnya.
Dalam kehidupan manusia yang telah baligh, berakal dan sadar, biasanya dia
berpikir dan mengarah kepada suatu tujuan tertentu yang hendak dicapainya di
balik perbuatannya.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi
pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab,
terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai
kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya
yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi
industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan
diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk
meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri,
perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap
sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan
secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai
keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik
yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan
menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang
bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma
pendidikan Barat yang sekular.
Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak
berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan.
Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya
dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan
nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada
kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya
moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan lebih komprehensif
dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata
menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa : ”al-umuru bimaqosidiha”,
bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana
yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya
berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai bukan semata-mata berorientasi pada
sederetan materi. Karena itulah, tujuan pendidikan Islam menjadi kompenen
pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan
kompenen-kompenen pendidikan yang lain.
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha,
agar kegitan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting
lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.[1]
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang:
1. Tujuan
dan tugas hidup manusia
2. Memerhatikan
sifat-sifat dasar (nature) manusia
3. Tuntutan
masyarakat
4. Dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Prinsip apa saja dalam formulasi tujuan
pendidikan Islam?
2. Komponen
apa saja dalam tujuan pendidikan Islam?
3. Formulasi
apa saja dalam pendidikan Islam?
Adapun yang menjadi tujuan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Prinsip formulasi tujuan
pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui Komponen dalam tujuan pendidikan
Islam
3. Untuk mengetahui Formulasi dalam pendidikan Islam
B.
Tujuan Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan
John Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia. Dalam kongres taman
siswa yang pertama pada tahun 1930 Ki Hajar Dewantara menyebutkan
: pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak, dalam
taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang dididik selaras
dengan dunianya.[2]
Menurut UU 20/2003
SISDIKNAS Bab 1 pasal 1 ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengetahuan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara [3]
2. Pengertian Pendidikan Islam
Istilah “Pendidikan”
dalam konteks Islam dikenal dengan menggunakan term (at-Tarbiyah, at-Ta’lim,
at-Ta’dib, dan ar-Riyadloh). Setidaknya term tersebut mempunyai makna yang
berbeda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, walaupun dalam hal-hal
tertentu, term-term tersebut mempunyai kesamaan makna. [4]
Pengertian istilah
menurut Muhammad al-Toumi al-Syaibany : Proses mengubah tingkah laku individu
pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi
asasi dalam masyarakat [5]
Menurut Muhammad Fadlil al-Jamaly : Upaya mengembangkan, mendorong serta
mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan
kehidupan yang mulia sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.[6]
Menurut Ahmad Tafsir pendidikan Islam adalah bimbingan yang
diberikan oleh seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[7]
C.
Pengertian Tujuan Pendidikan Islam
Pengertian secara Terminologi tujuan adalah
arah, haluan, jurusan maksud. Atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu kagiatan. Atau menurut
Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai.[8]
Pengertian secara Epistimologis tujuan
pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefinisikan pendidikan itu sendiri
yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam dan ilmu
serta dengan pertimbangan prinsip-prinaip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut
istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam memiliki visi dan misi yang ideal,
yaitu "RohmatanLil'alamin". Mundzir Hitami berpendapat bahwa
tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi
oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-kainginan lainnya.[9]
D.
Prinsip-Prinsip Dalam Formulasi
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna
menghantar tercapainya tujuan pendidikan Islam. Prinsip itu adalah:[10]
1.
Prinsip universal (syumuliyah)
Prinsip yang
memandang keseluruhan aspek agama (akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah),
manusia (jasmani, rohani, dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya,
serta adanya wujud jagat raya dan hidup.
2.
Prinsip keseimbangan dan
kesederhanaan (tawazun qa iqtishadiyah).
Prinsip ini
adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai
kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntunan pemeliharaan kebudayaan silam
dengan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang
sedang dan akan terjadi.
3.
Prinsip kejelasan (tabayyun).
Prinsip yang
didalamnaya terdapat ajaran hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan
manusia (qalbu, akal dan hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi,
sehingga terwujud tujuan, kurikulum dan metode pendidikan.
4.
Prinsip tak bertentangan.
Prinsip yang
didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur dan cara
pelaksanaanya, sehingga antara satu kompenen dengan kompenen yang lain saling
mendukung.
5.
Prinsip realisme dan dapat
dilaksankan.
Prinsip yang
menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak
berlebih-lebihan, serta adanya kaidah yang praktis dan relistis, yang sesuai
dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosopolitik, dan sosiokultural yang
ada.
6.
Prinsip perubahan yang diingini.
Prinsip
perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah, ruhaniyah dan
nafsaniyah; serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis, pengetahuan,
konsep, pikiran, kemahiran, nili-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai
dinamisasi kesempurnaan pendidikan (QS. ar-Ra’d: 11).
7.
Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan
individu.
Prinsip yang
memerhatikan perbedaan peserta didik, baikciri-ciri, kebutuhan, kecerdasan,
kebolehan, minat, sikap, tahap pematangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan
segala aspeknya. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua individu ‘tidak
sama’ dengan yang lain.
8.
Prinsip dinamis dalam menerima perubahan
dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta lingkungan dimana
pendidikan itu dilaksanakan.
E.
Komponen-Komponen Tujuan Pendidikan
Islam
Secara
teoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :[11]
1.
Tujuan Normatif
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu
mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya :
a.
Tujuan formatif yang bersifat
memberi persiapan dasar yang korektif.
b.
Tujuan selektif yang bersifat
memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
c.
Tujuan determinatif yang bersifat
memberi kemampuan untuk mengarahkan dari pada sasaran- sasaran yang
sejajar dengan proses kependidikan.
d.
Tujuan integratif yang bersifat
memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan,
ingatan, dan nafsu) kearah tujuan akhir.
e.
Tujuan aplikatif yang bersifat
memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam
pengalaman pendidikan.
2.
Tujuan Fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk
memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang
diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi :
a.
Tujuan individual, yang
sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan
nilai-nilai yang telah diinternalisasikan kedalam pribadi berupa moral,
intelektual dan skill.
b.
Tujuan sosial, yang
sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai kedalamm kehidupan
sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.
Tujuan moral, yang sasarannya pada
pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas
dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial
(sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis
(biogenetis).
d.
Tujuan profesional, yang sasarannya
pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.
3.
Tujuan Operasional
Tujuan yang mempunyai sasaran teknis manajerial. Menurut langeveld, tujuan
ini dibagi menjadi enam macam, yaitu :
a.
Tujuan umum (tujuan total), menurut
Kohnstam dan Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu
manusia yang dapat menunjukan keselaraasn dan keharmonisan antara jasmani dan
rohani, baik dalam segi kejiwaan, kehidupan individu, maupun untuk kehidupan
bersama yang menjadikan integritas ketiga ini hakikat manusia.
b.
Tujuan khusus, tujuan ini sebagai
indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan
dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu
bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta
didik, seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya.
c.
Tujuan tak lengkap, tujuan ini
berkaitan dengan kepribadian manusia dari suatu aspek saja, yang
berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan, keindahan,
kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya.
d.
Tujuan insidental (tujuan seketika),
tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan besifat sesaat,
misalnya mengadakan sholat jenazah ketika ada orang yang meninggal.
e.
Tujuan sementara, tujuan
yang ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti
fase anak yang tujuan belajarnya adalah membaca dan menulis, fase manula yang
tujuan-tujuannya adalah membekali diri untuk menghadap ilahi, dan sebagainya.
f. Tujuan intermedier,
tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi
tercapainya tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis,
berhitung dan sebagainya.[12]
F.
Formulasi Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid ‘Irsan
al-Kaylani,[13] tujuan
pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu :
1.
Tercapainya pendidikan tauhid dengan
cara mempelajari ayat Allah SWT. Dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq)
dan psikis (anfus).
2.
Mengetahui ilmu Allah SWT, melalui
pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya.
3.
Mengetahuai kekuatan (qudrah)
Allah SWT melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas,dan kreativitas makhluk-Nya.
4.
Mengetahui apa yang diperbuat Allah
SWT, (Sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.
Abdal Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya,Educational Theory, aQur’anic
outlook,[14]
menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat
dimensi, yaitu :
a.
Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf
al-Jismiyah)
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas
khalifah di bumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada
pendapat dari Imam Nawawi yang menafsirkan “al-qawy” sebagai
kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik, (QS.al-Baqarah : 247, al-Anfal
:60).
b.
Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf
al-Ruhaniyah)
Meningkatkan
jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT semata dan melaksanakan
moralitas Islami yang diteladani oleh Nabi SAW dengan berdasarkan pada
cita-cita ideal dalam al-Qur’an (QS. Ali Imran : 19). Indikasi pendidikan
rohani adalah tidak bermuka dua ( QS. Al-Baqarah : 10), berupaya memurnikan dan
menyucikan diri manuisa secara individual dari sikap negatif (QS al-Baqarah :
126) inilah yang disebut dengan tazkiyah (purification)
dan hikmah (wisdom).
c.
Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf
al-Aqliyah)
Pengarahan
inteligensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah
tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang
berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang Pencipta. Tahapan akal ini
adalah :
1)
Pencapaian kebenaran ilmiah (ilm
al-yaqin) (QS. Al-Takastur : 5)
2)
Pencapaian kebenaran empiris (ain
al-yaqin) (QS. Al- Takastur : 7)
3)
Pencapaian kebenaran metaempiris
atau mungkin lebih tepatnya Sebagai kebenaran filosofis (haqq –alyaqin)
(QS. Al-Waqiah : 95).
d.
Tujuan Pendidikan Sosial ( al-Ahdaf
al-Ijtimaiyah)
Tujuan
pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian
dari komunitas sosial. Identitasindividu disini tercermin sebagai “al-nas”
yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Menurut Muhammad Athahiyah al-Abrasy,[15]
tujuan pendidiakn Islam adalah tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya, yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena
pendidikan moral merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan
pendidikan jasmani, akal, dan ilmu praktis. Tujuan tersebut berpijak dari sabda
Nabi SAWyang diriwayatkan oleh Malik bin Anas dari Anas bin Malik).[16]
انْما
بُعثتُ لأتمم مكارمَ الأخلاق عن انس بن مالك
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”
Menurut al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman,[17] tujuan
umum pendidikan islam tercermin dalam dua segi, yaitu:
1. Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat. Pandangan dunia akhirat dalam
pandangan al-Ghazali adalah menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang
sebenarnya. Kebahagiaan yan lebih memiliki
nilai universal, abadi, dan lebih hakiki itulah yang diprioritaskan.
Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar pendidikan
Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad adalah:
“Education
aims at the ballanced growth of total personality of man through the training
of man’s spirit, intelect, the rasional self, feeling and bodile sense.
Education should , therefore, cater, for the growth of man in all its aspects,
spiritual, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both
individually and collectivelly, and motivate all these aspects toward goodness
and attainment of pefection. The ultimate aim of education lies in the
realization of complete submission to Allah on the level of individual, the
community and humanity at large”.[18]
Maksudnya, pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang
seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual,
kecerdasan, rasio, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu, pendidikan
seharusnya pelayanan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya yang
meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiyah, linguistik,
baik secara individu, maupun secara kolektif dan memotifasi semua aspek
tersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Tujuan utama pendidikan
bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT baik dalam level
individu, komunitas, dan manusia secara luas.
Dari beberapa rumusan tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah :”terbentuknya insankamil yang
didalamnya memiliki wawasan khaffahagar mampu menjalankan
tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris nabi”. Tujuan bisa dijabarkan
dalam uraian sebagai berikut:
a.
Terbentuknya “insankamil” (
manusia paripurna ) yang mempunyai wajah-wajahqur’ani.
b.
Terciptanya “insankaffah”.
c.
Penyadaran fungsi manusia sebagai
hamba, khalifah Allah, serta sebagai pewaris nabi (warasatalanbiya’) dan
memberikan bekal yang memadahi dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.
G. PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan di antaranya :
a.
Tujuan pendidikan Islam adalah
melahirkan manusia paripurna, terbaik, insan kamil atau manusia yang
bertaqwa yaitu sosok manusia yang memahami peran dan fungsinya dalam
kehidupan, serta manyandarkan semuanya pada ajaran dan hukum Allah SWT dan
Rosulullah SAW.
b.
Adapun prinsip tujuan pendidikan
Islam di anataranya :
1)
Prinsip universal (syumuliyah)
2)
Prinsip keseimbangan dan
kesederhanaan (tawazun qaiqtishadiyah).
3)
Prinsip kejelasan (tabayun).
4)
Prinsip tak bertentangan.
5)
Prinsip realisme dan dapat dilaksankan.
6)
Prinsip perubahan yang di ingini.
7)
Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan
individu.
c.
Manurut Abdal
Rahman Shaleh Abd
Allah dalam bukunya, Educational Theory, a
Qur’anic outlook, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat
diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu :
a. Tujuan Pendidikan Jasmani (al-Ahdaf
al-Jismiyah)
b. Tujuan Pendidikan Rohani (al-Ahdaf al-Ruhaniyah)
c. Tujuan Pendidikan Akal (al-Ahdaf al-Aqliyah)
d. Tujuan Pendidikan Sosial ( al-Ahdaf al-Ijtimaiyah)
2.
Saran
Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan
dan kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk
itu, demi kemajuan bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk lebih sempurnanya dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan la- Qur’an, terj. Arifin
HM, judul asli : Educational Theory, a Qur’anic outlook, (Jakarta:Rineka
Cipta, 1991).
Abdul Mujib , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006).
Ahamad D. Marimba, pengantar filsafat
pendidikan, (Bandung;al-Ma’arif, 1989).
Arifin H M, Kapita SelektaPendidikan Islam dan Umum, (Jakarta:
Bumi Aksara,1991).
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis,(Bandung:Remaja Karya, 1988).
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem
Pendidikan Versi al-Ghazali,terj. Fathur Rahman, (Bandung: al-Ma’arif,
1986).
Majid ‘Irsan al-Kaylani, al-Fikr al-Tarbawi
‘inda Ibn Taymiyah, (al-Madinah al-Munawarah: Maktabah Dar al-Tarats, 1986).
Muhammad Athahiyah al-Abrasy, Ruh
al-Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabiyah: Dar al-Ahya’, tt.).
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Sayid Muhammad al-Zarqani, syarkh al-Zarqani
‘ala Muwaththa’ al-Imam Malik,(Beirut: Dar al-Fikr, tt.).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke 5
(jakarta: Kalam Mulia, 2006).
Hamdan Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam,
Cet. Ke 3 (Bandung : CV. Pustaka Setia. 2007 ).
[2] Nur Ubbiyati, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung :
CV. Pustaka Setia, 1998), 69.
[3] Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang Undang SISDIKNAS (Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag,
2003), 38.
[4] Muhaimin, Tadjab, Abdul
Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalnya
(Bandung : Trigenda Karya, 1993), 127.
[5] Oemar Muhammad At-Toumy
As-Syaibany, Falsafat at-Tarbiyah al-Islamiyah. Terjemah. Hasan
Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), 399.
[6] Muhammad Fadil al-Jamaly, Tarbiyatul Insan
al-Jadid (Tunisia : Matba’ah al-Ittihad, 1967), 3.
[7] A. Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam
(Bandung : Remaja Rosda Karya, 1992), 32.
[9] Hamdan Ihsan dan Fuad Ihsan,Filsafat Pendidikan
Islam, Cet. Ke 3 (Bandung : CV. Pustaka Setia. 2007 ), 68.
[10] Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 437- 443.
[13] Majid ‘Irsan al-Kaylani, al-Fikr al-Tarbawi ‘inda
Ibn Taymiyah (al-Madinah al-Munawarah: Maktabah Dar al-Tarats,
1986), 117-118.
[14] Abdal-Rahman Shaleh Abd Allah, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan la-Qur’an, terj. Arifin HM, judul asli : Educational
Theory, a Qur’anic outlook (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), 138-153.
[15] Muhammad Athahiyah al-Abrasy, Ruh
al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (Saudi Arabiyah: Dar al-Ahya’,
tt.), 30.
[16] Sayid Muhammad al-Zarqani, syarkh al-Zarqani
‘ala Muwaththa’ al-Imam Malik (Beirut: Dar al-Fikr, tt.), jilid IV, 256.
[17] Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem
Pendidikan Versi al-Ghazali,terj. Fathur Rahman (Bandung: al-Ma’arif,
1986), 24.
Subscribe to:
Posts (Atom)