10/9/12

NASEHAT LUQMAN TENTANG SYIRIK





وإذقال لقمان لابنه وهو يعظه يـابني لا تشرك باالله إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْـمٌ. {13}


“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya mempersekutukan (Allah), adalah benar – benar kedzaliman yang besar” {Q.S. Luqman : 13}


Sekelumit tentang Luqman
Luqman bin Ba’ura salah seorang dari putra Azar, ayahanda Nabi Ibrahim As, berarti dia bersaudara dengan Bal’am bin Ba’ura seorang alim, ahli ibadah di zaman Nabi Musa As. Yang di jerat oleh firaun melalui istrinya untuk mensihir Nabi Musa dengan imbalan kekayaan. Lukman hidup di zaman Nabi Daud As. Dia banyak menimba ilmu dari Nabi Daud As. Dia terkenal seorang yang bijak, diantara kata mutiara yang di catat oleh al – Baidhawi dan tafsirnya.

الصًَمْتُ حِكَمٌ وَ قَلِيْـلٌ فَـاعِلُهُ.

“Diam itu bijak, tetapi sedikit sekali orang yang mengamalkannya”.

شَـرُّ النـَّاسِ الَّذِى لا يُبَالِى إِنَّ رَأهُ الناسُ سَـيِّـأً.
“Manusia terjelek ialah orang yang sedang melakukan kejelekan tanpa menghiraukan penglihatan orang lain, bahwa perbuatannya itu jelek”.

Karena kebijakannya itulah, maka dia di abadikan dalam al – Qur’an untuk dijadikan ‘ibrah (pelajaran) sekaligus uswah (tauladan) bagi kaum muslimin. Sekalipun menurut kebanyakan ahli tafsir dia bukan Nabi. Salah satu nasehan kepada putranya adalah “Larangn Syirik, karena syirik itu suatu kedzaliman kepada Allah yang sangat besar”.

Pengertian Syirik

Syirik biasa kita artikan dengan sekutu atau kebersamaan. Kerjasama dalam usaha disebut syirkah. Negara – Negara yang mengadakan ikatan untuk bekerjasama disebut “perserikatan bangsa – bangsa”. Maka, yang di maksut dengan syirik di sini, dalam ilmu tauhid adalah meyakini di balik Allah sebagai dzat yang maha kuasa itu ada penguasa lain, baik dari segi penciptaan alam semesta ini maupun dalam segi keagungannya. Dalam ilmu tauhid dikenal dengan “syirik rububiyah” dan “syirik uluhiyyah” lawan dari “tauhid rububiyah” dan “tauhid uluhiyyah”.

Syirik itu dikatakan “zhulmun ‘azhim” suatu penganiayaan yang sangat besar atau dengan kata lain “dosa besar”, karena kesyirikan itu sama dengan merendahkan derajat Allah yang serba “Maha” (lebih lanjut bias di lihat di asma’ul husna). Karena besarnya dosa syirik, Allah menegaskan tidak akan mengampuni pelakunya. Selama hidupnya tidak bertaubat. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu. Bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar {Q.S. An – Nisa’ : 48}.
Bahkan syirik itu bias membatalkan pahala amal sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada mu dan kepada Nabi – Nabi yang sebelummu. “jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang – orang yang merugi”. {Q.S. Az – Zumar : 65}.

Bentuk kesyirikan

Di atas disebutkan syirik itu ada 2 macam yaitu : Rububiyah à Dalam hal penciptaan dan pemeliharaan. Uluhiyyah à Dalam hal peribadatan, maka bentuk – bentuknya yang populer  di masyarakat kita sebagai berikut….:

a)      Syirik Rububiyah, yaitu dalam bentuk sebuah keyakinan adanya benda atau makhluk yang bias melindungi diri, yaitu yang di kenal dengan makhluk halus yang menyelinap dalam benda atau tempat, semisal : keris yang dianggap bertuah, maka keris itu diagung – agungkan, tempat atau pohon yang angker, lalu dibuangi sesajen semisal Bungan dan telor dan lain sebagainnya. Jimat, rajah, hari – hari, bulan, jam tertentu, dan sebagainnya.

b)      Syirik Uluhiyah, yaitu syirik dalam peribadatan, semisal dalam berdo’a yang menggunakan wasilah (bertawas – sul), seperti melalui kuburan yang dianggap keramat. Itulah yang disindir Allah dalam Al – qur’an : “Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik), dan orang – orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : “Kamai tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat – dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang – orang yang pendusta dan sangat ingkar”. {Q.S. Az – Zumar : 3}.

Kesyirikan seperti ini dianggap pelanggaran besar, karena sama dengan tuduhan seolah – olah Allah itu tidak dekat pada hambanya, sehingga perlu perantara. Padahal jelas sekali Allah menegaskan tentang kedekatan – Nya pada hamba – hamba – Nya : “Dan apabila apabila hamba – hamba – ku bertanya tentang aku, maka (jawablah) bahwasannya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada – Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah – Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada – ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.   {Q.S. Al – Baqarah : 186}.


Sangat dekatnya Allah dengan hambanya itu, sampai Allah dalam hadis Qudsi mengatakan :

 رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : قال الله عزَّ وجَلَّ : أنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِي بِـــي, إنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ, وَإنْ ظَنَّ شَـرًّا فَـلَـهُ. { رواه أحمد }

“Rasulallah Saw bersabdah : Allah Berfirman : Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku pada Ku, jika prasangkanya itu baik dia akan mendapa kebaikan, dan jika prasangkanya itu jelek dia akan mendapatkan kejelekan”. {H.R. Ahmad}


Dalam riwayat lain dikatakan : Abu Hurairah meriwayatkan, katanya : Rasulallah SAW bersabdah : Allah berfirman :” Aku akan selalu dalam prasangka hamba – Ku pada – Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika dia ingat Aku, jika dia mengingatkan Aku sendirian dalam hati, Aku akan sebut dia dalam hati – Ku. Jika dia menyebut Aku dalam kelompok orang banyak, maka Aku akan sebut dia dalam kelompok yang lebih baik dari pada kelompok mereka, yaitu : Malaikat, jika ia mendekati Aku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia mendekati Aku sehasta, Aku akan mendekatinya sebahu, dan jika dia datang kepada – Ku dengan jalan biasa, Aku akan mendatanginya dengan lari cepat”. {H.R. Muslim}
Diantara mendekatinya itu ialah dengan do’a, sebagaimana tersebut dalam riwayat berikut ini :

قال الله أنـَا عِـنْـدَ ظَـنِّ عَبْدِيْ بِى وَ أ نـَا مَعَهُ إذَا عَــانِـى.

“Allah berfirman : Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku dan Aku akan bersama dia ketika dia berdo’a kepada Ku”. {H.R. Muslim dan Tirmidzi}


Di antara ulama’ ushul ada yang berpendapat, bahwa membuat bid’ah itu termasuk syirik, karena sama dengan beranggapan menyaingi Allah dalam membuat syari’ah. Dari situ kemudian muncul istilah syirik hukmiyah, yaitu membuat perundang – undangan sendiri menyaingi undang – undang atau hukum Allah. Sedangkan Allah telah berfirman : “Katakanlah : sesungguhnya Aku berada di atas hujjah yang nyata (Al – Qur’an), dari TuhanKu, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada pada ku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangan-nya, menetapkan hukum itu hanyalah milik Allah. Dia pemberi keputusan yang paling baik” {Q.S. Al – An’am : 57}

Dalam surat Yusuf ayat 40 : “kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama – nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat – buatnya. Allah tidak menurunkan sesuatu keterangan pun tentang nama – nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dan surat Yusuf ayat 67 Allah menegaskan : “Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri".

Lebih keras lagi Allah menjelaskan di dalam surat Al – Maidah ayat 44 & 45 & 47 : {44}Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. {45}Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. {47}Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.

Menurut ayat diatas, orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada 3 macam :
1.       Karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini di sebut kafir (Q.S. Al – Maidah : 44)

2.       Karena hawa nafsu dan merugikan orang lain yang demikian itu dinamakan dzalim (Q.S. Al – Maidah : 45)
3.       Karena banyak pelanggaran, mereka disebut fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47.
Kesyirikan semacam itu, disinyalir dalam Al – Qur’an akan banyak dijumpai di masyarakat beragama, termasuk yang beragama Islam. (Q.S. Yusuf : 106) :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)."

Prediksi seperti itu ternyata banyak dilakukan oleh kita kaum muslimin. Namun ini sebagai peringatan (Littahdid), agar kita selalu waspada.

Wallahu a’lam bis shawwab

‎-Kecantikan Sejati-





Kecantikan Sejati  Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).

Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.

Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.

Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat.

Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah!

Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)

Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.

Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami.

Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya.

Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…?

Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya…

Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)

Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!

Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.

Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.

10/4/12

Tajwid


ـــًـٍــٌـ / ن


Ø إظْـهـَار adlah Jelas, maksudnya jika ـــًـٍــٌـ / ن Bertemu dengan huruf – huruf إظْـهـَار maka wajib di baca di baca jelas dan tidak dengung.
Huruf – huruf  إظْـهـَار ada 6 yaitu : أ ح خ ع غ هـ
أ : مَنْ أ مِيْنٌ             ح : عـَـلِـيْمٌ حَـلِـيْـمٌ                خ : مِنْ خَيْـرٍ 
هـ : قَوْمٍ هَادٍ             غ : عَفُوًا غَفُوْرًا                           ع : سَمِيْعٌ عَليْم




Ø إدْ غَامْ : Masuk, maksudnya jika ـــًـٍــٌـ / ن Bertemu dengan huruf ن م و ي maka bacanya wajib dengan dengung, kalau huruf ل dan  رmaka bacanya tidak dengung, Huruf – hurufnya yaitu:ل ر – ن م و ي
إدْ غَامْ di bagi 2 yaitu:
بِلَا غُـنَّـةٍ   ( dengan tidak dengung )           (dengan dengung )  بِـغُـنَّـةٍ
                                ل ر                                              ن م و ي
                                هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ  ل :                             ن :      لَنْ نَّصْبِـرَ
                           ر :    مِنْ رَبِّـكُـمْ                        م :       وَمَنْ مَعَهُ

                                                                     و : وَمِنْ وَّ راءِـــهِ

                                                                     ي :      وَمَنْ يَعْمَلْ

Khususو  dan   يdinamakan  نَاقِصْ  إدْ غَامْ(kurang sempurna)
Catatan :
4 kata dalam Al – Qur’an ن bertemu و atau ي tetap di baca إظْـهـَار
صِنْوَانٌ (lihat S.Ar – Ra’du: 4)  قِنْوَانٌ (lihat S.Al – an’am: 99)  بُنْيَانٌ (lihat S. 61: 4)     الدُّنْيَا (lihat S.An – Nahl : 30)


Ø إقْلَاب adalah ـــًـٍــٌـ / ن bila bertemu dengan huruf ب maka suaranya berubah menjadi م dengan dengung selama 2 ketukan atau harakat.
Hurufnya hanya ب saja.        مِنْ بَعْـدسَمِيْعًا بـَسِـيْـرًاأنْـبَـأ ك


Ø إخْفَـاء adalah ـــًـٍــٌـ / ن di baca samar – samar jika bertemu dengan huruf  ikhfa’, dengan dengung selama 2 ketukan atau harakat.
Huruf – huruf ikhfa’ ada 15 yaitu : ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
جَـنَّـتٍ تَجْـرِيْ
ت
سَـاءِحَاتٍ ثَـيِّـبَاتٍ
ث
قَوْمًا جَبَّار
ج
فَلَا تَجْعَلُـوا للهِ أنْدَادً
د
وَاللهُ عَزِ يْزٌذُوانْتِقَامٍ
ذ
يَوْمَـءِـذٍ زُرْقًا
ز
وَتَـنْسَـوْنَ
س
فَأنْشَرْنَا بِهِ
ش
فَانْصُرْنَا
ص
وَطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍ
ض
فَانْـطَلَقُوْاللهِ أنْدَادَ
ط
ظِلًّا ظَلِيْـلً
ظ
إنْفُـرُوا
ف
مِنْ قَـبْـلِهِـمْ
ق
مَنْ كَفَـرَ
ك



خَيْـرُ كُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْأَنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik – baik dari kalian adalah ornang yg mempelajari
Al – Qur’an dan mengamalkannya.



Teman Yang Shalih


MEMILIH TEMAN YANG SHALIH




وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا{27} يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا{28} لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا{29}


"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul {27} Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab (ku).{28} Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. {29}" {Q.S. Al – Furqan : 27 – 29}


Latar belakang turunnya ayat diatas berkaitan dengan adanya seorang pemuka Quraisy yang bernama Uqbah bin Abi Mu’aith, ia memiliki ke pribadian yang baik, sekalipun belum beriman kepada Rasulullah SAW. Namun, ia senang berbicara dan tukar fikiran dengan beliau, dalam suasana pergaulan yang baik, sampai – sampai suatu ketika ia mengundang Rasulullah SAW untuk bertamu dan makan di rumahnya. Ketika makanan sudah dihidangkan, Rasulullah SAW mengatakan bahwa beliau tidak hendak memakannya sebelum Uqbah bin Abi Mu’aith menyatakan dua kalimat syahadat. Karena Uqbah adalah seorang yang baik dan memuliakan tamunya, ia pun mengucapkan syahadat tersebut.
Setelah peristiwa tersebut ia bertemu dengan kawan lamanya yakni Ubay bin Khalaf dan ia pun menceritakan bahwa dirinya telah bersyahadat, Ubay mencelanya dan mengatakan bahwa “kamu lemah” seraya mengatakan “saya tidak rela sebelum engkau dating kepada Muhammad itu, caci maki ia lalu ludahi mukanya”. Dengan tidak memikirkan akibat yang jauh, Uqbah pun mengikuti provokasi sesat sahabat lamanya ini.
Uqbah pun mencari Rasulullah SAW, dan didapatinya beliau sedang bersujud di Darun Nadwah, lalu di caci makilah beliau dan di ludahi mukanya, menghadapi penghinaan dari Uqbah ini, beliau menjawab “apabila kelak aku bertemu dengan-mu di luar kota Makkah, pedangku akan memotong kepalamu”. Ketika perang Badar, Uqbah pun tertawan dan Rasulullah SAW memerintahkan Ali untuk membunuhnya sedangkan Ubay terkena tombak, ia lari ke Makkah dan meninggal seraya berucap “duhai kiranya aku memilih jalan bersama Rasul Allah”[1].“Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Kalimat tersebut adalah ungkapan penyesalan seorang yang salah memilih teman kepercayaan, temannya itu telah menyesatkan, sehingga di akhirat ia akan menggigit kedua tangannya, menyesali sikapnya meninggalkan Rasul dan memilih jalan orang – orang yang sesat.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya tidak secara detil menukil sababun Nuzul di atas, namun menjelaskan “setiap orang yang dzalim akan menyesal pada hari kiamat dengan penyesalan yang sangat, ia akan menggigit kedua tangannya seraya berkata (duhai sekiranya aku memilih jalan bersama Rasul Allah, dan duhai sekiranya aku tidak menjadikan fulan sebagai Khalil (kekasih), yaitu (teman) yang memalingkannya dari petunjuk dan berlih ke jalan kesesatan yang ditunjukkan para penyerunya baik itu Umayyah bin Khalaf atau saudara Ubay bin Khalaf atau yang lainnya”. Penyesalan yang akan di hadapi orang – orang dzalim pada hari kiamat adalah akibat mereka menuruti kemauan sesat krooni – kroninya, baik kawannya, istrinya atau kekasihnya, pemimpinnya dan syetan – syetan yang memberikan angan – angan dan janji palsu, gambaran penyesalan ini disebutkan dalam Al – Qur’an, “pada hari ketika muka mereka di bolak – balikkan dalam neraka, mereka berkata, : Alangkah baiknya, Andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin – pemimpin dan pembesar – pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, Timpahkanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. {Q.S. Al – Ahzab : 66 – 68}



Memilih Teman Yang Baik

Ada pepatah yang mengatakan “janganlah kau tanya seseorang tentang dirinya tapi lihat saja temannya, karena seseorang dengan temannya saling mengikuti”.
Teman sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang, ia bagaikan kopi atau teh yang akan mewarnai segelas air yang bening, oleh karena itu sudah semestinya setiap orang memperhatikan dengan siapa ia bergaul dan berteman dalam kehidupan sehari – harinya, jika ia berteman dengan orang – orang shalih yang selalu menasehatinya ingat kepada Allah SWT, maka akan menjadi sebab memperbaiki kualitas keimanannya.
Sebaliknya apabila ia berteman dengan orang – orang yang berperilaku buruk itu juga akan menjangkitinya, terkecuali bergaul dengan mereka dengan maksud berda’wah dan menasehati mereka untuk dapat berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruknya sedangkan ia sudah memiliki kesiapan yang matang.
Tentang hal ini Rasulallah bersabdah : “perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk, seperti penjual minyak wangi dan seorang pandai besi, seorang penjual minyak wangi mungkin saja ia memberimu (minyak wangi), atau engkau membeli darinya atau engkau mendapatkan wangi yang harum sedangkan orang pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau kau akan mendapat bau yang buruk (darinya)”. {Muttafaq ‘alaih}
Seorang laki – laki yang memiliki teman – teman yang buruk seperti para pelaku maksiat dan orang – orang yang suka meninggalkan shalat, mungkin suatu saat akan mengajaknya berlaku demikian. Seorang wanita yang memiliki kawan – kawan yang buruk seperti para pelaku ghibah (gossip), dan berkata perkataan yang rendahan secara sadar atau tidak akan terpengaruh. Bagi yang memiliki putra – putri hendaklah mendidik mereka dengan sebaiknya memperhatikan pergaulan mereka, arahkan mereka dengan teman – teman yang shalih – shalihah yang senantiasa menjaga ajaran agama ini dan saling menasehati dalam kebaikan.
Seringkali keberadaan teman berpengaruh perilaku kita. Oleh karena itu, sudah semestinya kita pandai mencari dan memilih teman. Karena begitu pentingnya seorang teman, seseorang diharuskan memiliki kemampuan memilah dan memilih teman – teman yang baik,bukan hanya membenarkan apa yang temannya lakukan, tapi bagaimana ia mampu meluruskan dan menegur teman yang salah.
Mudah – mudahan Allah SWT memberi kita petunjuk untuk menerima kebenaran dan melindungi kita dari setiap bujuk rayu para penyeru kesesatan.


Wallahu a’lam bis shawwab



[1] Lihat Tafsir Al – Munir, DR. Wahbah Zuhaili

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner