6/15/17

MAKALAH PENGERTIAN PENDENDIDIKAN ISLAM

Bab II
Pembahasan
1.        Pengertian Pendidikan Islam
Dalam Al-qur’an tidak ditemukan kata at tarbiyah , namun terdapat istilah lain seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabby, yurby, dan rabbaniy. Sedangkan dalam hadits hanya ditemukan kata rabbaniy. Menurut Abdul Mujib mai=sing –masing memiliki kesamaan makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki perbedaan. Dalam hal ini terlebih dahulu kita akan menganalisis pengertian pendidikan Islam secara etimologi. Makna pendidikan Islam secara etimologi terdapat 4 kata kunci yang akan kita analisis.
       1) Tarbiyah
Kata tarbiyah berasal dari kata rabba yarubbu rabban yang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak). Tarbiyah merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik,  agar memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga akan terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur Dalam mu’jam bahasa Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:[1]
1.Rabba, yarba, tarbiyah : yang memiliki makna ‘tambah’(zad) dan    ‘berkembang’ (nama) yang memiliki arti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada peserta didik
2. Rabba, yurbi, tarbiyah yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan  menjadi besar (tara’ra’a) artinya pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik.
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki (aslaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah memberi makan, mengasuh dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinnya pendidikan merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik.
 Dalam pengertian tarbiyah ini sendiri ada 5 kata kunci yang perlu kita analisa.
1. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidikan dipandang sebagai usaha penyampaian, pemindahan, dan transformasi dari pendidik kepada peserta didik.
2. Sesuatu (al-syay’) maksud dari sesuatu ini adalah kebudayaan baik material maupun  non material yang harus diinternalisasikan oleh peserta didik.
3. Sampai pada batas kesempurnaan (ila kamalihi) maksudnya adalah bahwa proses pendidikan itu berlangsung terus menerus tampa henti, sehingga peserta didik memperoleh kesempurnaan , baik dalam pembentukan karakter dengan nilai-nilai tertentu maupun memiliki kompetensi tertentu dengan ilmu pengetahuan.
4. Tahap demi tahap (syay’fa syay) maksudnya transformasi ilmu pengetahuan dan nilai yang dilakukan dengan berjenjang menurut tingkat kedewasaan peserta didik, baik secara biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
5. Sebatas pada kesanggupannya (bi hasbi isti’dadihi) maksudnya adalah dalam proses transformasi pengetahuan dan nilai itu harus mengetahui tingkat peserta didik, baik dari sisi usia, kondisi fisik, psikis, sosial, ekonomi dan sebagainya, agar dalam tarbiyah itu ia tidak mengalami kesulitan.
Asumsi pengertian ini, sebagaimana yang diisyaratkan dalam QS. an-Nahl ayat 7 adalah bahwa manusia dilahirkan oleh ibunya dengan tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah swt. memberikan potensi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani kepada manusia agar ia mampu menangkap mencerna menganalisis dan mengetahui apa yang datang dari luar.
2). Ta'lim
Kata Ta'lim mashdar dari kata allama memiliki arti mengajarkan ilmu kepandanya.. Ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa dan individu tampa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pengertian ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam surat Al-Baqorah ayat 31’’Dan Dia mengajarkan (allama) kepada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu berfirman: sebutkan kepada- Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.
Bahasa ini sudah digunakan sejak periode awal praktik pendidikan Islam. Dalam Hadits Nabi kata al-ta‘lim lebih sering dipakai dari pada kata al-tarbiyah dan al-ta‘dib. Kalimat ta’lim menurut para ahli lebih bersifat universal jika dibandingkan dengan al-tarbiyah dan al-ta‘dib seperti yang pernah dikutip oleh Samsul Nizar bahwa Rasyid Ridho mengatakan bahwa al-ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.[2]

Lebih jauh, Abdul Fata Jalal mengatakan bahwa al-ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriyah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoretis, mengulang secara lisan, beserta pengetahuan yang menyangkut ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan dan pedoman untuk berprilaku[3] Namun bagi zakiyah Darajat kata ‘allama hanya bersifat memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaanke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pembeitahuan.[4]
Dilihat dari asal katanya istilah ta‘lim dibedakan menjadi dua kata yang bersal dari kata dasar (1) ‘Allama-ya‘lamu yang memiliki arti mengecap atau memberi tanda; (2) ‘Alima -ya‘lamu yang berarti mengerti atau memberi tanda.[5]
3). Ta’dib
Pendidikan sopan santun tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika. Ta’dib yang seakar dengan  adab memiliki arti  pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya peradaban yang berkulaitas dapat diraih melalui pendidikan. Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Adapun Ta’dib sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata karma) dibagi atas 4 macam :
1)    Ta’dib adab al-haqq adalah tatakrama spiritual dalam kebenaran
2)   Ta’dib adab al khidmah adalah tatakrama spiritual dalam pengabdian kepada sang pencipta
3)    Ta’dib adab al-syari’ah adalah tatakrama spiritual dalam syari’ah
4)    Ta’dib adab al-shuhbah adalah tatakrama spiritual dalam persahabatan saling menghormati dan berperilaku mulia terhadap sesasama
4)        Riyadhah
Kata Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.[6] menurut al-Bastani , riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan akhlak yang mulia. Riyadhah dapat dibagi menjadi 2 macam :
1.    Riyadhat al-jisim merupakan pendidikan olah raga yang dilakukan melalui gerakan fisik atau pernapasam yang bertujuan untuk kesehatan jasmani manusia.
2.    Riyadhat al-nafs merupakan pendidikan olah raga batin yang dilakukan melalui olah hati dan olah pikir untuk memperoleh ketenangan jiwa.
3.    Kedua riyadhah ini sangat penting bagi manusia untuk memelihara amanah jiwa raga yang telah Allah swt berikan. Namun pendidikan olah jiwa lebih penting daripada olahraga karena jiwalah yang menjadikan manusia mulia baik di dunia maupun akhirat

2)      Pengertian Terminologi Pendidikan Islam
 Dari ketiga istilah tersebut memang seakan-akan terjadi perdebatan mengenai istilah yang cocok untuk diformulasikan sebagai pengertian dari pendidikan Islam. Masing-masing tokoh memiliki pandangan dan argumentasi yang berbeda-beda, di antaranya, Ahmad Tafsir, berpandangan bahwa pendidikan Islam merupakan bimbingan yang diberikan oleh seeorang supaya ia berkembang dengan maksimal sesuai dengan pokok-pokok ajaran Islam.23 Al-Shaibani melihat pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi di masyarakat.[7]
Sementara itu Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian insane kamil.[8] Abdul al-Rahman al-Nahlawi menyebut bahwa,
“Pendidikan islam yaitu pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat”.[9]
 Hasan Langgulung mengartikan pendidikan Islam adalah menemukan dan
mengembangkan potensi-potensi, pewarisan kebudayaan, dan transaksi antarmanusia dan alam sekitar. Mengembangkan potensi artinya bahwa manusia memiliki fitrah sejak lahir sehingga fitrah inilah yang harus dikembangkan, karena menurut Langgulung manusia bukanlah kertas kosong berwarna putih yang tidak memiliki potensi apa pun.[10]

Menurut Musthafa al-Ghulayani, pendidikan Islam adalah menanamkan ahklak yang mulia dalam pertumbuhannya sehingga akhlak itu mampu berwujud sebagai keutamamaan dan kebaikan dan cinta bekerja guna kemanfaatan bagi lingkungannya.28

Bab III
Penutup
 Kesimpulan
  Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan pengertian pendidikan menurut islam ialah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib dan ar riyadah.

Saran
Demikian makalah ini kami buat, pemakalah menyadari masih banyak kekurangan untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca maupun pemakalah.
 

Daftar Pustaka

Mujib, Abdul. Jusuf, Mudzakkir. Pendidikan Islam. Jakarta : PT Kencana Pernada Mulia, 2006
Langugulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologi dan pendidikan. Jakarta: PT Al Husna zikra, 1995.
Priatna, Tedi. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Yunus, Mahmud.  Pendidikan Dan Pengajaran. jakarta: Hidakarya Agung, 1978.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara,Jakarta,1989,10
http://makalah1001.blogspot.co.id/2014/04/dasar-tujuan-dan-manfaat-pendidikan.html



[1] Abd al-Rahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha, (Damaskus:Dar-al-Fikr, 1988), 12-13
[2] Muhammad Rasyid Ridla, Tafsir al-Qur’an al-Hakim , Tafsir al-Manar, J. VII (Bairut: Dar al-Fikr, tt), 262.
[3] Abdul Fata Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Aly, (Bandung: CV Diponegoro, 1998). 30.
[4] Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan…, 26.
[5] Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang, Dasar-Dasar Kependidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1996),    15.
[6]Ibid., 149
[7] Omar Muhammad al-Tausi al-Shaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Bandung: Bulan Bintang, 1979).399.
[8] Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989) 19.
[9] Abdu al-Rahman Nahlawi, dalam Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997) 9.
[10] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Maha Grafindo, 1985) 107.

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner