MENERUSKAN AMAL KEBAIKAN
عن عا ءشة رضي الله عنها أنَّ رَسول الله صلى الله عليه
وسلم سُـءِـلَ أيُّ الْعَمَلُ أحَبُّ إلى اللهِ قال : أدْوَمُهُ وَإنْ قَلَّ {رواه
مسلم}
Artinya
:
“Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah
amalan yang paling berkesinambungan walaupun hanya sedikit”. {H.R. Muslim}
Ramadhan telah lewat, menyisakan sepenggal duka di
hati insan yang beriman karena harus berpisah dengan bulan yang penuh
keberkahan dan kebaikan. Terbayang saat – saat yang sarat dengan ibadah puasa, tarawih,
tadarrus Al – Qur’an, dzikir, istighfar, sedekah, memberi makan orang yang
berbuka, masjid di penuhi jama’ah, majelis – majelis dzikir dan ilmu juga
dipadati jama’ah. Mengingat semua itu, tersimpan satu asa : andai setiap bulan
dalam setahun adalah Ramadhan.
Namun Allah SWT telah menerapkan
segala sesuatu dengan hikmah-Nya. Yang tersisa adalah pertanyaan – pertanyaan :
Adakah umur kita akan sampai di tahun mendatang untuk berjumpa kembali dengan
Ramadhan…? Dan adakah kehidupan yang bernuansa Ramadhan di luar Ramadhan.
Fenomena
Tahunan
Kalau kita melihat fenomena
tahunan yang selama ini kita alami, sepertinya kita sudah dapat memperkirakan
seperti apa kondisi kita setelah Ramadhan. Penurunan semangat, enggan shalat
berjama’ah di masjid, malas membaca Al – Qur’an, tidak peduli dengan majelis
ta’lim, kikir terhadap orang – orang lemah, atau bahkan mungkin ada lagi yang
kembali sibuk dengan aktifitas kemaksiatannya, Na’u dzubillahi Min dzalik….
Kalau kebiasaan tahunan yang
terjadi seperti ini, maka keadaan kita tidak jauh beda dengan keadaan seseorang
yang digambarkan oleh Allah SWT dalam firmannya, “Dan janganlah kamu seperti
orang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah di pintal dengan kuat
menjadi cerai berai kembali”. {Q.S. An – Nahl : 92}
Selama bulan Ramadhan ini, kita
telah sibuk mengobati hati kita yang telah lama sakit, dan telah memupuk dan
menyiram keimanan yang selama ini kering dan layu. Tetapi setelah hati kita
sehat, serta keimanan telah kembali segar, tegar dan kokoh berdiri, kembali
kita suntik hati kita dengan berbagai macam – macam virus dan bakteri
kemaksiatan, serta kita tebas kembali keimanan kita dengan berbagai pedang kemungkaran
dan kenistaan.
Kita memang tidak menurut
kondisi kita setelah Ramadhan sama persis dengan kondisi kita di Ramadhan,
karena itu adalah tuntunan yang berat dan sulit di Ramadhan, karena itu adalah
tuntutan yang sangat berat dan sulit. Karena Ramadhan memiliki keistimiewahan
dan kekuatan khusus yang tidak di miliki oleh bulan – bulan yang lainnya. Akan
tetapi kita berusaha memanfaatkan sebagian keistimewahan dan kekuatan Ramadhan
untuk kita gunakan sebagai bahan bakar agar kita tetap istiqomah setelah
Ramadhan.
Perangkap
Setan
Kita semua tau bahwa setan tidak akan pernah rela
kalau kida berada di jalan ketaatan kepada Allah SWT, setan akan senantiasa
berusaha dengan berbagai cara supaya kita mengikuti jejak dan ajakannya. Allah
berfirman : “Iblis menjawab: "Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,{16}. kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).{17}. {Q.S. Al – A’raf : 16 – 17}.
Dalam
hal ini, setan telah memasang dua perangkap yaitu :
1.
Perangkap sebelum Ramadhan.
Sebelum ramadhan ,
setan berusaha dengan sekuat tenaga dan dengan sekuat tenaga dan dengan
berbagai cara supaya kita berkubang di dalam berbagai macam bentuk kemaksiatan.
Dengan demikian kemaksiatan yang kita lakukan sebelum Ramadhan ini akan
mendorong kita untuk bermaksiat kembali di Ramadhan. Karena sebuah kemaksiatan
mengajak kemaksiatan lainnya.
Kalaupun kemaksiatan yang kita lakukan sebelum
Ramadhan itu tidak sampai menjadikan kita seperti kondisi di atas, maka
kemaksiatan tersebut minimal akan melemahkan hati kita, sehingga kita tidak
memiliki keinginan untuk berbuat kebaikan, atau malas beribadah.
2.
Perangkap setelah Ramadhan.
Setelah Ramadhan, setan juga memiliki perangkap
lainnya yang tidak kala dahsyatnya. Setelah sebulan penuh setan merasa berat
dan tidak leluasa mengganggu kita, disebabkan karena puasa kita melemahkan
keinginan kita untuk bermaksiat, atau bahkan ada di antara orang yang berpuasa
tersebut mampu mengekang hawa nafsunya sehingga mengisi waktunya dengan
berbagai macam ibadah dan amal ketaatan, maka setan memasang perangkap yang
lain.
Setelah Ramadhan berlalu dan kita sudah tidak
berpuasa lagi, maka setan ingin memupuk kembali keinginan kita untuk
bermaksiatan. Setan ingin kita kembali seperti semula seperti kondisikita
sebelum Ramadhan, atau bahkan kalau bias lebih buruk lagi dari keadaan
sebelumnya. Karena sebagaimana amal kebaikan itu dapat menghapus dosa – dosa,
maka demikian juga sebaliknya, kemaksiatan dan dosa dapat mengurai atau bahkan
menghapus pahala kebaikan yang telah kita kumpulkan. Sebagaimana firman Allah
SWT : “Yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena)
mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus
(pahala) amal-amal mereka”.{Q.S.
Muhammad : 28}.
Orang yang melakukan kemaksiatan
berarti dia telah mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci
keridho’annya, sehingga Allah SWT mengurangi atau bahkan menghapus pahala
amalnya sesuai dengan tingkat kemaksiatan yang dilakukannya.
Cara
Menghadapi Perangkap Setan
Rasulallah SAW
mengajarkan kepada kita cara menghadapi perangkap setan sebelum dan sesudah
Ramadhan. Beliau memberikan contoh kepada kita cara menghadapi perangkap setan
sebelum Ramadhan dengan menyambut kedatangan Ramadhan dengan berpuasa Sya’ban.
Beliau juga mengajarkan kepada kita memperbanyak puasa di bulan Sya’ban agar
hati kita menguat, keimanan kita meninggi, sehingga begitu masuk Ramadhan, kita
lebih bersemangat beribadah dan mampu memanfaatkan keistimewaan Ramadhan secara
optimal.
Adapun untuk menghadapi perangkat setan setelah
Ramadhan yaitu diantaranya dengan puasa enam hari di bulan syawwal. Karena itu
Rasulallah SAW memberikan motivasi kepada kita untuk melakukannya, sebagaimana
Nabi bersabdah : “Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian di ikuti
dengan puasa enam hari di bulan syawwal, maka seolah – olah telah berpuasa
setahun penuh”.{H.R. Muslim}
Orang yang melaksanakan puasa
syawwal diharapkan senantiasa berada dalam ketaatan dan berkesinambungan di
dalam Ibadah. Karena Rasulallah pernah bersabdah : “Amalan yang paling di
cintai Allah adalah amalan yang berkesinambungan walaupun hanya sedikit”. {H.R.
Muslim}
Marilah kita senantiasa
memelihara amalan – amalan Ramadhan dengan meneruskannya di bulan – bulan ke
depan. Dengan demikian insyaAllah keimanan dan ketaqwaan kita tetap terpelihara
sampai bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
No comments:
Post a Comment