Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا
اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.
Ma'asyirol Muslimin
rahimakumullah ...
Segala puji
bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan
dan karuniaNya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada
makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kali ini kita
dapat menunaikan kewajiban shalat Jum’at.
Semoga
shalawat dan salam tercurahkan kepada pemimpin dan uswah kita Nabi Muhammad,
yang melalui perjuangannyalah, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga
kita terbebas dari kejahiliyahan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam
juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Pada
kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada
jama’ah semuanya, agar kita selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita,
karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat
kelak.
Ma'asyirol Muslimin
rahimakumullah ...
Tauhid
adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena
tauhid menjadi landasan bagi setiap amal, menurut tuntunan Islam, tauhidlah yang
akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang
hakiki di alam akhirat nanti. Dan amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan
sia-sia, tidak dikabulkan oleh Allah dan lebih dari itu, amal yang dilandasi
dengan syirik akan menyengsarakannya di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Allah
berfirman:
“Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu,
‘jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja
yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”.
(Az-Zumar: 65-66)
Hamba Allah yang beriman ...
Tauhid
bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah
Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran
wujud (keberadaan)Nya dan wahdaniyah (keesaan)Nya dan bukan pula
sekedar mengenal Asma’ dan sifatNya.
Iblis
mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaaan dan
kemahakuasaan Allah dengan permin-taannya kepada Allah melalui Asma dan
sifat-Nya. Kaum Jahiliyah Kuno yang dihadapi Rasulullah juga meyakini bahwa
pencipta. Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah.
Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit
dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah.” (Luqman: 25).
Namun
kepercayaan mereka dan keyakinan mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai
makhluk yang berpredikat Muslim, yang beriman kepada Allah. Dari sini lalu
timbullah pertanyaan: “Apakah hakikat tauhid itu?”
Hamba Allah, yang beriman ...
Hakikat
Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan
takut kepadaNya. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah. Dan
sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid. Mulai Rasul yang
pertama, Nuh, hingga Rasul terakhir, yakni nabi Muhammad n. Sebagaimana firman
Allah:
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.”
(Adz-Dzariyat: 56).
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
“Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Sesungguhnya tauhid tercermin dalam kesaksian
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya,
tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan tidak ada ibadah yang benar
kecuali ibadah yang sesuai dengan tuntunan rasul yaitu As-Sunnah. Orang yang
mengikrarkannya akan masuk Surga selama tidak dirusak syirik atau kufur
akbar.
Sebagaimana
firman Allah:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang,
mendapat petunjuk.” (Al-An’am:
82)
Abdullah
bin Mas’ud meriwayatkan, “Ketika ayat ini turun, para sahabat merasa sedih dan
berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak berlaku dzalim kepada
diri sendiri lalu Rasul menjawab:
لَيْسَ ذَلِكَ، إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ،
أَلَمْ تَسْمَعُوْا قَوْلَ لُقْمَانَ لاِبْنِهِ: {يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ}. (متفق عليه).
“Yang
dimaksud bukan (kedzaliman) itu, tetapi syirik. Tidak-kah kalian mendengar
nasihat Luqman kepada puteranya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar suatu kedzaliman yang
besar.” (Luqman: 13) (Muttafaqun
alaih).
Ayat ini
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengesakan Allah.
Orang-orang yang tidak mencampur-adukkan antara keimanan dengan syirik serta
menjauhi segala perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang
sempurna dari siksa Allah di akhirat. Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk di
dunia.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah ...
Jika dia
adalah seorang ahli tauhid yang murni dan bersih dari noda-noda syirik serta
ikhlas mengucapkan “laa ilaaha illallah” maka tauhid kepada Allah menjadi
penyebab utama bagi kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi penghapusan
dosa-dosa dan kejahatannya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah
yang diriwayatkan ‘Ubadah bin Ash-Shamit:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ
عِيْسَى عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ
مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّهَ عَلَى
مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ. (رواه البخاري ومسلم).
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muham-mad adalah
hamba dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba Allah, utusanNya dan
kalimat yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh dari padaNya, dan (bersaksi
pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan Nerakapun benar adanya maka Allah
pasti akan memasukkan ke dalam Surga, apapun amal yang
diperbuatnya.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Maksudnya,
segenap persaksian yang dilakukan oleh seorang Muslim sebagaimana yang
terkandung dalam hadist tadi berhak memasukkan dirinya ke Surga. Sekalipun dalam
sebagian amal perbuatannya terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana
ditegaskan di dalam hadist qudsi, Allah berfirman:
يَا ابْنَ
آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتني بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ
لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (حسن، رواه
الترمذي والضياء).
“Hai anak
Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa dosa sepenuh bumi,
sedangkan engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun,
niscaya aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhiya’, hadist
hasan).
Hadist
tersebut menegaskan tentang keutamaan tauhid. Tauhid merupakan faktor terpenting
bagi kebahagiaan seorang hamba. Tauhid merupakan sarana paling agung untuk
melebur dosa-dosa dan maksiat.
Hamba Allah yang beriman ...
Jika tauhid
yang murni terealisasi dalam hidup seseorang, baik secara pribadi maupun
jama’ah, niscaya akan menghasilkan buah yang sangat manis. Di antara buah manis
yang didapat adalah:
- Tauhid memerdekakan manusia dari segala
per-budakan dan penghambaan kecuali kepada Alah. Memerdeka-kan fikiran dari berbagai khurofat
dan angan-angan yang keliru. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan
menghinakan diri kepada selain Allah Memerdekakan hidup dari kekuasaan Fir’aun,
pendeta dan thaghut yang menuhankan diri atas hamba-hamba
Allah.
- Tauhid membentuk kepribadian yang kokoh.
Arah hidup-nya jelas, tidak
menggantungkan diri kepada Allah. Kepada-Nya ia berdo’a dalam keadaan lapang
atau sempit.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menyembah orang yang hidup, pada saat lain ia menyembah orang yang mati. Orang Mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridla dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hati menjadi tentram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkan ke kanan, sedang tuhan yang lainnya menginginkan ke kiri.
- Tauhid mengisi hati para ahlinya
dengan keamanan dan
ketenangan. Tidak merasa takut
kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap
rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya
menjadi sirna. Seorang Mukmin hanya takut kepada Allah. Karena itu ia merasa
aman ketika kebanyakan orang merasa ketakutan, ia merasa tenang ketika mereka
kalut.
- Tauhid memberikan nilai Rohani kepada pemilik-nya. Karena jiwanya hanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan) Nya, sabar atas musibah serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar segera dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi’ar dan semboyannya adalah sabda Rasul:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ. (رواه الترمذي وقال حسن
صحيح).
Bila kamu meminta
maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah
kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi,
ia berkata hadits hasan shahih)
- Tauhid merupakan dasar persaudaraan dan keadilan. Karena tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba Allah dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad n kemudian orang yang paling bertaqwa.
Itulah buah
manis dari Tauhid yang akan membebaskan pelakunya dari kehinaan dan kesengsaraan
dan Tauhidlah yang akan mengembalikan kehormatan Islam dan Muslimin,
mengembalikan harga diri dan kemuliaan Islam dan Muslimin, dan menaikkan derajat
dan martabat Islam dan Muslimin di atas segala kehinaan yang selama ini dialami
oleh kaum Muslimin.
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيَّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا
بَعْدُ؛
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ...
Kembali
pada khutbah yang kedua ini, saya mengajak diri saya dan jama’ah untuk
senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sesungguhnya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad, kepada para
sahabatnya, keluarganya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kemudian
dari khutbah yang pertama tadi dapat kita tarik kesimpulan sebagai
berikut:
- Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya.
- Hakekat Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: meghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen, dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya.
3.
Tauhid menyebabkan pemiliknya
dihapuskan dari segala dosa.
- Tauhid yang terealisasi dalam hidup seseorang, akan menghasilkan buah yang sangat manis, yaitu:
·
Tauhid memerdekakan
manusia dari segala perbudakan dan penghambaan.
·
Tauhid membentuk
kepribadian yang kokoh.
·
Tauhid mengisi hati
para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan.
·
Tauhid memberikan
nilai ruhiyah kepada pemiliknya.
·
Tauhid merupakan dasar
persaudaraan dan persamaan.
Karena itu,
marilah pada kesempatan kali ini kita berdo’a kepada Allah, memohon ampunan atas
segala dosa syirik yang pernah kita lakukan dan kita memohon agar kita dijauhkan
dari segala perbuatan syirik dan pelaku-pelakunya. Kemudian pula kita memohon
kepada Allah agar kita dihindarkan dari kehinaan dan diangkat derajat kita di
dunia dan di Akhirat.
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ
إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا،
رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ
وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، وَاهْدِهِمْ سُبُلَ السَّلاَمِ
وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْ
أَسْمَاعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَاتِهِمْ مَا
أَبْقَيْتَهُمْ، وَاجْعَلْهُمْ شَاكِرِيْنَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ
قَابِلِيْنَ لَهَا، وَأَتْمِمْهاَ عَلَيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ
الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ.
No comments:
Post a Comment