BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Islam datang adalah sebagai rahmatal lil “alamin ( sebagai rahmat
bagi alam semesta ), dan diantara rahmat yang dibawa oleh Islam adalah
mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, yang sebelumnya sangat
direndahkan dengan serendah-rendahnya. Bagaimana tidak?, kaum hawa pada
saat itu hanyalah dianggap sebagai pemuas nafsu para kaum adam saja,
atau sebagai pelengkap hidup, sehingga keberadaanya tidak jarang
dianggap sebagai beban hidup, oleh karenanya tidak sedikit para orang
tua, utamanya kaum laki – laki yang tidak menginginkan kehadiranya
ditengah-tengah kehidupanya, banyak riwayat di masa sebelum datangnya
Islam (masa jahiliyah) yang mengisahkan tentang seorang orang tua yang
dengan keji membunuh anak kandunnya sendiri dengan menguburnya
hidup-hidup, hal ini sebuah potret betapa kehadiran mereka sangat tidak
diinginkan dan keberadaanya dianggap tidaklah lebih mulia dari hewan
serta mendukukan harkat martabat mereka dengan serendah-rendahnya.
Kalaulah dewasa ini banyak orang mengangkat konsep tentang persamaan
gender maka Islam telah tampil sejak 14 abad lalu tentang hal tersebut,
bahkan Islam telah memberikan kedudukan yang sangat tinggi bagi kaum
hawa, bukankah Rosululloh SAW telah bersabda ;
الجنة تحت أقدام الأمهات (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي)
Artinya : Sorga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim).
Tingginya kedudukan yang diberikan oleh Islam pada wanita adalah
sangat wajar, mengingat wanita mempunyai peranan yang penting dalam
menentukan baik dan tidaknya sebuah generasi bangsa, karena merekalah
yang paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan anak-anak, serta
tempat pertama kali seorang anak menerima pendidikan, sehingga mereka
lebih dominan dalam memberikan warna pada karakter seorang anak.
Oleh karena itu pendidikan yang baik pada seorang wanita adalah
sebuah keharusan, karena ditangan merekalah baik dan tidaknya sebuah
generasi bangsa.
B. Rumusan masalah
a. Apa saja konsep Islam (Al Qur’an / Hadits ) tentang pendidikan pada Perempuan?
b. Bagaimana penjelasan serta Tafsir tentang Ayat Al Qur’an dan hadits diatas dalam kaitanya dengan pendidikan perempuan ?
BAB I
PEMBAHASAN
- Konsep Pendidikan Perempuan dalam Islam
Islam menjunjung tinggi persamaan hak antar sesama manusia, dimata
Islam semua hamba Allah SWT adalah sama, tidak ada dikotomi ras, jenis,
golongan, bangsa dan lain sebagainya, mereka semua sederajat, hanyalah
taqwa yang membedakan mereka disisi Al Kholiq, hal ini ditegaskan dalam
Al Qur’an, surah Al Hujurarat, 49:13 :
Artinya : ” Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Kesamaan itu juga diimplementasikan dalam hal pendidikan, dalam
kacamata Islam tidak ada diskriminasi antara laki – laki dan perempuan,
mereka semua mendapat kewajiban dan hak yang sama dalam menuntut ilmu,
bahkan kaum hawa dalam hal ini mendapatkan prioritas tersendiri dari
syari’at, karena merekalah tempat pendidikan pertama sebelum pendidikan
yang lain diperoleh oleh seorang anak, maka tidak salah bila dikatakan
bahwa
الأم مدرسة الأولى
Artinya : ibu itu adalah sekolah yang pertama
Ada beberapa konsep yang dapat kami angkat dalam makalah ini sebagai
materi pembahasan, terutama terkait dengan pendidikan bagi perempuan
yang sudah barang tentu merujuk kepada konsep yang telah diajarkan oleh
Rosululloh SAW.
- Sebuah hadits Nabi SAW yaitu ;
الجنة تحت أقدام الأمهات (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي)
Artinya : Sorga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim dari Mu’awiyah bin Jahimah al salamiy).
a. Makna Mufrodat
الجنة : sorga
الأقدام : telapak , bentuk jama’ dari قدم
الأمهات : Ibu, bentuk jama’ muannas dari ام
Hadits diatas, tidaklah menunjukan ma’na sebenarnya atau dalam Ilmu Balaghoh disebut dengan ma’na haqiqat akan tetapi hadits itu menunjukan ma’na majaz (kiasan).
Hal itu banyak terjadi dalam ayat Al Qur’an , semisal firman Allah SWT, dalam surah Al Isra’, 17 : 72.
`Artinya : dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di
dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan
lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Dalam ayat diatas yang dimaksud dengan Al A’ma (orang buta )
didunia adalah mereka yang buta hatinya bukan makna secara hakikat
yaitu buta secara fisik. Dan masih banyak lagi ayat-ayat semisal dalam
Alqur’an.
Oleh karenanya makna hadits tersebut harus dikembalikan kepada penafsiran para Mufassir
/ Ulama’ pakar tafsir, yaitu mereka yang mempunyai kredibilitas dan
kapasitas untuk menafsiri hadits – hadits ayat –ayat Al Qur’an.
Dalam Kitab Takhrij yaitu Kasyful Khofa’ juz 1 hal 335, dijelaskan bahwa makna hadits diatas adalah sebagai berikut.
والمعنى أن التواضع للأمهات وإطاعتهن في خدمتهن وعدم مخالفتهن إلا فيما حظره الشرع سبب لدخول الجنة.
Artinya : Dan adapun makna (hadits tersebut) adalah: bahwa
sesungguhnya bersikap rendah hati kepada ibu dan taat dalam berbakti
padanya serta tidak durhaka padanya dalam hal-hal yang telah
diperingatkan oleh syari’at adalah salah satu sebab untuk masuk kesorga.[1]
b. Asbabul Wurud
Hadits diatas dilatar belakangi oleh sebuah riwayat, bahwa salah
seorang sahabat Nabi SAW yaitu Jahimah datang kepada Nabi SAW, beliau
bertanya pada Nabi Ya Rosulalloh aku ingin berperang dan aku dating
memohon petunjuk kepadamu, Rosululloh SAW bertanya ” apakah engkau masih
mempunyai ibu ?, Jahimah menjawab’ Ya “, Rosululloh SAW bersabda, ”
tetaplah bersamanya karena sesungguhnya sorga berada dibawah kedua
kakinya”.[2]
c. Tafsir Tarbawiy
Dari Hadits diatas dapat diambil sebuah
pelajaran dari kacamata tarbawiyyahnya yaitu, bahwa seorang ibu
mempunyai sebuah kedudukan yang sangat tinggi dalam agama karena
beberapa factor, diantaranya :
Ibu selain sebagai orang tua yang melahirkan, dia adalah seorang pendidik atau guru pertama bagi semua manusia.
Dialah yang pertama kali mengajarkan pada seorang anak untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang kedua hal itu
adalah media utama untuk mendapatkan berbagai ilmu
Selain sebagai seorang yang paling menyayangi dan mengasihi pada
anak, Ibu adalah orang yang paling banyak memberikan kontribusi dalam
pembentukan jiwa dan karakter pada seorang anak.
Pendek kata ibu adalah guru pertama bagi manusia yang sudah
seharusnya di hormati, selalu dikenang jasanya, dan selalu dicari
ridhonya, itu sebabnya sorga berada dibawah kakinya.
d. Derajat Hadits
Hadits yang ke 1078 dari Kitab Kasyful Khofa’ ini diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, An Nasa’I, Ibnu Majah, dan Al Hakim dari Muawiyah bin
Jahimah As salamiy ra.
Menurut Imam Hakim Hadits ini adalah Shohihul Isnad atau mempunyai
Jalur riwayat yang shohih. Namun dalam riwayat dari Al Khotib dalam
kitab Jami’nya dan juga Al Qudho’I dalam Musnadnya terdapat Rowi yang Majhul (tidak diketahui).dan juga Al Khotib dalam kitab Al Maqoshidnya menganggap bahwa hadits ini adalah Dho’if.[3]
2. Pendidikan karakter bagi wanita
Kebaikan dan keburukan sebuah bangsa
adalah sangat tergantung pada generasinya, sedangkan baik dan buruknya
sebuah generasi adalah sangat tergantung dengan baik dan buruknya
seorang ibu (wanita) maka, pendidikan kejiwaan dan karakter bagi wanita
agar menjadi seorang ibu yang bijaksana, cerdas dan mampu memberikan
pendidikan yang baik bagi seorang anak adalah sebuah keniscayaan.
Itu sebabnya Rosululloh benar-benar berpesan dalam hal ini , melalui sebuah sabdanya :
استوصوا بالنساء خيرا ، فان المرأة خلقت من ضلع ، وإن أعوج شئ في الضلع أعلاه ، فان ذهبت تقيمه كسرته ، وإن تركته لم يزل أعوج ، فاستوصوا بالنساء خيرا (متفق عليه – عن أبي هريرة).
Artinya : berpesanlah kebaikan pada wanita, karena sesungguhnya
wanita itu tercipta dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling
bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya, jika engkau
meluruskanya niscaya engkau akan memecahkanya dan jika kamu membiarkanya
maka ia akan tetap bengkok, maka berpesanlah kebaikan pada wanita. (HR.
Muttafaq Alaih dari Abu Huroiroh.)[4]
a. Makna Mufrodat
استوصوا : terimalah pesan atau wasiat, carilah pesan tentangnya, dan berpesanlah
Ada tiga pendapat dari pakar tafsir Hadits tentang ma’na tersebut,
dalam hadits diatas, sebagaimana dalam Kitab Hasyiyah al Sanadiy ‘ala
Ibni Majah juz 4 hal 108;
- Terimalah pesan / wasiat, sebagaimana dalam kitab tersebut :
قِيلَ الِاسْتِيصَاء قَبُول الْوَصِيَّة أَيْ أُوصِيكُمْ بِهِنَّ خَيْرًا فَاقْبَلُوا وَصِيَّتِي فِيهِن
Dikatakan bahwa : kata ” Al Ishtisho’ ” ( maknanya ) adalah menerima
wasiat yakni Aku (Rosululloh SAW ) berwasiat kebaikan padamu tentang
wanita, maka terimalah wasiatku.
- Carilah pesan tentangnya
Sebagaimana pendapat At Thoyyibiy
وَقَالَ الطَّيِّبِي لِلطَّلَبِ أَيْ
اُطْلُبُوا الْوَصِيَّة مِنْ أَنْفُسكُمْ فِي أَنْفُسهنَّ بِخَيْرٍ أَوْ
يَطْلُب بَعْضكُمْ مِنْ بَعْض بِالْإِحْسَانِ فِي حَقّهنَّ وَالصَّبْر
عَلَى عِوَج أَخْلَاقهنَّ بِلَا سَبَب
At Thoyyibiy berpendapat (terkait kata diatas) bermakna mencari yakni
” carilah pesan kebaikan dari dirimu tentang mereka (para wanita) atau
hendaknya mencari sebagian dari kamu pada sebagian yang lain dengan
kebaikan tentang hak mereka dan penyimpangan mereka tanpa sebab.
- Berpesanlah, seperti dalam keterangan kitab diatas.[5]
وَقِيلَ الِاسْتِيصَاء بِمَعْنَى الْإِيصَاء
Atas dasar Tafsir Mufrodat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa makna hadits diatas adalah kurang lebih sebagai berikut ;
Terimalah Wasiat kebaikan tentang wanita dari Rosululloh SAW,
atau carilah pesan kebaikan tentang wanita dari dirimu atau dari orang
lain, dan atau berpesanlah kebaikan pada wanita, karena sesungguhnya wanita
itu tercipta dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling bengkok
dari tulang rusuk adalah bagian atasnya, jika engkau meluruskanya
niscaya engkau akan memecahkanya dan jika kamu membiarkanya maka ia akan
tetap bengkok, maka berpesanlah kebaikan pada wanita.
b. Kedudukan Hadits
Al Hafidz Al Muzziy dalam karyanya Tuhfatul Asyraf juz 9 hal 491 pada
penjelasan hadits yang ke 10692. menjelaskan bahwa hadits diatas
diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam bab Ar Rodho’ dalam sebuah
Hadits yang sangat panjang, juga oleh An Nasa’I dalam bab Asyrotun Nisa’
al Kubro dari Ahmad bin Sulaiman dan Al Bukhori dan Muslim dalam bab
Nikah dari Abi Syaibah dan keduanya dari Husain bin Ali Al Ju’fiy.
Imam At Tirmidziy mengatakan bahwa hadits diatas adalah Hasan Shohih.[6]
c. Pesan Tarbawiyyah
Dari hadits diatas dapat ditarik sebuah pesan tarbawi, antara lain
Pentingnya pendidikan karakter , moral, budi pekerti, dan akhlak
karena dengan kebaikan karakter maka seluruh aktifitas tubuh akan
menjadi baik pula, sebagaimana hadits Nabi SAW.
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح سائر الجسد
متفق عليه من حديث النعمان بن بشير
Artinya : sesungguhnya dalam tubuh itu terdapat segumpal daging bila daging itu baik maka menjadi baik seluruh tubuh.[7]
Metodologi, tehnik dan strategi pengajaran dalam pendidikan
hendaknya selain mepertimbangkan tujuan dan materi yang diajarkan juga
melihat obyek yang menjadi sasaran pengajaran itu sendiri.
Ada tehnik khusus terkait pengajaran dan pendidikan pada seorang
wanita yang disesuaikan dengan karakternya yang berbeda dengan karakter
kaum laki-laki.
Pemberian Waktu Khusus Untuk Pendidikan Perempuan
Dalam pengajaran pada kaum hawa Rosululloh SAW, memberikan ruang dan
waktu khusus sebagaimana dalam Hadits dibawah ini, hal ini dimaksudkan
mereka tidak merasa malu ketika materi pembelajaran menyangkut tentang
hal-hal yang sangat pribadi bagi mereka atau ketika mereka bertanya
tentang masalah-masalah tersebut sehingga mereka dapat leluasa dalam
menyampaikan segala permasalahan yang terjadi pada mereka, hal ini
sangat berbeda ketika mereka bersama-sama dengan kaum laki-laki. Seperti
hadits berikut.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ
نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ
فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا
فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ مَا
مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلاَثَةً
إِلاَّ كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ اثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ
ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ ( البخاري )
Artinya : Dari abu said : telah datang seorang perempuan kepada
Rosululloh SAW, lalu ia berkata : Ya Rosulalloh kaum laki – laki telah
pergi dengan memperoleh hadits darimu, maka perkenankanlah bagi kami
darimu suatu hari yang kami datang dan engkau mengajarkan kami
didalamnya dari apa yang telah diajarkan Allah padamu.maka
Rosululloh SAW bersabda : ” berkumpulah kalian dihari ini dan di tempat
ini”, maka Rosululloh SAW mendatangi mereka dan mengajarkan pada mereka
dari apa yang telah diajarkan Allah padanya. Kemudian ia bersabda ”
tidaklah seorang perempuan dari kalian yang telah wafat darinya tiga
orang anak kecuali mereka akan menjadi hijab di neraka.seorang perempuan
bertanya Ya Rosulalloh (jika) atau dua? Maka dia mengulangi pertanyaan
itu dua kali , maka Rosululloh SAW bersabda : dan dua, dan dua, dan dua.
(HR. Bukhoriy ).[8]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa, Islam telah mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan, sehingga mereka juga mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki meskipun bentuknya berbeda dalam beberapa hal, namun dalam hal pendidikan mereka diberikan hak yang sama, sehingga Rosululloh SAW memberikan prioritas pada mereka dengan meluangkan waktu dan tempat tersendiri untuk memberikan pengajaran pada mereka. Demikian makalah ini ditulis tentunya masih banyak kekurangan, oleh karenanya koreksi dan dan saran selalu kami harapkan agar kedepan dapat semakin lebih baik. Mudah-mudahan dapat bermanfaat didunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
- Syeh Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khofa’ Juz 1hal 335.. Al Maktabah al Syamelah.
- Al Sakhawiy. Al Maqashidul Hasanah Juz 1 hal 97.Al Maktabah al Syamelah.
- Al Muntaqil Hindiy, Kanzul Ummal juz 16/372.hadits ke 44955. Al maktabah al Syamelah
- Hasyiyah al Sanadiy ‘ala Ibni Majah juz 4 hal 108.Al Maktabah al Syamelah.
- Tuhfatul Asyraf juz 9/491. hadits ke 10692.Al Maktabah al Syamelah
- Takhrij Ahadits Ihya’ juz 2 hal 151. Al Maktabah al Syamelah
- Fathul Bary Juz 13 hal 2
[1].Syeh Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khofa’ Juz 1hal 335.. Al
Maktabah al Syamelah.
Maktabah al Syamelah.
[2] Al Sakhawiy. Al Maqashidul Hasanah Juz 1 hal 97.Al Maktabah al Syamelah.
[3] ibid
[4] Al Muntaqil Hindiy, Kanzul Ummal juz 16/372.hadits ke 44955. Al maktabah al Syamelah
[5] Hasyiyah al Sanadiy ‘ala Ibni Majah juz 4 hal 108.Al Maktabah al Syamelah.
[6] Tuhfatul Asyraf juz 9/491. hadits ke 10692.Al Maktabah al Syamelah
[7] Takhrij Ahadits Ihya’ juz 2 hal 151. Al Maktabah al Syamelah
[8] Fathul Bary Juz 13 hal 292.