11/25/18

PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang
Islam datang adalah sebagai rahmatal lil “alamin ( sebagai rahmat bagi alam semesta ), dan diantara rahmat yang dibawa oleh Islam adalah mengangkat harkat dan martabat kaum hawa, yang sebelumnya sangat direndahkan dengan serendah-rendahnya. Bagaimana tidak?, kaum hawa pada saat itu hanyalah dianggap sebagai pemuas nafsu para kaum adam saja, atau sebagai pelengkap hidup, sehingga keberadaanya tidak jarang dianggap sebagai beban hidup, oleh karenanya tidak sedikit para orang tua, utamanya kaum laki – laki yang tidak menginginkan kehadiranya ditengah-tengah kehidupanya, banyak riwayat di masa sebelum datangnya Islam (masa jahiliyah) yang mengisahkan tentang seorang orang tua yang dengan keji membunuh anak kandunnya sendiri dengan menguburnya hidup-hidup, hal ini sebuah potret betapa kehadiran mereka sangat tidak diinginkan dan keberadaanya dianggap tidaklah lebih mulia dari hewan serta mendukukan harkat martabat mereka dengan serendah-rendahnya.
Kalaulah dewasa ini banyak orang mengangkat konsep tentang persamaan gender maka Islam telah tampil sejak 14 abad lalu tentang hal tersebut, bahkan Islam telah memberikan kedudukan yang sangat tinggi bagi kaum hawa, bukankah Rosululloh SAW telah bersabda ;
 الجنة تحت أقدام الأمهات (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي)
Artinya : Sorga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim).
Tingginya kedudukan yang diberikan oleh Islam pada wanita adalah sangat wajar, mengingat wanita mempunyai peranan yang penting dalam menentukan baik dan tidaknya sebuah generasi bangsa, karena merekalah yang paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan anak-anak, serta tempat pertama kali seorang anak menerima pendidikan, sehingga mereka lebih dominan dalam memberikan warna pada karakter seorang anak.
Oleh karena itu pendidikan yang baik pada seorang wanita adalah sebuah keharusan, karena ditangan merekalah baik dan tidaknya sebuah generasi bangsa.

B. Rumusan masalah
a. Apa saja konsep Islam (Al Qur’an / Hadits ) tentang pendidikan pada Perempuan?
b. Bagaimana penjelasan serta Tafsir tentang Ayat Al Qur’an dan hadits diatas dalam kaitanya dengan pendidikan perempuan ?

BAB I
PEMBAHASAN

  1. Konsep Pendidikan Perempuan dalam Islam
Islam menjunjung tinggi persamaan hak antar sesama manusia, dimata  Islam semua hamba Allah SWT adalah sama, tidak ada dikotomi ras, jenis, golongan, bangsa dan lain sebagainya, mereka semua sederajat, hanyalah taqwa yang membedakan mereka disisi Al Kholiq, hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an, surah Al Hujurarat, 49:13 :

Artinya : ” Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Kesamaan itu juga diimplementasikan dalam hal pendidikan, dalam kacamata Islam tidak ada diskriminasi antara laki – laki dan perempuan, mereka semua mendapat kewajiban dan hak yang sama dalam menuntut ilmu, bahkan kaum hawa dalam hal ini mendapatkan prioritas tersendiri dari syari’at, karena merekalah tempat pendidikan pertama sebelum pendidikan yang lain diperoleh oleh seorang anak, maka tidak salah bila dikatakan bahwa
الأم مدرسة الأولى
Artinya : ibu itu adalah sekolah yang pertama
Ada beberapa konsep yang dapat kami angkat dalam makalah ini sebagai materi pembahasan, terutama terkait dengan pendidikan bagi perempuan yang sudah barang tentu merujuk kepada konsep yang telah diajarkan oleh Rosululloh SAW.
  1. Sebuah hadits Nabi SAW yaitu ;
الجنة تحت أقدام الأمهات (رواه أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن معاوية بن جاهمة السلمي)
Artinya : Sorga itu dibawah telapak kaki ibu. (HR. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Hakim dari Mu’awiyah bin Jahimah al salamiy).

a.      Makna Mufrodat
الجنة        : sorga
الأقدام     : telapak , bentuk jama’ dari   قدم
الأمهات               : Ibu, bentuk jama’ muannas dari  ام
Hadits diatas, tidaklah menunjukan ma’na sebenarnya atau dalam Ilmu Balaghoh disebut dengan ma’na haqiqat akan tetapi hadits itu menunjukan ma’na majaz (kiasan).
Hal itu banyak terjadi dalam ayat Al Qur’an , semisal firman Allah SWT, dalam surah Al Isra’, 17 : 72.
`Artinya :  dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Dalam ayat diatas yang dimaksud dengan Al A’ma (orang buta ) didunia adalah mereka yang buta hatinya bukan makna secara hakikat yaitu buta secara fisik. Dan masih banyak lagi ayat-ayat semisal dalam Alqur’an.
Oleh karenanya makna hadits tersebut harus dikembalikan kepada penafsiran para Mufassir / Ulama’ pakar tafsir, yaitu mereka yang mempunyai kredibilitas dan kapasitas untuk menafsiri hadits – hadits ayat –ayat Al Qur’an.
Dalam Kitab Takhrij yaitu Kasyful Khofa’ juz 1 hal 335, dijelaskan bahwa makna hadits diatas adalah sebagai berikut.
والمعنى أن التواضع للأمهات وإطاعتهن في خدمتهن وعدم مخالفتهن إلا فيما حظره الشرع سبب لدخول الجنة.
Artinya : Dan adapun makna (hadits tersebut) adalah: bahwa sesungguhnya bersikap rendah hati kepada ibu dan taat dalam berbakti padanya serta tidak durhaka padanya dalam hal-hal yang telah diperingatkan oleh syari’at adalah salah satu sebab untuk masuk kesorga.[1]

b.      Asbabul Wurud
Hadits diatas dilatar belakangi oleh sebuah riwayat, bahwa salah seorang sahabat Nabi SAW yaitu Jahimah datang kepada Nabi SAW, beliau bertanya pada Nabi Ya Rosulalloh aku ingin berperang dan aku dating memohon petunjuk kepadamu, Rosululloh SAW bertanya ” apakah engkau masih mempunyai ibu ?, Jahimah menjawab’ Ya “, Rosululloh SAW bersabda, ” tetaplah bersamanya karena sesungguhnya sorga berada dibawah kedua kakinya”.[2]

c. Tafsir Tarbawiy
            Dari Hadits diatas dapat diambil sebuah pelajaran dari kacamata tarbawiyyahnya yaitu, bahwa seorang ibu mempunyai sebuah kedudukan yang sangat tinggi dalam agama karena beberapa factor, diantaranya :
Ibu selain sebagai orang tua yang melahirkan, dia adalah seorang pendidik atau guru pertama bagi semua manusia.
Dialah yang pertama kali mengajarkan pada seorang anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang kedua hal itu adalah media utama untuk mendapatkan berbagai ilmu
Selain sebagai seorang yang paling menyayangi dan mengasihi pada anak, Ibu adalah orang yang paling banyak memberikan kontribusi dalam pembentukan jiwa dan karakter pada seorang anak.
Pendek kata ibu adalah guru pertama bagi manusia yang sudah seharusnya di hormati, selalu dikenang jasanya, dan selalu dicari ridhonya, itu sebabnya sorga berada dibawah kakinya.

d. Derajat Hadits
Hadits yang ke 1078 dari Kitab Kasyful Khofa’ ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An Nasa’I, Ibnu Majah, dan Al Hakim dari Muawiyah bin Jahimah As salamiy ra.
Menurut Imam Hakim Hadits ini adalah Shohihul Isnad atau mempunyai Jalur riwayat yang shohih. Namun dalam riwayat dari Al Khotib dalam kitab Jami’nya dan juga Al Qudho’I dalam Musnadnya terdapat Rowi yang Majhul (tidak diketahui).dan juga Al Khotib dalam kitab Al Maqoshidnya menganggap bahwa hadits ini adalah Dho’if.[3]

2. Pendidikan karakter bagi wanita
            Kebaikan dan keburukan sebuah bangsa adalah sangat tergantung pada generasinya, sedangkan baik dan buruknya sebuah generasi adalah sangat tergantung dengan baik dan buruknya seorang ibu (wanita) maka, pendidikan kejiwaan dan karakter bagi wanita agar menjadi seorang ibu yang bijaksana, cerdas dan mampu memberikan pendidikan yang baik bagi seorang anak adalah sebuah keniscayaan.
Itu sebabnya Rosululloh benar-benar berpesan dalam hal ini , melalui sebuah sabdanya :
استوصوا بالنساء خيرا ، فان المرأة خلقت من ضلع ، وإن أعوج شئ في الضلع أعلاه ، فان ذهبت تقيمه كسرته ، وإن تركته لم يزل أعوج ، فاستوصوا بالنساء خيرا (متفق عليه – عن أبي هريرة).
Artinya : berpesanlah kebaikan pada wanita, karena sesungguhnya wanita itu tercipta dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya, jika engkau meluruskanya niscaya engkau akan memecahkanya dan jika kamu membiarkanya maka ia akan tetap bengkok, maka berpesanlah kebaikan pada wanita. (HR. Muttafaq Alaih dari Abu Huroiroh.)[4]

a. Makna Mufrodat
استوصوا :  terimalah pesan atau wasiat, carilah pesan tentangnya, dan berpesanlah
Ada tiga pendapat dari pakar tafsir Hadits tentang ma’na tersebut, dalam hadits diatas, sebagaimana dalam Kitab Hasyiyah al Sanadiy ‘ala Ibni Majah juz 4 hal 108;
  1. Terimalah pesan / wasiat, sebagaimana dalam kitab tersebut :
قِيلَ الِاسْتِيصَاء قَبُول الْوَصِيَّة أَيْ أُوصِيكُمْ بِهِنَّ خَيْرًا فَاقْبَلُوا وَصِيَّتِي فِيهِن
Dikatakan bahwa : kata ” Al Ishtisho’ ” ( maknanya ) adalah menerima wasiat yakni Aku (Rosululloh SAW ) berwasiat kebaikan padamu tentang wanita, maka terimalah wasiatku.
  1. Carilah pesan tentangnya
Sebagaimana pendapat At Thoyyibiy
وَقَالَ الطَّيِّبِي لِلطَّلَبِ أَيْ اُطْلُبُوا الْوَصِيَّة مِنْ أَنْفُسكُمْ فِي أَنْفُسهنَّ بِخَيْرٍ أَوْ يَطْلُب بَعْضكُمْ مِنْ بَعْض بِالْإِحْسَانِ فِي حَقّهنَّ وَالصَّبْر عَلَى عِوَج أَخْلَاقهنَّ بِلَا سَبَب
At Thoyyibiy berpendapat (terkait kata diatas) bermakna mencari yakni ” carilah pesan kebaikan dari dirimu tentang mereka (para wanita) atau hendaknya mencari sebagian dari kamu pada sebagian yang lain dengan kebaikan tentang hak mereka dan penyimpangan mereka tanpa sebab.
  1. Berpesanlah, seperti dalam keterangan kitab diatas.[5]
وَقِيلَ الِاسْتِيصَاء بِمَعْنَى الْإِيصَاء
Atas dasar Tafsir Mufrodat diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa makna hadits diatas adalah kurang lebih sebagai berikut ;
Terimalah Wasiat kebaikan tentang wanita dari Rosululloh SAW, atau carilah pesan kebaikan tentang wanita dari dirimu atau dari orang lain, dan atau berpesanlah kebaikan pada wanita, karena sesungguhnya wanita itu tercipta dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya, jika engkau meluruskanya niscaya engkau akan memecahkanya dan jika kamu membiarkanya maka ia akan tetap bengkok, maka berpesanlah kebaikan pada wanita.

b. Kedudukan Hadits
Al Hafidz Al Muzziy dalam karyanya Tuhfatul Asyraf juz 9 hal 491 pada penjelasan hadits yang ke 10692. menjelaskan bahwa hadits diatas diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam bab Ar Rodho’ dalam sebuah Hadits yang sangat panjang, juga oleh An Nasa’I dalam bab Asyrotun Nisa’ al Kubro dari Ahmad bin Sulaiman dan Al Bukhori dan Muslim dalam bab Nikah dari Abi Syaibah dan keduanya dari Husain bin Ali Al Ju’fiy.
Imam At Tirmidziy mengatakan bahwa hadits diatas adalah Hasan Shohih.[6]

c. Pesan Tarbawiyyah
            Dari hadits diatas dapat ditarik sebuah pesan tarbawi, antara lain
Pentingnya pendidikan karakter , moral, budi pekerti, dan akhlak karena dengan kebaikan karakter maka seluruh aktifitas tubuh akan menjadi baik pula, sebagaimana hadits Nabi SAW.
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح سائر الجسد
متفق عليه من حديث النعمان بن بشير
Artinya : sesungguhnya dalam tubuh itu terdapat segumpal daging bila daging itu baik maka menjadi baik seluruh tubuh.[7]
      Metodologi, tehnik dan strategi pengajaran dalam pendidikan hendaknya selain mepertimbangkan tujuan dan materi yang diajarkan juga melihat obyek yang menjadi sasaran pengajaran itu sendiri.
Ada tehnik khusus terkait pengajaran dan pendidikan pada seorang wanita yang disesuaikan dengan karakternya yang berbeda dengan karakter kaum laki-laki.
Pemberian Waktu Khusus Untuk Pendidikan Perempuan
Dalam pengajaran pada kaum hawa Rosululloh SAW, memberikan ruang dan waktu khusus sebagaimana dalam Hadits dibawah ini, hal ini dimaksudkan mereka tidak merasa malu ketika materi pembelajaran menyangkut tentang hal-hal yang sangat pribadi bagi mereka atau ketika mereka bertanya tentang masalah-masalah tersebut sehingga mereka dapat leluasa dalam menyampaikan segala permasalahan yang terjadi pada mereka, hal ini sangat berbeda ketika mereka bersama-sama dengan kaum laki-laki. Seperti hadits berikut.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ فَقَالَ اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا فَاجْتَمَعْنَ فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلاَثَةً إِلاَّ كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنْ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوْ اثْنَيْنِ قَالَ فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ ثُمَّ قَالَ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ ( البخاري )
Artinya : Dari abu said : telah datang seorang perempuan kepada Rosululloh SAW, lalu ia berkata : Ya Rosulalloh kaum laki – laki telah pergi dengan memperoleh hadits darimu, maka perkenankanlah bagi kami darimu suatu hari yang kami datang  dan engkau mengajarkan kami didalamnya dari apa yang telah diajarkan Allah padamu.maka Rosululloh SAW bersabda : ” berkumpulah kalian dihari ini dan di tempat ini”, maka Rosululloh SAW mendatangi mereka dan mengajarkan pada mereka dari apa yang telah diajarkan Allah padanya. Kemudian ia bersabda ” tidaklah seorang perempuan dari kalian yang telah wafat darinya tiga orang anak kecuali mereka akan menjadi hijab di neraka.seorang perempuan bertanya Ya Rosulalloh (jika) atau dua? Maka dia mengulangi pertanyaan itu dua kali , maka Rosululloh SAW bersabda : dan dua, dan dua, dan dua. (HR. Bukhoriy ).[8]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan 
Dari paparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa, Islam telah mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan, sehingga mereka juga mempunyai hak yang sama dengan kaum laki-laki meskipun bentuknya berbeda dalam beberapa hal, namun dalam hal pendidikan mereka diberikan hak yang sama, sehingga Rosululloh SAW memberikan prioritas pada mereka dengan meluangkan waktu dan tempat tersendiri untuk memberikan pengajaran pada mereka. Demikian makalah ini ditulis tentunya masih banyak kekurangan, oleh karenanya koreksi dan dan saran selalu kami harapkan agar kedepan dapat semakin lebih baik. Mudah-mudahan dapat bermanfaat didunia dan akhirat.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Syeh Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khofa’ Juz 1hal 335.. Al  Maktabah al Syamelah.
  2. Al Sakhawiy. Al Maqashidul Hasanah Juz 1 hal 97.Al Maktabah al Syamelah.
  3. Al Muntaqil Hindiy, Kanzul Ummal juz 16/372.hadits ke 44955. Al maktabah al Syamelah
  4. Hasyiyah al Sanadiy ‘ala Ibni Majah juz 4 hal 108.Al Maktabah al Syamelah.
  5. Tuhfatul Asyraf juz 9/491. hadits ke 10692.Al Maktabah al Syamelah
  6. Takhrij Ahadits Ihya’ juz 2 hal 151. Al Maktabah al Syamelah
  7. Fathul Bary Juz 13 hal 2

[1].Syeh Isma’il bin Muhammad Al Ijluniy Al Jarahiy (1162 H). Kasyful Khofa’ Juz 1hal 335.. Al
Maktabah al Syamelah.
[2] Al Sakhawiy. Al Maqashidul Hasanah Juz 1 hal 97.Al Maktabah al Syamelah.
[3] ibid
[4] Al Muntaqil Hindiy, Kanzul Ummal juz 16/372.hadits ke 44955. Al maktabah al Syamelah
[5] Hasyiyah al Sanadiy ‘ala Ibni Majah juz 4 hal 108.Al Maktabah al Syamelah.
[6] Tuhfatul Asyraf juz 9/491. hadits ke 10692.Al Maktabah al Syamelah
[7] Takhrij Ahadits Ihya’ juz 2 hal 151. Al Maktabah al Syamelah
[8] Fathul Bary Juz 13 hal 292.

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner