5/10/16

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa




Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa:
a)      Faktor yang berasal dari diri sendiri (Internal), terdiri dari faktor fisiologis, psikologis dan kematangan.
1.   Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh (kesehatan).
Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari kurang dipahami. Untuk mempertahankan jasmani yang sehat maka siswa dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang berkesinambungan.
            Tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga mempengaruhi siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, maka sebaiknya guru bekerjasama dengan sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas kesehatan. Kiat lain adalah menempatkan siswa yang penglihatan dan pendengarannya kurang sempurna di deretan bangku terdepan secara bijaksana.[1] Kemampuan  organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatife selanjutnya terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.[2]
2.      Faktor psikologis, (faktor yang bersifat rohani) baik yang bersifat bawaan (kesehatan mental) maupun yan diperoleh (intelegensi, perhatian, sikap siswa, bakat, minat, motivasi).
a.       Intelegensi Menurut William Stern, Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.[3] Tingkat intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi ke mampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya meraih sukses, demikian pula sebaliknya. Siswa yang mempunyai IQ yang tinggi biasanya memperlihatkan performa yang baik di sekolah, kita tidak boleh membuat kesimpulan secara meyakinkan bahwa prestasi belajar mereka yang tinggi disebabkan oleh intelegensinyasaja, intelegensi mungkin memainkan peran penting terhadap prestasi sekolah, namun banyak faktor lain yang juga turut terlibat yaitu motivasi, mutu pengajara, fasilitas dalam keluarga, dukungan orang tua, harapan teman-teman sebaya dan sebagainya.[4]
b.      Perhatian. Gazali dalam slameto (1991) menyatakan bahwa perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau benda-benda atau sekumpulan objek. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka guru harus mengusahakan bahan pelajaran yang menarik perhatian sesuai dengan hobi dan bakatnya. Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian yang timbul dari keinginan (volitional attention) dan bukan dari keinginan atau tanpa kesadaran kehendak (nonvolitional attention).[5]
c.       Sikap. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatife tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatife. Untuk mengantisipasi sikap negatife guru dituntut untuk lebih menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan mata pelajarannya.
d.      Bakat. Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang tidak mengetahui bakatnya, sehingga memilih jurusan yang bukan bakatnya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.[6] Sebagaimana telah diterangkan mengenai tingkah laku manusia, bahwa suatu karya atau prestasi memerlukan adanya kemampuan atau bakat dan motivasi atau kemauan. Sebagian dari bakat itu secara potensial sudah ada sejak lahir dan sebagian lagi didapat atau muncul melalui pertumbuhan dan perkembangan. Bakat sebagai suatu potensi memerlukan lingkungan dan kesempatan agar dapat berkembang seoptimal mungkin melalui pengalaman dan pendidikan.[7]
e.       Minat. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang menaruh minat besar terhadap kesenian akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada yang lain. Pemusatan perhatian itu memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan mencapai prestasi yang diinginkan.[8] Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.[9]
f.       Motivasi. Motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Motivasi ada dua jenis, intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datang secara alamiah dari diri siswa itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri dari lubuk hati paling dalam. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik, hukuman dsb.[10]Motivasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar. Dalam arti apabila seseorang menyebutkan motivasi belajar, yang dimaksud tentu segala yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. [11]
g.      Faktor kesehatan mental. Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.[12]
3.      Faktor kematangan fisik maupun psikis (kesiapan, kelelahan)[13]
a.       Kematangan.
Kematangan merupakan suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil apabila anak sudah siap (matang) untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar siswa.
b.      Kesiapan
Kesiapan atau readiness merupakan kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesediaan itu datang dari dalam diri siswa dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dengan kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c.       Kelelahan
Kelelahan ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh (beristirahat). Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang.
b)      Faktor yang berasal dari luar (eksternal) diantaranya:
1.   Faktor social yang terdiri atas:[14]
a.       Lingkungan Sekolah
            Lingkungan social sekolah meliputi guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Di sekolah anak berinteraksi dengan guru-guru (pengajar) beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta pegawai tata usaha, dari interaksi tersebut siswa akan memperoleh pendidikan formal (terprogram dan terjabarkan dengan tetap) di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap terhadap bidang study mata pelajaran. [15]


b.      Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah tetangga dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan banyak pengangguran akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa akan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Proses sosial pada masyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada siswa. Hal ini cukup beralasan karena siswa merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai obyek penting dalam proses sosialisasi. Sebagai bagian dari masyarakat siswa dituntut dapat hidup bermasyarakat secara baik, dan sebagai proses sosialisasi, siswa merupakan individu yang perlu mendapatkan proses belajar bermasyarakat.[16]
c.       Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain:
1)      Perhatian orang tua. Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
2)      Keadaan ekonomi orang tua. Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi-prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.
3)      Hubungan antara anggota keluarga. Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.[17]
2.Factor Non social
Factor-faktor yang termasuk lingkungan non social adalah gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letak-letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa.[18]
Factor-faktor yang mempengaruhi belajar[19]
Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa
Eksternal Siswa
Pendekatan Belajar Siswa
1. Pendekatan Sisiologis:
Ø Tonus Jasmani
Ø Mata dan Telinga


2.   Aspek Psikologis:
Ø Intelegensi
Ø Sikap
Ø Perhatian
Ø Minat
Ø Bakat
Ø Motivasi.
1. Lingkungan Sosial:
Ø  Keluarga
Ø  Guru dan Staff
Ø  Masyarakat
Ø  Teman
2.    Lingkungan Nonsosial:
Ø  Rumah
Ø  Sekolah
Ø  Peralatan
Ø  Alam
1.   Pendekatan Tinggi:
Ø  Speculative
Ø  Achieving


2.    Pendekatan Sedang:
Ø  Analytic
Ø  Deep
3.    Pendekatan Rendah:
Ø  Reproductive
Ø  Surface.

Selain cara belajar ada factor-faktor lain yang mempengaruhi belajar, antara lain:
1)      Kurangnya minat dan motivasi dalam belajar.
Siswa kadang mengalami situasi ingin terus santai, malas-malasan dan tidak mempunyai gairah untuk belajar. Semua ini mengakibatkan menumpuknya materi pelajaran yang belum dikuasai sehingga menambah rasa malas untuk belajar dan keputusasaan yangakhirnya akan menjerumuskan siswa dalam kegagalan atau setidaknya tidak berprestasi.
2)      Sulit memahami materi pelajaran.
Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam memahami sebagian materi pelajaran. Ada yang disebabkan oleh sulitnya materi dan ada pula karena ketidakmampuan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan gaya bahasa yang mudah dan sederhana. Selanjutnya bisa juga karena rendahnya kadar kecerdasan siswa atau kebencian siswa terhadap suatu mata pelajaran.
3)      Kondisi fisik orang yang belajar.
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya.
4)      Kondisi psikis anak.
Selain kondisi fisik kondisi psikis harus pula diperhatikan. Keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin gangguan atau keadaan lingkungan, situasi rumah, keadaan keluarga, ekonomi, dll.
5)      Kemauan Belajar.
Kemauan ini memegang peranan yang penting didalam belajar. Adanya kemauan dapat mendorong belajar dan sebaliknya tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar.
6)      Hubungan kurang baik dengan guru.
Terkadang hubungan siswa dengan guru menjadi buruk karena beraneka ragamnya masalah yang mengakibatkan situasi tidak akrab antara keduanya. Situasi ini memuncak jika siswa tidak menghadiri proses belajar mengajar atau tidak mampu memahami pelajaran yang mungkin karena perlakuan keras sang guru pada siswanya, ketika membentak siswa tersebut dihadapan teman-temannya.[20]
7)      Jenuh dalam belajar.
Jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun dan jemu atau bosan. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dari hasil belajar tidak ada kemajuan. Upaya mengatasi atau menghilangkan kejenuhan adalah dengan terlebih dahulu mencari penyebab timbulnya kejenuhan, barulah selanjutnya memberikan solusi terhadap kejenuhan itu.[21]


8)      Malas Belajar.
Menurut Sarwono S.W, factor-faktor yang menyebabkan anak malas belajar adalah tidak mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidak mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos sekolah maupun les, sering mengharap soal bocoran ujian dan menyontek untuk mendapatkan nilai yang bagus.[22]
9)      Peristiwa lupa dalam Belajar.
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari. Factor-faktor penyebab lupa adalah:
a.       Adanya gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa, misalnya materi lama yang sudah tersimpan di akal mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
b.      Adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja atau tidak, misalnya informasi kurang menyenangkan sehingga dengan sengaja menekannya hingga ke alam bawah sadar.
c.       Perubahan lingkungan antara waktu belajar dan waktu mengingat kembali.
d.      Adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
e.       Materi yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
Pada prinsipnya apabila materi pelajaran yang disajikan kepada siswa dapat diserap, diproses dan disimpan dengan baik oleh sistem memori mereka, maka peristiwa lupa mungkin tidak terjadi. Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa.
10)     Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Faktor faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari:
1.   Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yaitu:
a.       Yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelegensi
Siswa.
b.      Yang bersifat afektif seperti labilnya emosi dan sikap.
c.       Yang bersifat psikomotor seperti terganggunya alat indera penglihat dan pendengar.
2.   Factor ekstern yaitu segala keadaan yang datang dari luar diri siswa. Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yaitu:
a.       Lingkungan  keluarga,  contohnya  ketidakharmonisan orangtua dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.      Lingkungan masyarakat, contohnya lingkungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group), yang nakal.
c.       Lingkungan sekolah, contohnya letak sekolah yang dekat dengan Pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.[23]


[1] Muhibbin Syah,  Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 145-146
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung:Remaja Rosdakarya Offset, 2010), 130
[3] Ngalim Purwanto,  Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 52
[4] Jeanne Ellies Ormrod, Psikologi Pendidikan, membantu siswa tumbuh dan berkembang, (Jakarta:Erlnagga, 2008), 219
[5] Tohirin,  Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi Dan Kompetensi (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005), 129-130
[6] Muhibbin Syah,  Psikologi Belajar, 150
[7]Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, 161
[8] E. Mulyasa, ImplementasiKurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 194
[10] Nanang Hanafiah, dkk, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2009), 26-27
[11]Purwa Atmaja Perwira, Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2012), 320
[13] Tohirin,  Psikologi Pembelajaran, 135-137
[14] Muhibbin Syah,  Psikologi Belajar, 152-153
[15]Muhammad Rifa’I, Sosiologi Pendidikan: Struktur dan Interaksi Sosial didalam Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), 91
[16]Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Individu, Masyarakat, Dan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 104
[18] Muhibbin Syah,  Psikologi Belajar, 153-155
[19] Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan, 137
[20] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 169-172
[21] Tohirin,  Psikologi Pembelajaran, 140-142
[22] Nanang Hanafiah, dkk, Konsep Strategi Pembelajaran, 10-11
[23] Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan, 170-171

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner