10/9/12

NASEHAT LUQMAN TENTANG SYIRIK





وإذقال لقمان لابنه وهو يعظه يـابني لا تشرك باالله إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْـمٌ. {13}


“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya mempersekutukan (Allah), adalah benar – benar kedzaliman yang besar” {Q.S. Luqman : 13}


Sekelumit tentang Luqman
Luqman bin Ba’ura salah seorang dari putra Azar, ayahanda Nabi Ibrahim As, berarti dia bersaudara dengan Bal’am bin Ba’ura seorang alim, ahli ibadah di zaman Nabi Musa As. Yang di jerat oleh firaun melalui istrinya untuk mensihir Nabi Musa dengan imbalan kekayaan. Lukman hidup di zaman Nabi Daud As. Dia banyak menimba ilmu dari Nabi Daud As. Dia terkenal seorang yang bijak, diantara kata mutiara yang di catat oleh al – Baidhawi dan tafsirnya.

الصًَمْتُ حِكَمٌ وَ قَلِيْـلٌ فَـاعِلُهُ.

“Diam itu bijak, tetapi sedikit sekali orang yang mengamalkannya”.

شَـرُّ النـَّاسِ الَّذِى لا يُبَالِى إِنَّ رَأهُ الناسُ سَـيِّـأً.
“Manusia terjelek ialah orang yang sedang melakukan kejelekan tanpa menghiraukan penglihatan orang lain, bahwa perbuatannya itu jelek”.

Karena kebijakannya itulah, maka dia di abadikan dalam al – Qur’an untuk dijadikan ‘ibrah (pelajaran) sekaligus uswah (tauladan) bagi kaum muslimin. Sekalipun menurut kebanyakan ahli tafsir dia bukan Nabi. Salah satu nasehan kepada putranya adalah “Larangn Syirik, karena syirik itu suatu kedzaliman kepada Allah yang sangat besar”.

Pengertian Syirik

Syirik biasa kita artikan dengan sekutu atau kebersamaan. Kerjasama dalam usaha disebut syirkah. Negara – Negara yang mengadakan ikatan untuk bekerjasama disebut “perserikatan bangsa – bangsa”. Maka, yang di maksut dengan syirik di sini, dalam ilmu tauhid adalah meyakini di balik Allah sebagai dzat yang maha kuasa itu ada penguasa lain, baik dari segi penciptaan alam semesta ini maupun dalam segi keagungannya. Dalam ilmu tauhid dikenal dengan “syirik rububiyah” dan “syirik uluhiyyah” lawan dari “tauhid rububiyah” dan “tauhid uluhiyyah”.

Syirik itu dikatakan “zhulmun ‘azhim” suatu penganiayaan yang sangat besar atau dengan kata lain “dosa besar”, karena kesyirikan itu sama dengan merendahkan derajat Allah yang serba “Maha” (lebih lanjut bias di lihat di asma’ul husna). Karena besarnya dosa syirik, Allah menegaskan tidak akan mengampuni pelakunya. Selama hidupnya tidak bertaubat. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu. Bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar {Q.S. An – Nisa’ : 48}.
Bahkan syirik itu bias membatalkan pahala amal sebagaiman firman Allah SWT yang artinya :

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada mu dan kepada Nabi – Nabi yang sebelummu. “jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang – orang yang merugi”. {Q.S. Az – Zumar : 65}.

Bentuk kesyirikan

Di atas disebutkan syirik itu ada 2 macam yaitu : Rububiyah à Dalam hal penciptaan dan pemeliharaan. Uluhiyyah à Dalam hal peribadatan, maka bentuk – bentuknya yang populer  di masyarakat kita sebagai berikut….:

a)      Syirik Rububiyah, yaitu dalam bentuk sebuah keyakinan adanya benda atau makhluk yang bias melindungi diri, yaitu yang di kenal dengan makhluk halus yang menyelinap dalam benda atau tempat, semisal : keris yang dianggap bertuah, maka keris itu diagung – agungkan, tempat atau pohon yang angker, lalu dibuangi sesajen semisal Bungan dan telor dan lain sebagainnya. Jimat, rajah, hari – hari, bulan, jam tertentu, dan sebagainnya.

b)      Syirik Uluhiyah, yaitu syirik dalam peribadatan, semisal dalam berdo’a yang menggunakan wasilah (bertawas – sul), seperti melalui kuburan yang dianggap keramat. Itulah yang disindir Allah dalam Al – qur’an : “Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik), dan orang – orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) : “Kamai tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat – dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang – orang yang pendusta dan sangat ingkar”. {Q.S. Az – Zumar : 3}.

Kesyirikan seperti ini dianggap pelanggaran besar, karena sama dengan tuduhan seolah – olah Allah itu tidak dekat pada hambanya, sehingga perlu perantara. Padahal jelas sekali Allah menegaskan tentang kedekatan – Nya pada hamba – hamba – Nya : “Dan apabila apabila hamba – hamba – ku bertanya tentang aku, maka (jawablah) bahwasannya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada – Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah – Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada – ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.   {Q.S. Al – Baqarah : 186}.


Sangat dekatnya Allah dengan hambanya itu, sampai Allah dalam hadis Qudsi mengatakan :

 رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : قال الله عزَّ وجَلَّ : أنَا عِنْدَ ظَنَّ عَبْدِي بِـــي, إنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ, وَإنْ ظَنَّ شَـرًّا فَـلَـهُ. { رواه أحمد }

“Rasulallah Saw bersabdah : Allah Berfirman : Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku pada Ku, jika prasangkanya itu baik dia akan mendapa kebaikan, dan jika prasangkanya itu jelek dia akan mendapatkan kejelekan”. {H.R. Ahmad}


Dalam riwayat lain dikatakan : Abu Hurairah meriwayatkan, katanya : Rasulallah SAW bersabdah : Allah berfirman :” Aku akan selalu dalam prasangka hamba – Ku pada – Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika dia ingat Aku, jika dia mengingatkan Aku sendirian dalam hati, Aku akan sebut dia dalam hati – Ku. Jika dia menyebut Aku dalam kelompok orang banyak, maka Aku akan sebut dia dalam kelompok yang lebih baik dari pada kelompok mereka, yaitu : Malaikat, jika ia mendekati Aku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia mendekati Aku sehasta, Aku akan mendekatinya sebahu, dan jika dia datang kepada – Ku dengan jalan biasa, Aku akan mendatanginya dengan lari cepat”. {H.R. Muslim}
Diantara mendekatinya itu ialah dengan do’a, sebagaimana tersebut dalam riwayat berikut ini :

قال الله أنـَا عِـنْـدَ ظَـنِّ عَبْدِيْ بِى وَ أ نـَا مَعَهُ إذَا عَــانِـى.

“Allah berfirman : Aku selalu bersama prasangka hamba – Ku dan Aku akan bersama dia ketika dia berdo’a kepada Ku”. {H.R. Muslim dan Tirmidzi}


Di antara ulama’ ushul ada yang berpendapat, bahwa membuat bid’ah itu termasuk syirik, karena sama dengan beranggapan menyaingi Allah dalam membuat syari’ah. Dari situ kemudian muncul istilah syirik hukmiyah, yaitu membuat perundang – undangan sendiri menyaingi undang – undang atau hukum Allah. Sedangkan Allah telah berfirman : “Katakanlah : sesungguhnya Aku berada di atas hujjah yang nyata (Al – Qur’an), dari TuhanKu, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada pada ku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangan-nya, menetapkan hukum itu hanyalah milik Allah. Dia pemberi keputusan yang paling baik” {Q.S. Al – An’am : 57}

Dalam surat Yusuf ayat 40 : “kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama – nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat – buatnya. Allah tidak menurunkan sesuatu keterangan pun tentang nama – nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dan surat Yusuf ayat 67 Allah menegaskan : “Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri".

Lebih keras lagi Allah menjelaskan di dalam surat Al – Maidah ayat 44 & 45 & 47 : {44}Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. {45}Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim. {47}Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.

Menurut ayat diatas, orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada 3 macam :
1.       Karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang semacam ini di sebut kafir (Q.S. Al – Maidah : 44)

2.       Karena hawa nafsu dan merugikan orang lain yang demikian itu dinamakan dzalim (Q.S. Al – Maidah : 45)
3.       Karena banyak pelanggaran, mereka disebut fasik sebagaimana ditunjuk oleh ayat 47.
Kesyirikan semacam itu, disinyalir dalam Al – Qur’an akan banyak dijumpai di masyarakat beragama, termasuk yang beragama Islam. (Q.S. Yusuf : 106) :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)."

Prediksi seperti itu ternyata banyak dilakukan oleh kita kaum muslimin. Namun ini sebagai peringatan (Littahdid), agar kita selalu waspada.

Wallahu a’lam bis shawwab

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner