Orang-orang takwa selalu terdorong untuk merealisasikan ajaran Islam
agar menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagai bentuk penyembahannya
kepada Allah. Ajaran Islam yang sudah diformulasikan dalam Al Qur'an dan
Sunnah merupakan petunjuk bagi manusia untuk memahami dan menjalani
hidup dari alam ruh sampai ke alam akhirat.
Setiap manusia memiliki tanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat, alam semesta, dan Allah atas pemahaman dan
pelaksanaan ajaran Islam. Manusia secara individu memiliki banyak
keterbatasan dalam memahami dan melaksanakan ajaran Islam. Oleh karena
itu, interaksi dan kerjasama antar individu yang memiliki kesamaan
ideologi dan tujuan akan mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas
pengabdiannya kepada Allah.
Inspirasi pendirian Persyarikatan Muhammadiyah secara
normatif berasal dari berbagai nilai dasar Islam yang tercantum dalam
Al Qur'an dan Sunnah. Penggunaan sebagian nilai dasar Islam sebagai
ispirasi pendirian organisasai tidak bermaksud menafikan nilai-nilai
dasar Islam lainnya.
Hal tersebut lebih disebabkan oleh kesadaran akan
keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami dan melaksanakan ajaran
Islam secara keseluruhan di satu sisi. Keterbatasan tersebut, di sisi
lain berfungsi sebagai penciri antara satu organisasai dan organisasai
lainnya.
Inspirasi organisatoris Persyarikatan Muhammadiyah yang
sangat terkenal diambil dari firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 104
(3:104), yang artinya sebagai berikut:“Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”(QS Ali 'Imran/3: 104).
Pemahaman secara awam terhadap QS Ali 'Imran/3: 104 di
atas berdasarkan QS Ali 'Imran/3 ayat 102, 103, dan 105 bagi
Persyarikatan Muhamadiyah adalah:
1. Seruan untuk melaksanakan kebajikan, berbuat baik, tidak berbuat
jahat lebih efektif dilaksanakan secara bersama-sama dan terorganisir
dalam suatu organisasi Muhammadiyah.
2. Individu-individu yang bersyarikat dalam Muhammadiyah adalah
orang-orang yang beriman dan takwa dan hanya ingin mati dalam keadaan
Islam.
3. Kader Muhammadiyah hendaklah selalu berpegang kepada tali Allah dan tidak bercerai berai.
4. Berpegang kepada tali Allah dan tidak bercerai berai merupakan sikap
berorganisasai yang mensyukuri nikmat Allah, sehingga Allah berkenan
mempererat tali persaudaraan dengan menyatukan hati dan menyelamatkan
kita dengan petunjukNya.
5.Memajukan organisasi memerlukan kreativitas dan kadang kala disertai
dengan improvisasi. Hal ini sangat potensial menimbulkan perbedaan
pemahaman dan berkembang menjadi konflik yang dapat merusak persaudaraan
bahkan sampai bercerai berai.
Segolongan umat yang menggerakkan Persyarikatan
Muhammadiyah minimal memenuhi kelima indikator tersebut di atas dan
insya Allah akan menjadi golongan yang beruntung.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk jangka waktu
yang tidak dibatasi oleh manusia. Kader Muhammadiyah harus menjaga
karakteristik dan fokus tujuan gerakan yang menjadi ciri pembeda antara
organisasai Muhammadiyah dan organisasai lain. Perubahan keadaan
lingkungan internal dan eksternal Muhammadiyah sangat potensial
melemahkan karakter dan merusak fokus gerakan. Konsistensi sikap kader
sangat diperlukan untuk memperkuat karakter dan mempertajam fokus
gerakan Muhammadiyah.
Penguatan karakter dan penajaman fokus gerakan dapat dijaga
melalui perumusan dan pelaksanaan putusan Tarjih Muhammadiyah. Upaya
tersebut telah dimulai sejak tahun 1935 dengan perumusan Manhaj Tarjih
Muhammadiyah.
Rumusan pertama sebagai hasil kajian tim Tarjih
Muhammadiyah adalah tentang sikap dasar Muhammadiyah dalam persoalan
agama secara umum yang dikenal sebagai Mabadi Khamsah (Masalah Lima).
Penyelesaian rumusan tersebut tertunda karena adanya penjajahan Jepang
dan perang kemerdekaan. Perumusan Masalah Lima tersebut dilanjutkan pada
akhir tahun 1954 dan selesai pada awal tahun1955 dalam Muktamar Khusus
Majelis Tarjih di Yogyakarta.
Kitab Masalah Limamemperjelas tentang sikap dasar kader
Muhammadiyah dalam bidang agama, dunia, ibadah, sabililah, dan qiyas.
Konsep lima sikap dasar kader Muhammadiyah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Agama
a. Agama yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, ialah
apa yang diturunkan Allah di dalam Quran dan yang tersebut dalam Sunnah
yang shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta
petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.
b. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantaraan
Nabi-nabinya, berupa perintah-perintah dan larangan serta
petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di Dunia dan Akhirat.
2. Dunia
Urusan dunia yang dimaksud dalam sabda Rasulullah saw : "Kamu lebih mengerti urusan duniamu”
ialah segala perkara yang tidak menjadi tugas diutusnya para Nabi.
Segala perkara yang dimaksud ialah
perkara-perkara/pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan
sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia.
3. Ibadah
Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah,
dengan jalan menta’ati segala perintah-perintah-Nya,
larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah.
Ibadah itu ada yang umum ada yang khusus:
a. Ibadah umum ialah segala amalan yang diidzinkan Allah.
b. Ibadah khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkah dan caracaranya yang tertentu.
4. Sabilillah
Sabilillah ialah jalan yang menyampaikan kepada keridlaan
Allah, berupa segala ’amalan yang diizinkan Allah untuk memuliakan
kalimat (agama)-Nya dan melaksanakan hukum-hukum-Nya.
5. Qiyas
a. Setelah persoalan qiyas dibicarakan dalam waktu tiga kali sidang, dengan mengadakan tiga kali pemandangan umum dan satu kali tanya jawab antara kedua belah pihak;
b.Setelah mengikuti dengan teliti akan jalannya pembicaraan dan
alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak, dan dengan
MENGINSYAFI bahwa tiap-tiap keputusan yang diambil olehnya itu hanya
sekedar mentarjihkan di antara pendapatpendapat yang ada, tidak berarti
menyalahkan pendapat yang lain.
Inspirasi pendirian Persyarikatan Muhammadiyah menjadi
stimulan dari rumusan sikap dasar kader Muhammadiyah. Sikap dasar kader
yang benar akan mampu mengawal dan mengembangkan gerakan Muhammadiyah
sehingga tidak lepas dari poros inspirasi pendiriannya. Pemahaman dan
konsistensi terhadap sikap dasar kader ini memperjelas fokus gerakan
Muhammadiyah.
Oleh karena itu, setiap kader Muhammadiyah harus memiliki
sikap dasar yang disarikan dari Kitab Masalah Lima, sebagai berikut:
1. Segolongan orang yang menggerakkan Muhammadiyah adalah orang-orang
takwa yang menjunjung tinggi persaudaraan dan tidak suka bercerai berai.
2. Agama Islam yang ditegakkan oleh Muhammadiyah adalah agama Islam
yang dibawa oleh Muhammad dengan Al Qur'an dan Sunnah sebagai sumber
ajarannya.
3. Al Qur'an dan Sunnah adalah rujukan mutlak dalam melaksanakan
perintah, larangan, dan petunjuk gerakan untuk kebaikan manusia di dunia
dan akhirat.
4. Urusan dunia yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan
kehidupan manusia diserahkan sepenuhnya kepada kemampuan kreativitas
manusia.
5. Kader Muhammadiyah harus selalu beribadah untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan meneladani Rasulullah dalam melaksanakan segala
perintah-Nya, meninggalkan segala larangan-Nya dan mengamalkan segala
yang diizinkan.
6. Kader Muhammadiyah dalam melaksanakan gerakan persyarikatan harus selalu di jalan Allah.
7. Faham dan pendapat pribadi tidak serta merta dapat menjadi prinsip
dasar gerakan Muhammadiyah, tetapi harus melalui pembahasan yang
mendalam susuai dengan metode qiyas, sehingga mendapat tarjih dari
Majelis Tarjih
No comments:
Post a Comment