البَيَانُBayan artinya keterangan, peneranganMaksudnya disini ialah : yang menerangkan perkataan atau susunan mujmal. Tentang ini, ada beberapa pembicaraan.1. Macam – Macam BayanBayan itu bermacam – macam :a. Bayan Dengan PerbuatanContohnya : Shalat dan Hajji. Dalam Qur’an kita diperintah untuk Shalat dan Hajji, tetapi caranya yang tertentu tidak terdapat dalam Qur’an.Maka ayat – ayat Shalat dan Hajji dalam Qur’an itu, dinamakan MujmalCara Shalat dan cara melaksanakan Ibadah Hajji itu, kebanyakannya Nabi SAW terangkan dengan “perbuatan”, yakni Beliau mengerjakan begini dan begitu, sambal menyuruh para Shahabat menirunya.Karena cara – cara itu dilakukannya dengan perbuatan, maka dinamakan “bayan dengan perbuatan”b. Bayan Dengan TulisanContohnya : Zakat. Dalam Qur’an, ada perintah mengeluarkan zakat, tetapi, ukuran banyaknya dan waktu mengeluarkannya tidak terdapat dalam Qur’an.Kebanyakan ukuran banyaknya dan waktu mengeluarkan zakat, dinyatakan Nabi SAW dengan tulisan atau suratKarena demikian. Jadi, dinamakan “bayan dengan tulisan”c. Bayan Dengan IsyaratContohnya : Tayamum, Rasulullah SAW menunjukkan kepada seorang Shahabatnya yang bernama ‘Ammar bin Yasir, cara bertayammum sambal bersabdah :إنَّمَا يَكْفِيْكَ أنْ تَقُوْلَ بِيَدَيْكَ هَكَذَا“Tidak lain, melainkan cukup bagimu, engkau berbuat dengan kedua tanganmu “begini” {Muslim}Sambal berkata “begini”, Nabi SAW menepuk kedua telapak tangannya di bumi, lalu meniup kedua telapak tangannya itu, kemudian diusapkannya di muka Beliau, lalu di sebelah luar telapak tangannya.Karena Nabi “begini” dengan diiringi caranya sebagai isyarat, maka dinamakan penerangan tadi “bayan dengan isyarat”d. Bayan Dengan OmonganContohnya : Tentang puasa Tamattu[1]’Firman Allah SWT :....فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ.....“..... maka berangsiapa tidak mendapat (beli binatang qurban), hendaklah ia berpuasa tiga hari dalam masa hajji, dan tujuh hari apabila kamu kembali, yang demikian itu, sepuluh (hari) yang sempurna” {Al – Baqarah :196}KETERANGAN :Perkataan “tujuh” dalam bahasa Arab sering ditujukan kepada banyak, lebih dari tuju. Maka, untuk menetapkan “tujuh betul – betul” yang ada dalam ayat tersebut adalah dengan ucapan. Karena ini, dinamakan : “Bayan dengan omongan”.Pembicaraan Bayan ini, bersamaan dengan Khash atau Muqayyad, tentang :a. Ada yang bersambungb. Ada yang terpisahc. Ada Ayat dengan Ayatd. Ada Ayat dengan Haditse. Ada Hadits dengan Haditsf. Tidak boleh semata – mata fikiran, perasaan, faham, adat, atau perjalanan dan omongan seorang shahabat Nabi SAW dijadikan Bayan2. Perbedaan – Perbedaan‘Am, Muthlaq, dan Mujmal, nampaknya hampir sama.Karena itu, baiknya diperhatikan benar – benar perbedaan tiga kata – kata ini. Perbedaan – perbedaan itu dapat kita ringkas sebagai berikut :‘Am = menuju kepada pembicaraan yang berhubung dengan tertujunya sesuatu lafadz kepada tiap – tiap satu dari salah satu jenis.Muthlaq = menuju kepada pembicaraan yang kita tujukan kepada kepada haqiqat (sifat) sesuatu.Mujmal = menuju kepada membicarakan sesuatu kalimat yang sama beratnya terkena kepada dua benda atau keadaan.Jadi, ketika memperkatakan, lafadz (الْبُيُوْع), maka dapat didudukkan dalam 3 pembicaraan :1. Dalam pembicaraan ‘Am (umum), lafadz itu tertuju kepada tiap – tiap macam jual beli yang ada di dunia dengan tidak melihat kepada sifatnya.2. Dalam pembicaraan Muthlaq, kata – kata itu kita tujukan kepada sifatnya, umpamanya : Jual – beli yang shah, tidak shah, tunai dan sebagainya.3. Dalam Mujmal, dibicarakan, apakah (الْبُيُوْع) itu maksudnya jual atau beli, sebab kedua arti ini sama beratnya.
[1] Tamattu’ = suatu macam ibadah hajji. Caranya : kita berumrah dalam musim hajji. Lalu di musim hajji itu juga, pada tgl 8 Dzul Hijjah, kita berihram dan mengerjakan ibadah hajji
7/30/18
QAIDAH - QAIDAH USHUL FIQIH (8)
7/17/18
QAIDAH - QAIDAH USHUL FIQIH (7)
المُجْمَلُ
Mujmal itu artinya yang terjumlah, yang
terkumpul, yang tersembunyi.
Dalam ilmu Ushul, ditujukan kepada : suatu perkataan dalam satu susunan yang mempunyai dua arti yang sama beratnya
Teganya : Mujmal itu satu lafadz dalam satu susunan yang maksudnya tidak dapat ditentukan melainkan mesti ada yang menentukannya
Dalam ilmu Ushul, ditujukan kepada : suatu perkataan dalam satu susunan yang mempunyai dua arti yang sama beratnya
Teganya : Mujmal itu satu lafadz dalam satu susunan yang maksudnya tidak dapat ditentukan melainkan mesti ada yang menentukannya
Seperti firman Allah :
وَمْسَحُوْا بِرُؤُوْ سِكُمْ....
“dan
hendaklah kamu sapu kepala – kepala kamu” {Al – Maidah : 6}
KETERANGAN :
Perkataan “hendaklah kamu sapu” itu, dikatakan “mujmal” karena
mempunyai dua arti, yaitu sapu banyak dan sapu sedikit. “sapu
sedikit” dan “sapu banyak” ini tentang arti sama beratnya.
Umpamanya perkataan (قُرْءٌ) quru’ dalam satu susunan “Haidh” dikatakan
“quru’”, “bersih dari haidh” juga disebut “quru’”
Kedua – dua arti ini sama beratnya.
Untuk menentukan salah satu maknanya itu,
perlu kepada keterangan
Sebagaimana tidak boleh beramal dengan Umum
dan Muthlaq sebelum memeriksa yang menentukannya dan mengikatnya, maka, begitu
juga, tidak boleh beramal dengan arti “mujmal”, sebelum memeriksa
keterangannya.
Mujmal ini hamper bersamaan dengan ‘Am
(umum) dan Muthlaq.
Oleh karena itu, perlu dibeda – bedakan
antara ketiganya, supaya tidak keliru dalam menentukan masalahnya.
7/2/18
QAIDAH - QAIDAH USHUL FIQIH (6)
المُقَيَّدْMuqayyad = yang tidak terlepas, yang terikatYang dimaksud disini ialah : suatu perkataan yang terikat dengan sifat atau syarat atau sesuatu ketentuanMuqayyad ini lawan dari muthlaqJalan mencari Muqayyad untuk lafadz yang Muthlaq itu “Taqyid” (تَقْيِيْد) artinya mengikat.Sifat, syarat atau sesuatu ketentuan bagi muthlaq itu dinamakan “Qayyid” (قَيْد) yaitu ikatan, seperti kata – kala “berturut – turut” dibawah ini.Contoh sambungan dari riwayat orang yang bersetubuh dalam bulan Ramadhan yang tersebut dalam pelajaran Muthlaq. Sesudah Rasulullah SAW bertanya, dan orang itu menjawab, maka Nabi SWA bertanya lagi :فَهَلْ تَسْتَطِيْعُ أنْ تَصُوْمَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَينِ؟“maka, adakah engkau kuasa puasa dua bulan berturut – turut ?”KETERANGAN :Perkataan “dua bulan berturut – turut” ini, dinamakan muqayyad, karena kata – kata “dua bulan” yang asalnya Muthlaq itu sudah terikat dengan perkataan “berturut – turut”.“berturut – turut” itu sifat bagi “dua bulan”, ini disebut “qayyidnya. Sebagaimana “Khash, maka muqayyad ini pun :a. Ada yang bersambungb. Ada yang berpisahc. Ada Ayat Muthlaq dan Muqayyadnya juga Ayatd. Ada Ayat Muthlaq dan Muqayyadnya Haditse. Ada Hadits Muthlaq dan Muqayyadnya Haditsf. Adapun semata – mata fikiran, perasaan, faham adat, dan perjalanan atau omongan seorang shahabat tidak menjadi Qayyidg. Muthlaq dimasukkan pada Muqayyad, seperti umum dimasukkan pada KhashKedudukan Muqayyad dari (a) sampai (g) itu, bersamaan dengan pembicaraan Khash tentang itu, hanya berbeda dalam tujuan dan makna satu – satu kalimatnya
Subscribe to:
Posts (Atom)