TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Oleh :
AHMAD FATHULLAH
NPM. 20162550005
DosenPembimbing:
Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, MSi
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER STUDI ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2016
AHMAD FATHULLAH
NPM. 20162550005
DosenPembimbing:
Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, MSi
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER STUDI ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2016
1. Apa Ilmu Pengetahuan menurut Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal
2 Empirisme
paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.
3 Positivisme
ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi obyek pengetahuan.Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metoda diluar yang digunakan untuk menelaah fakta
4 Fenomenologi
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
2. Bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan menurut Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal.
2 Empirisme
Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera
3 Positivisme
mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme.Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam
4 Fenomenologi
Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas.
3. Sebutkan Kekuatan masing – masing Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian Rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang tertarik untuk menggeluti masalah – masalah filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan dan menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia
1 Rasionalisme
paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal
2 Empirisme
paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.
3 Positivisme
ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi obyek pengetahuan.Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metoda diluar yang digunakan untuk menelaah fakta
4 Fenomenologi
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
2. Bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan menurut Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
Rasionalisme itu berpendirian, sumber pengetahuan terletak pada akal.
2 Empirisme
Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera
3 Positivisme
mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme.Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam
4 Fenomenologi
Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas.
3. Sebutkan Kekuatan masing – masing Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian Rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang tertarik untuk menggeluti masalah – masalah filosofi. Rasionalisme berpikir menjelaskan dan menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia, mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia
2 Empirisme
pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar, karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
3 Positivisme
1. Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar dari faham ini jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.
2. Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka akan menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia akan mempu menjelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan valid.
3. Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang akan didorong untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya terbatas menghimpun fakta, tetapi juga meramalkan masa depannya.
4. Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi.
5. Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada epistemology ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai dasar pemikirannya.
4 Fenomenologi
1. fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
2. fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
3. fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya
4. Sebutkan kelemahan masing – masing Rasionalisme, Empirisme, Positivisme, dan Fenomenologi ?
1 Rasionalisme
memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut, doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek, sehingga rasionalisme hanya berpikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan objek – objek rasional secara peka
2 Empirisme
1. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil..
2. Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulanya rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membohongi indera. Ini jelas dapat menimbulkan inderawi yang salah.
4. Indera dan objek sekaligus. Empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia
3 Positivisme
1. Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Akibat dari ketidakpercayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya manusia yang nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka. Padahal yang demikian itu didalam ajaran Agama adalah benar kebenarannya dan keberadaannya.
3. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada.
4. Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat menemukan pengetahuan yang valid.
5. Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada panca indera. Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan bahan kajian.
6. Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi yang optimis, tetapi juga terkesan lincar seakan setiap tahapan sejarah evolusi merupakan batu pijakan untuk mencapai tahapan berikutnya, untuk kemudian bermuara pada puncak yang digambarkan sebagai masyarakat positivistik.
4 Fenomenologi
Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound)
No comments:
Post a Comment