وإذقال لقمان لابنه وهو يعظه يـابني لا تشرك باالله إنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْـمٌ. {13}
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya mempersekutukan (Allah), adalah benar – benar
kedzaliman yang besar” {Q.S. Luqman : 13}
Sekelumit tentang Luqman
Luqman bin Ba’ura salah seorang
dari putra Azar, ayahanda Nabi Ibrahim As, berarti dia bersaudara dengan Bal’am
bin Ba’ura seorang alim, ahli ibadah di zaman Nabi Musa As. Yang di jerat oleh
firaun melalui istrinya untuk mensihir Nabi Musa dengan imbalan kekayaan.
Lukman hidup di zaman Nabi Daud As. Dia banyak menimba ilmu dari Nabi Daud As.
Dia terkenal seorang yang bijak, diantara kata mutiara yang di catat oleh al –
Baidhawi dan tafsirnya.
الصًَمْتُ حِكَمٌ وَ قَلِيْـلٌ فَـاعِلُهُ.
“Diam itu bijak, tetapi sedikit sekali orang yang
mengamalkannya”.
شَـرُّ النـَّاسِ الَّذِى لا يُبَالِى إِنَّ رَأهُ الناسُ
سَـيِّـأً.
“Manusia terjelek ialah orang yang sedang melakukan kejelekan
tanpa menghiraukan penglihatan orang lain, bahwa perbuatannya itu jelek”.
Karena kebijakannya itulah, maka
dia di abadikan dalam al – Qur’an untuk dijadikan ‘ibrah (pelajaran) sekaligus
uswah (tauladan) bagi kaum muslimin. Sekalipun menurut kebanyakan ahli tafsir
dia bukan Nabi. Salah satu nasehan kepada putranya adalah “Larangn Syirik,
karena syirik itu suatu kedzaliman kepada Allah yang sangat besar”.
Pengertian Syirik
Syirik biasa kita artikan dengan
sekutu atau kebersamaan. Kerjasama dalam usaha disebut syirkah. Negara – Negara
yang mengadakan ikatan untuk bekerjasama disebut “perserikatan bangsa –
bangsa”. Maka, yang di maksut dengan syirik di sini, dalam ilmu tauhid adalah
meyakini di balik Allah sebagai dzat yang maha kuasa itu ada penguasa lain,
baik dari segi penciptaan alam semesta ini maupun dalam segi keagungannya.
Dalam ilmu tauhid dikenal dengan “syirik rububiyah” dan “syirik uluhiyyah” lawan
dari “tauhid rububiyah” dan “tauhid uluhiyyah”.
Syirik itu dikatakan “zhulmun
‘azhim” suatu penganiayaan yang sangat besar atau dengan kata lain “dosa
besar”, karena kesyirikan itu sama dengan merendahkan derajat Allah yang serba
“Maha” (lebih lanjut bias di lihat di asma’ul husna). Karena besarnya dosa
syirik, Allah menegaskan tidak akan mengampuni pelakunya. Selama hidupnya tidak
bertaubat. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu. Bagi siapa yang
dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar {Q.S. An – Nisa’ : 48}.
Bahkan syirik itu bias membatalkan pahala amal sebagaiman
firman Allah SWT yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada mu dan kepada Nabi
– Nabi yang sebelummu. “jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang – orang yang merugi”. {Q.S. Az
– Zumar : 65}.
Bentuk kesyirikan
Di atas disebutkan syirik itu ada
2 macam yaitu : Rububiyah à
Dalam hal penciptaan dan pemeliharaan. Uluhiyyah à
Dalam hal peribadatan, maka bentuk – bentuknya yang populer di masyarakat kita sebagai berikut….:
a)
Syirik Rububiyah, yaitu
dalam bentuk sebuah keyakinan adanya benda atau makhluk yang bias melindungi
diri, yaitu yang di kenal dengan makhluk halus yang menyelinap dalam benda atau
tempat, semisal : keris yang dianggap bertuah, maka keris itu diagung –
agungkan, tempat atau pohon yang angker, lalu dibuangi sesajen semisal Bungan
dan telor dan lain sebagainnya. Jimat, rajah, hari – hari, bulan, jam tertentu,
dan sebagainnya.
b)
Syirik Uluhiyah, yaitu
syirik dalam peribadatan, semisal dalam berdo’a yang menggunakan wasilah
(bertawas – sul), seperti melalui kuburan yang dianggap keramat. Itulah yang
disindir Allah dalam Al – qur’an : “Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama
yang bersih (dari syirik), dan orang – orang yang mengambil pelindung selain
Allah (berkata) : “Kamai tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat – dekatnya”. Sesungguhnya Allah
akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang – orang yang pendusta dan sangat
ingkar”. {Q.S. Az – Zumar : 3}.
Kesyirikan seperti ini dianggap
pelanggaran besar, karena sama dengan tuduhan seolah – olah Allah itu tidak
dekat pada hambanya, sehingga perlu perantara. Padahal jelas sekali Allah
menegaskan tentang kedekatan – Nya pada hamba – hamba – Nya : “Dan apabila
apabila hamba – hamba – ku bertanya tentang aku, maka (jawablah) bahwasannya
aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada
– Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah – Ku), dan hendaklah
mereka beriman kepada – ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. {Q.S. Al – Baqarah : 186}.
Sangat dekatnya Allah dengan
hambanya itu, sampai Allah dalam hadis Qudsi mengatakan :
رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول : قال الله عزَّ وجَلَّ : أنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِي بِـــي, إنْ
ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ, وَإنْ ظَنَّ شَـرًّا فَـلَـهُ. { رواه أحمد }
“Rasulallah
Saw bersabdah : Allah Berfirman : Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku pada
Ku, jika prasangkanya itu baik dia akan mendapa kebaikan, dan jika prasangkanya
itu jelek dia akan mendapatkan kejelekan”. {H.R. Ahmad}
Dalam riwayat lain dikatakan : Abu Hurairah meriwayatkan, katanya :
Rasulallah SAW bersabdah : Allah berfirman :” Aku akan selalu dalam prasangka
hamba – Ku pada – Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika dia ingat Aku, jika
dia mengingatkan Aku sendirian dalam hati, Aku akan sebut dia dalam hati – Ku.
Jika dia menyebut Aku dalam kelompok orang banyak, maka Aku akan sebut dia
dalam kelompok yang lebih baik dari pada kelompok mereka, yaitu : Malaikat,
jika ia mendekati Aku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia
mendekati Aku sehasta, Aku akan mendekatinya sebahu, dan jika dia datang kepada
– Ku dengan jalan biasa, Aku akan mendatanginya dengan lari cepat”. {H.R.
Muslim}
Diantara
mendekatinya itu ialah dengan do’a, sebagaimana tersebut dalam riwayat berikut
ini :
قال الله أنـَا عِـنْـدَ ظَـنِّ عَبْدِيْ بِى وَ أ نـَا
مَعَهُ إذَا عَــانِـى.
“Allah berfirman
: Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku dan Aku akan bersama dia ketika dia
berdo’a kepada Ku”. {H.R. Muslim dan Tirmidzi}
Di antara ulama’ ushul ada yang
berpendapat, bahwa membuat bid’ah itu termasuk syirik, karena sama dengan
beranggapan menyaingi Allah dalam membuat syari’ah. Dari situ kemudian muncul
istilah syirik hukmiyah, yaitu membuat perundang – undangan sendiri menyaingi
undang – undang atau hukum Allah. Sedangkan Allah telah berfirman : “Katakanlah
: sesungguhnya Aku berada di atas hujjah yang nyata (Al – Qur’an), dari
TuhanKu, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada pada ku apa (azab) yang kamu
minta supaya disegerakan kedatangan-nya, menetapkan hukum itu hanyalah milik
Allah. Dia pemberi keputusan yang paling baik” {Q.S. Al – An’am : 57}
Dalam surat Yusuf ayat 40 : “kamu
tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama – nama yang
kamu dan nenek moyangmu membuat – buatnya. Allah tidak menurunkan sesuatu
keterangan pun tentang nama – nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Dan surat Yusuf ayat 67 Allah
menegaskan : “Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah
hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakal berserah diri".
Lebih keras lagi Allah
menjelaskan di dalam surat Al – Maidah ayat 44 & 45 & 47 : {44}Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. {45}Barang
siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang dzalim. {47}Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
fasik.
Menurut ayat diatas, orang yang
tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada 3 macam :
1.
Karena benci dan ingkarnya
kepada hukum Allah, orang yang semacam ini di sebut kafir (Q.S. Al – Maidah :
44)
2.
Karena hawa nafsu dan merugikan
orang lain yang demikian itu dinamakan dzalim (Q.S. Al – Maidah : 45)
3.
Karena banyak pelanggaran,
mereka disebut fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47.
Kesyirikan semacam itu, disinyalir dalam Al – Qur’an akan
banyak dijumpai di masyarakat beragama, termasuk yang beragama Islam. (Q.S.
Yusuf : 106) :
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ
مُشْرِكُونَ
"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada
Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan
lain)."
Prediksi
seperti itu ternyata banyak dilakukan oleh kita kaum muslimin. Namun ini
sebagai peringatan (Littahdid), agar kita selalu waspada.
Wallahu
a’lam bis shawwab