7/31/17

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM ERA AWAL ISLAM



A. Pendahuluan

 Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu:
1)   pengertian secara fisik,materil, kongkrit,
2)   pengertian secara non-fisik, non-materil, dan abstrak.[1]
Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian konkret berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan-peraturan, serta tanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah sistem kelembagaan bisa dilihat dari empat unsur, yaitu:
1)      Kegiatan pendidikan  meliputi: pendidikan diri sendiri,   pendidikan lingkungan, pendidikan seseorang terhadap orang lain.
2)      Binaan pendidikan mencakup: jasmani, akal dan qalbu.
3)      Tempat pendidikan mencakup: rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
4)      Komponen pendidikan yang mencakup: dasar, tujuan, peserta didik, materi, metode, media dan evaluasi[2].
Sementara itu Noeng Muhadjir yang dikutip oleh Ramayulis mengemukakan bahwa bila diaplikasikan dalam sistem kelembagaan non pisik pendidikan Islam terdiri dari:
1)      Bertolak dari lima unsur dasar pendidikan meliputi; yang memberi, yang menerima tujuan, cara/jalan dan konteks positif.
2)      Bertolak dari empat komponen pokok pendidikan yakni kurikulum, subjek didik, personifikasi pendidik dan kontek belajar mengajar.
3)      Bertolak dari fungsi pendidikan yaitu pendidikan kreatifitas, pendidikan moralitas dan pendidikan prokdutifitas.[3]
Sistem dan kelembagaan pendidikan Islam pada masa Rasulullah di periode madinah, tentu saja mengarah kepada sistem pendidikan Islam baik yang bersifat fisik dan non fisik mengingat dalam realitas sistem pendidikan Islam memang tidak terlepas dari dua hal tersebut. Kemudian secara khusus bila dilihat dari sistem kelembagaan pendidikan Islam pada masa Rasulullah pada periode Madinah ini dibatasi dalam aspek: Tujuan, metode/ strategi, materi, sarana/media, sistem evaluasi, dan kurikulum serta lingkungan pendidikan termasuk di dalamnya kebijakan yang dila-kukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam pendidikan Islam. Karena periode Madinah merupakan kelanjutan dari periode Makkah maka dalam melihat sistem kelembagaan pendidikan Islam periode Madinah dalam tulisan ini tentu sekilas menyinggung tentang sistem kelembagaan pendidikan Islam di periode Makkah.

B.     Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah
Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad Saw berawal dari periode Makkah dan setelah hijrah berlanjut pada periode Madinah. Pada periode Makkah Nabi Muhammad lebih menitikberatkan pembinaan keimanan, moral dan akhlak kepada masyarakat Arab yang bermukim di Makkah. Sedangkan pada periode Madinah setelah hijrahnya, Nabi Muhammad Saw melakukan pembinaan di bidang muamalah serta sosial politik lainya sehingga lahirlah yang namanya Piagam Madinah. Bertitik tolak dari periode Madinah inilah pendidikan Islam akhirnya berkembang sangat pesat hingga era dekade sekarang ini. Bahkan tercatat dalam sejarah pendidikan Islam kontemporer bahwa jumlah Madrasah lebih banyak di Madinah dari pada di Makkah. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw, terdiri dari: periode Makkah dan periode Madinah.

C.    Pendidikan Islam pada  masa Rasulullah di kota Makaah  
Nabi Muhammad Saw menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat Alquran yakni surah al Alaq ayat 1-5. Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat Alquran Surah Al Muatsir ayat 1-7. Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad Saw telah diberi tugas oleh Allah Swt., untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu- wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan cara sembunyi-sembunyi.
Lembaga pendidikan, setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Sehingga rumah (dar) adalah lembaga pendidikan pertama dalam sejarah Islam.[4] Di tempat itulah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya. Di rumah itu juga dibacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Alquran kepada para pengikut-nya.[5] .Rumah itu juga dijadikan sebagai tempat untuk menerima tamu dan orang- orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabat- nya[6].Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat- sahabatnya dengan pendidikan Islam. Materi Pendidikan, dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad Saw Mengajar kan Alquran dan sunnah. Karena Alquran dan sunnah Nabi merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhammad Saw, menanamkan nilai- nilai tauhid kepada umatnya.[7]
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa Makkah meliputi:
1.      Pendidikan Keagamaan
yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2.      Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3.      Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4.      Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.[8]

D.    Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Periode Madinah merupakan tonggak pertama kekuatan politik Islam. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara yang sangat dihormati dan disegani tidak hanya oleh sesama muslim bahkan orang non Kebijakan Rasulullah Saw Dalam Bidang Pendidikan, untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah Saw telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi. Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad belum  berperan sebagai pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam bayang-bayang ancaman pembunuhan dari kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi- sembunyi. Di antaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijak dilakukan Nabi Muhammad Saw pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keIsla mannya dalam berbagai hal, tidak menemui mereka kecuali dengan cara sembunyi- sembunyi dalam mendidik mereka. Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.
Kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah adalah membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah. Dalam Shorter Encyclopedia of Islam dijelaskan bahwa masjid digunakan sebagai tempat berkumpul bersama-sama shalat berjamaah yang diimami oleh Rasulullah, juga beliau memecahkan segala macam persoalan yang didasarkan kepada undang- undang yang teratur. Dari masjidlah Rasulullah Saw mengadakan pengawasan agama dan siasat masyarakat yang dipimpin- nya. [9].Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.[10]

E.     Lembaga Pendidikan Islam Masa Rasulullah yang bersifat Fisik meliputi :
Lembaga lembaga tempat pembinaan dan pembelajaran materi pendidikan agama Islam di Madinah, secara kelembagaan yang bersifat fisik pada periode madinah ini tercatat dalam sejarah lembaga-lembaga pendidikan agama Islam sebagai berikut:
1.      Lembaga Pendidikan Dar al Arqam,
Dar adalah lembaga pendidikan pertama dalam sejarah Islam.[11] Di sinilah tempat pertama yang tercatat dalam sejarah pendidikan Islam terjadinya nuansa pembelajaran materi agama Islam. Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok- pokok agama Islam kepada sahabat- sahabatnya. Di rumah itu juga dibacakan dan dihafalkan serta dijelaskan makna dari wahyu-wahyu (ayat-ayat) Alquran dari Rasulullah secara langsung kepada para sahabat dan pengikut- pengikutnya.[12] Dar al Arqam dijadikan pula sebagai tempat untuk menerima tamu dan orang- orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabat nya.[13] .Lalu turunlah wahyu menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan Islam.


2.      Lembaga Pendidikan Shuffah,
Pada masa Rasulullah Saw shuffah adalah suatu tempat yang khusus digunakan untuk kegiatan proses pendidikan agama Islam.[14]  Umumnya tempat ini diperuntukan bagi mereka yang tergolong hidup dalam kebersahajaan. Di tempat ini para sahabat atau santri Rasulullah Saw diajarkan membaca dan menghafal Alquran dan hukum Islam yang langsung dibawah bimbingan Rasulullah Saw. Pada masa itu setidaknya ada sembilan shuffah yang tersebar di kota Madinah. Salah satunya yang paling terkenal adalah berlokasi disamping masjid Nabawi. Rasulullah saw mengangkat Ubaid ibn Al-Shamit sebagai guru pada lem- baga shuffah di Madinah.[15]

3.      Lembaga Pendidikan Masjid,
Semenjak berdirinya di zaman Nabi Saw masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi , berbagai masalah kaum Muslimin. Kegiatan tersebut baik yang menyangkut aktifitas pendidikan maupun sosial politik dan ekonomi. Namun, yang lebih penting adalah masjid sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan masjid pada awal perkembangannya digunakan sebagai sarana pendidikan dalam doktrinasi ajaran agama Islam.
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba diba- ngun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M). Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muham- mad Saw dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib.
 Mengenai fungsi atau peranan sarana masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1)      Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2)      Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
3)      Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis.
4)      Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5)      Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6)      Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah” Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabat- nya. Masalah-masalah yang dimusywarahkan antara lain: Usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.

F.     Lembaga Pendidikan Islam Masa Rasulullah yang bersifat Non Fisik meliputi :

1.      Tujuan Pendidikan Islam Masa Rasulullah .
Yaitu pendidikan sosial dan politik yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah yang banyak dikemukakan pada buku-buku sejarah sering memisahkan antara periode Makkah dan periode Madinah oleh karena itu pendapat yang dikemukakan oleh Abudin Nata merupakan sebuah fakta yang harus dihargai, meskipun di Madinah memang titik tekan tujuan pendidikan pada bidang mu’amalah baik yang menyangkut intern dan ekstern umat Islam serta kehidupan sosial politik dalam dan luar madinah namun aspek ketauhidan dan peribadatan tetap menjadi tujuan utama dan pertama sebagaimna yang dilakukan oleh Rasulullah Saw di Makkah seperti yang terjadi pada awal-awal penyiaran dan pembelajaran ajaran agama Islam.

2.      Materi Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Secara umum pada periode Madinah adalah sebagai berikut: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).Dasar-dasar tersebut adalah:

Pertama : Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa- sisa permusuhan dan pertentangan antar suku, dengan jalan mengikat tali persaudara- an di antara mereka. Nabi mempersaudara- kan dua-dua orang, mula-mula di antara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

Kedua    :Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.

Ketiga    :Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyara- kat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendi- dikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.

Keempat :  Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah adalah disyari’atkan nya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad Saw dan shalat jama’ah jum’at. Rasa harga diri dan kebanggaan sosi- al tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas. Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong-menolong, bantu- membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.
Adapun materi pendidikan yang diterapkan Rasulullah meliputi :

1)      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

2)      Materi ibadah puasa turun pada tahun ke 2 hijriah sementara ibadah haji diperintahkan pada tahun keenam hijriah.

3)      Pendidikan keluarga,
Perspektif pendidikan Islam, anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan generasi muda muslim yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Alquran berkaitan dengan itu. Di antara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka),
Pada surat An- Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya mengha- dapi tantangan hidup
Pada surat Al- Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
Pendidikan Tauhid,Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat,Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga,Pendidikan kepribadian,Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.

3.      Metode/Strategi Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah 
Metode pendidikan Islam dalam proses pembelajaran penyampain materi agama Islam di lembaga shuffah yakni dengan metode Istima’ dan Tahfizh yakni untuk materi Alquran sedangkan muhadharah dan mudzakarah untuk penyampaian materi bidang muamalah, sosial dan politik yang dilakukan dilembaga. pendidikan pada Dar Abi Arqam dan Masjid.

 Metode yang dikembangkan oleh Nabi lainya adalah:
1)      Dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah yang dikuatkan pula oleh mu’jizat Rasulullah Saw
2)      Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah didikuti masyarakat.
3)      Bidang Mu’amalah dilakukan dengan metode, ceramah, tanya jawab dan uswah,
4)      Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode Uswah. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan yakni satunya dalam ucapan dengan perbuatan.[16]

Secara lebih umum metode dan strategi pendidikan Islam pada periode Madinah ini yang dianggap spektakuler berhasil membentuk masyarakat madani sebagai berikut:
1)      Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2)      Melalui perencanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3)      Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah alaniy- yah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.
4)      Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5)      Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6)      Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7)      Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8)      Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9)      Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).
10)  Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.
11)  Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib).
12)  Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Begitu pula isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya. Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnya tersebut. Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebencian- nya mulai surut. Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya. Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharu biru perasaan Fadhalah. Kedengkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan yang mendalam. [17]
                           
4.      Sistem Evaluasi Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi Muhammad saw juga mengevaluasi sahabat- sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat- sahabatnya, Rasulullah saw dapat mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama dan menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Alquran di hadapannya dengan membetulakan hafaan dan bacaan mereka yang keliru. Selain itu, Nabi Muhammad saw menggunakan sistem pengukuran, namun tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Nabi Muhammad saw melakukan pengukuran terhadap perilaku manusia dengan tanda tanda orang beriman ialah mencintai orang lain sesama mukmin, seperti mencintai dirinya sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan munkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.. Di samping itu menguji pemahaman sahabat tentang ajaran agama, Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibril. Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom, maka jelaslah bahwa pcychological domains yang dijadikan yang dijadikan sasaran evaluasi Nabi sebagai pelaksana pemerintah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih menitikberatkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan ajaran- Nya, dimana faktor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya. Di samping itu faktor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya (konatif psikomotorik).

5.      Adapun sistem pengukuran (measurement) yang digunakan Nabi sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem measurement juga terdapat dalam hadis Nabi. Nabi SAW melakukan pengukuran terhadap perilaku manusia dengan tanda-tanda seseorang yang beriman ialah mencintai orang lain sesama Mukmin, seperti mencintai dirinya sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.Ukuran orang munafik ada tiga: Bila bicara pasti berdusta; Bila bejanji ia mengingkari. Jika diberi amanat ia khianat. Ukuran orang kafir, antara lain ;tidak mensyukuri nikmat Allah, mencaci maki keturunan dan meratapi mayat, dan sebagaimnya. Jadi, sistem pengukuran Nabi terhadap perilaku manusia bukan secara kuantitatif (dengan angka), akan tetapi dengan kualitatif.
Berdasarkan tinjauan historis di atas, menurut hemat penulis pendidikan yang diterapkan Rasulullah SAW, merupakan pendidikan pendidikan yang telah berhasil dalam mencapai tujuan utamanya. Terbukti dengan munculnya para sahabat yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karena itu, sistem pendidikan yang diterapkan Rasulullah menurut hemat penulis, banyak yang masih relevan diterapkan pada era modern sekarang ini. Misalnya, konfigurasi duduk para siswa dalam sistem halaqah, sistem evaluasi, metode pengajaran sebagaimana telah dijelaskan di atas.

6.      Lingkungan Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah

Lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting sebagai cermin lingkungan bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian dan kerjasama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan kenegaraan. Fungsi Rasulullah Saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat madani. Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih sayang. Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah memiliki akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh kepemimpinan yang penuh wibawa.

7.      Kurikulum Pendidikan Islam Masa Rasulullah .
 Mengindentifikasikan   kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasulullah saw mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa dibatasi tempat ruang dan waktu. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan Rasulullah menyampaikan ajarannya di mana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam. Sebagai lembaga pendidikan Islam kedua, setelah Dar al-Arqam, masjid merupakan lembaga pendidikan utama pada permulaan bimbingan Islam, yaitu masa Rasulullah dan Khulafa al- Rasyidin.[18] Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, mu’amalah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan atau sosial dan bahkan politik pemerintahan yang dikendalikan langsung oleh Rasulullah Saw Jika dicermati maka pendekatan kurikulum yang digunakan adalah Teacher Center. Kondisi seperti ini memang didukung oleh situasi dan kondisi umat Islam yang masih lemah baik dari segi akidah, muamalah dan sosial politik. Oleh karena itu Rasulullah sebagai figur utama sebagai pendidik karena pada waktu itu proses penurunan wahyu menjadi pendukung sentralistik peran beliau sebagai pendidik utama dan pertama. Demikian pula dalam hal evaluasi, metode dan strategi semuanya dikendalikan oleh Rasulullah saw.


G.     Kesimpulan
Sistem dan lembaga pendidikan Islam pada masa periode Madinah berawal dari periode Makkah. Sistem dan lembaga pendidikan Islam periode Madinah yang dimaksud baik dalam konsep fisik dan non fisik. Sistem kelembagaan yang bersifat fisik terdiri dari adanya lembaga pendidikan Dar al Arqam, shufiah dan Masjid. Sistem kelembagaan yang berisi non fisik terdiri dari kebijakan pendidikan Islam, tujuan, materi, metode/strategi, sarana/media, sistem evaluasi, lingkungan pendidikan serta kurikulum pendidikan Islam. Kebijakan pendidikan yang dilakukan Rasulullah saw pada masa periode Madinah yakni: Membangun masjid di Madinah. Mempersatukan berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik yang disinari nilai-nilai tauhid.
Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah: Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah bertolak dari tujuan periode makkah yaitu: pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian secara khusus Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik.
 Materi Pendidikan periode Madinah secara spesifik: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Metode/strategi periode madinah metode Istima’ dan Tahfizh untuk materi Alquran sedangkan muhadharah dan mudzakarah untuk penyampaian materi bidang muamalah, sosial dan politik. Disamping itu dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti- bukti yang rasional dan ilmiah yang dikuatkan pula oleh mu’jizat Rasulullah Saw
Materi ibadah: Disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah diikuti masyarakat. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode Uswah.
Sarana/media pembelajaran hanya tertuju pada media sentra Masjid. Sementara Evaluasi dilakukan dalam bentuk mengevaluasi hafalan para sabahat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Alquran dihadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibri.
Lingkungan pendidikan Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamai- an dan kasih sayang.
Kurikulum pendidikan Islam periode Madinah menggunakan pendekatan Teacher Sentris.


 





DAFTAR PUSTAKA

Abdul ‘Ali, Hasan,. At-Tarbiyah al-Islamiyah Fi al-Qurni al-Rabi al-Hijry, Mesir: Darul Fikri, 1977

Ali, Daud, M. dan Daud, Habibah, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al Husna. 2008

Ahmad, Sjalaby, Sedjarah Pendidikan Islam, alih bahasa Mukhtar Jahja dan Sanusi Latief, Djakarta: Bulan Bintang. 1973.

Athiyah al-Abrasyi, Muhammad,. Dasar-dasar pokok Pendidikan, alih bahasa Bustami A. Ghani dan Djohan Bahri, Jakarta: Bulan Bintang1970.

Arief, Armai. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Penerbit Angkasa. , 2005

Basir, Abd, “Lembaga Pendidikan Masjid Periodse Klasik: Telaah Eksistensi Masjid Sebagai Pusat Transmini Ilmu Pengetahuan Islam:, Tesis, Yogyakarta. 2000.

Gibb, H.A.R., 1953. Shorter Enceyclopaedia of Islam, Leiden. Langgulung, Hasan,. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna. 1988

Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits, Ciputat, UIN Jakarta Press, 2005. --------------, (terj) Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Pertengahan, Canada:Montreal, 2000. --------------, Sejarah Pendidikan Islam Pada Peride Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Rajawali Pers, 2004.

Nizar, Samsul,. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana. 2008

Ramayulis,. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2007

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. ke-9. Jakarta: Kalam Mulia, 2011
Ryan, Dg,. Sistem Analysis in Education Planning, London: Rontledge dan Kegan Paul. 1982

Surawardi, SistemKelembagan Pendidikan Islam Periode Madinah, (Jurnal: Management of Education, Volume 1, Issue 2, ISSN 977-2442404),100



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner