A.
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan
suatu usaha sadar guru atau pengajar untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minatnya. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan. Tujuan ini
haruslah searah dengan tujuan belajar siswa dan kurikulum. Tujuan belajar pada
siswa adalah mencapai perkembangan optimal, yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sedangkan tujuan kurikulum ialah terpenuhinya semua
targetan tujuan yang dalam dokumen tertulis untuk mencapai tujuan pembelajaran
berdasarkan tingkatan yang ditetapkan.
Banyak kita jumpai, siswa tidak
tertarik untuk
belajar karena materi pelajaran tersebut membosankan. Untuk menghindari gejala
tersebut, guru harus memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran tersebut
sedemikian rupa, sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya. Oleh
karena itu guru harus memperlihatkan dan mengembangkan unsur-unsur dinamis pada
saat membelajarkan kepada siswa
Dalam hal ini, guru dituntut
untuk mampu memanfaatkan hasil-hasil teknologi, kaitannya dengan hal ini adalah
mampu memahami media (perantara) pembelajaran sehingga tercapainya tujuan dalam
proses belajar.
Teknologi adalah salah satu hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam masa yang serba maju ini dan teknologi akan semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan timbul banyaknya
kebutuhan – kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Kemajuan
teknolgi informasi berjalan sangat cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi,
penyimpanan dan pengiriman data semakin murah dan semakin baik kualitasnya.
Baik individu, institusi, lembaga pendidikan, maupun pemerintah ikut melakukan
berbagai upaya untuk memanfaatkan perkembangan teknologi. Bahkan dalam dunia
pendidikan Islam, sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi tersebut.
Teknologi akan memberikan nilai tambah
dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak semuanya diperoleh dalam lingkungan
sekolah. Demikian pula pada saat melakukan pertukaran data dan informasi antar
sekolah, sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan pemerintah daerah dan pusat,
utamanya dalam pendidikan Islam dan lain-lain, semuanya akan lebih efektif dan
efisien jika memanfaatkan teknologi dalam kemjuan pendidikan tersebut[1]
Di dalam lembaga apapun yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat terutama yang menyangkut pelayanan publik hal
penting yang paling dituntut adalah performa lembaga tersebut baik manusia,
birokrasi/prosedur hingga teknologi pendukung, Maka proses perbaikkan atau
peningkatan performa akan selalu dibutuhkan.
Pendidikan adalah bidang yang memiliki
hubungan paling dekat bahkan melekat dengan masyarakat yaitu peserta didik dan
pengguna output dari pendidikan tersebut. Teknologi dapat dipakai untuk
menambah keterlibatan unsur pendidikan dalam rangka meningkatkan kinerja
manusia.[2]
B.
PengertianTeknologi Pendidikan
Istilah
teknologi berasal dari bahasa Yunani technologia yang menurut
Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu
secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti
art, skilll, science atau keahlian, ketrampilan, ilmu.[3]
Dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata education
yang dapat diartikan upbringing (pengembangan), teaching
(pengajaran), instruction (perintah), pedagogy (pembinaan
kepribadian), breeding (memberi makan), raising (of animal)
(menumbuhkan). Dalam bahasa Arab, kata pendidikan merupakan terjemahan dari
kata al-tarbiyah yang dapat diartikan proses menumbuhkan dan
mengembangkan potensi yang terdapat pada diri seseorang, baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun spiritual. Selain itu kata tarbiyah juga dapat
berarti menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, memperbaiki (ashlaha),
menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh,
memiliki, mengatur, dan menjaga kelangsungan maupun eksistensi seseorang.
Teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan
terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia, serta
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.
Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua
sumber belajar yang didesain dan/ atau dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan
belajar sumber-sumber belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan,
teknik dan latar (setting).[4]
Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam
mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan
pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan
penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat
pembelajaran lebih efektif.
Secara
historis, istilah teknologi pendidikan (educational technology) dan
teknologi pembelajaran (instructional technology) dimaknai oleh sebagian
ahli pendidikan secara terpisah. Ada yang menyetujui penggunaan istilah
“teknologi pendidikan”, dengan alasan bahwa kata “pendidikan” memberikan
cakupan yang lebih luas daripada sekedar menggunakan kata “pembelajaran”.
Selain itu mereka juga beranggapan bahwa kata “pendidikan” tersebut merujuk
pada aneka ragam lingkungan belajar, termasuk belajar di rumah, di sekolah, di
tempat kerja, dan sebagainya, sementara kalau hanya menggunakan istilah
“pembelajaran”, tentu cakupannya hanya sebatas di lingkungan sekolah saja.
Sedangkan bagi yang setuju dengan menggunakan istilah “teknologi pembelajaran”
berpendapat bahwa kata pembelajaran lebih sesuai dengan fungsi teknologi, yakni
berkenaan dengan permasalahan belajar dan mengajar, termasuk juga mencakup
situasi pelatihan (training). Kedua kelompok ini sepertinya menggunakan alasan
yang seimbang untuk membenarkan pendapat mereka masing-masing.[5]
C. Teknologi
dalam Pengembangan Pendidikan Islam
Kemajuan
teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakkan pengaruhnya pada setiap
dan semua kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat dikatakan bahwa
tidak ada orang yang dapat menghindar dari pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), IPTEK bukan saja dirasakan individu, akan
tetapi dirasakan pula oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Kehadiran
IPTEK di negara-negara maju, sudah lama dirasakan pengaruhnya, karena pada
negara-negara tersebutlah kemajuan itu mula-mula dicapai. Sebaliknya bagi
negara-negara berkembang, pengaruh tersebut baru mulai dirasakan antara lain
seperti dalam bidang informasi, buku-buku, media TV, radio, video, internet dan
lain sebagainya.
Sekarang yang menjadi persoalan sekaligus pertanyaan bagi
kita tentunya adalah bagaimana dengan eksistensi pendidikan Islam dalam
menghadapi arus perkembangan IPTEK yang sangat pesat tersebut. Bagaimanapun
tampaknya pendidikan Islam (terutama lembaganya) dituntut untuk mampu
mengadaptasikan dirinya dengan kondisi yang ada. Disamping dapat mengadaptasi
dirinya, pendidikan Islam juga dituntut untuk menguasai IPTEK, dan kalau perlu
merebutnya.[6] Kenyataan
untuk merebut teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat penting,
sebab sekarang pembangunan nasional diarahkan dengan orientasi pada teknologi
industri, dalam hal ini tak terkecuali dalam bidang pendidikan.
Menurut Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie,
ada lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai penguasaan IPTEK yaitu:
- Melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang IPTEK yang relevan dengan pembangunan bangsa.
- Mengembangkan konsep masyarakat teknologi dan industri serta melakukan usaha serius dalam merealisasikan konsep tersebut.
- Adanya transfer, aplikasi dan pengembangan lebih jauh dari teknologi yang diarahkan pada pemecahan masalah-masalah nyata.
- Kemandirian teknologi, tanpa harus bergantung ke luar negeri.
- Perlu adanya perlindungan terhadap teknologi yang dikembangkan di dalam negeri hingga mampu bersaing di arena internasional.
Sementara
itu pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis serta
mengembangkan pemikiran, informasi dan fakta-fakta kependidikan yang sama
sebangun dengan nilai-nilai ajaran Islam dituntut harus mampu mengetengahkan
perencanaan program-program dan aktivitas-aktivitas operasional kependidikan,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan IPTEK sebagaimana
digambarkan diatas.
Pendidikan
Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat signifikan dipertahankan atau
dikembangkan. Hal ini mungkin dapat dilihat dari tataran filosofis atau
konseptual dan pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
dari waktu ke waktu telah mampu tumbuh di tengah-tengah dinamika masyarakat.
- Motivasi kreatifitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri, dimana nilai-nilai Islam menjadi sumber acuannya.
- Mendidik keterampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
- Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas IPTEK dalam bidang masing-masing.
Menanamkan
sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui
kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari sumber-sumbernya yang murni dan
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.[7]
Jadi
kesanalah pendidikan Islam diarahkan, agar pendidikan Islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. Strategi tersebut merupakan
sebagian solusi bagi pendidikan Islam untuk bisa lebih banyak berbuat.
Kendatipun demikian, pendidikan Islam tentu saja tidak boleh lepas dari
Idealitas Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berorientasikan kepada hubungan manusia
dengan Allah SWT. (Hablumminallah), hubungan manusia dengan sesamanya (Hablumminannas)
dan dengan alam sekitarnya.
Dari
ketiga orientasi tersebut, tampaknya hubungan dengan alam sekitar menjadi dasar
pengembangan IPTEK, sedang Hablumminallah menjadi dasar pengembangan
sikap dedikasi dan moralitas yang menjiwai pengembangan IPTEK, sedang Hablumminannas
menjadi dasar pengembangan hidup bermasyarakat yang berpolakan atas
kesinambungan, keserasian, dan keselarasan dengan nilai-nilai moralitas yang
berfungsi menentramkan jiwa manusia, sehingga terciptalah kedamaian.
D.
Peningkatan Kinerja Peserta Didik Sebagai Pribadi
Pembelajaran
dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan pertama, adanya perubahan
persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua adanya
teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan
yang sangat luar biasa. Dalam kerangka pembelajaran individual, teknologi
pendidikan sebagai sebuah studi berupaya untuk meningkatan kinerja atau
performa peserta didik melalui beberapa cara yaitu:
1.
Memberi pengalaman belajar bernilai lebih dengan difokuskan pada tujuan yang
hendak dicapai, bukan sekedar keberhasilan melewati serangkaian test
terstruktur.
2.
Alih-alih menghafal pelajaran, melalui pemanfaatan teknologi
pengalaman-pengalaman belajar yang didapat diharapkan dapat membawa pada
tingkat pemahaman yang lebih dalam. Jika proses belajar ini dibuat lebih
bernilai dengan mendesainnya sedemikian rupa, maka pengetahuan dan kompetensi
yang baru dapat tertransfer lebih baik lagi.
Individual learning atau pembelajaran individual dapat
diartikan “the ability of individuals to experience personal growth in their
interactions with the world around them.” [8]
Melalui pembelajaran individual peserta didik langsung mengalami apa yang
dipelajarinya, membangun sebuah pemahaman dengan model self-discovery sehingga
penghayatan akan makna pelajaran menjadi lebih dalam tertanaman. Ada sebuah
pepatah Cina kuno yang mengatakan
“Apa
yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat;
Apa yang saya lakukan, saya paham.”
Apa yang saya lakukan, saya paham.”
Pembelajaran bernilai lebih yang dimaksud
oleh teknologi pendidikan adalah bahwa melalui aplikasi teknologi dalam bidang
pendidikan:
1. Tujuan pembelajaran yang berfokus pada
tes atau ujian yang sifatnya sangat dangkal dapat diubah. Artinya bahwa
pembelajaran bagi siswa bukanlah sekedar menggali kemampuan kognitif, apalagi
pada tingkat kognitif yang rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman. Tujuan
pembelajaran yang sekedar “berhasil dalam ujian” sudah pasti tidak memberikan
peningkatan performa pada peserta didik.
2. Pengabaian pendidikan akan adanya multiple
intelegensi pada peserta didik dapat dihindari. Menurut Howard Gardner,
hakikatnya terdapat 7 tipe intelegensia anak (manusia secara umum), namun di
sekolah hanya 2 tipe yang dimasukkan dalam intrakurikuler yaitu kemampuan
berbahasa dan logika matematika. Sementara 5 intelegensia yaitu musik,
kemampuan spasial, kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal hanya merupakan
tambahan. Konsekuensinya, output pembelajaran dalam pendidikan formal cenderung
diasosiasikan dengan ilmu pengetahuan yang sempit, terbatas, dan pada tingkat
yang redah.
3. Pembelajaran dapat merambah pada
semua tingkat atau ranah kemampuan peserta didik yang semestinya baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik (taksonomi Bloom). Oleh karenanya salah satu cara
yang diusahakan oleh teknologi pendidikan untuk meningkatkan kinerja peserta
didik adalah melalui praktek-praktek design pembelajaran (pendekatan ID
sistematis – Morrison)a ang mengarahkan perencana pembelajaran berpikir tentang
berbagai outcome pembelajaran dan mengklarifikasi pada level apa tipe
pembelajaran yang diharapkan. Jika saja keadaan ini tercipta maka peserta didik
lebih dapat menikmati pengalaman aktifitas-aktifitas belajar dan metode
penilaian yang sesuai dengan kebutuhan belajar, bukan sekedar ujian yang terstandarisasikan.
4. Kedalaman pembelajaran lebih
mungkin dicapai. Hal ini untuk mengatasi apa yang sering terjadi dalam proses
belajar yaitu belajar untuk menghafal. Weigel mengemukakan istilah pembelajaran
di permukaan (surface learning) dan pembelajaran mendalam (deep
learning) untuk memberikan perbedaan tujuan yang menyolok. Surface
learning diwakilkan oleh kebiasaan penghafalan fakta, memperlakukan materi
sebagai bagian-bagian informasi yang tidak berkaitan, dan melakukan prosedur
rutin tanpa berpikir. Sebaliknya tujuan deep learning adalah mendorong
peserta didik mengaitkan ide-ide dengan pengetahuan yang sudah didapat, mencari
pola-pola utama, mempelajari pernyataan-pernyataan yang ada secara kritis, dan
merefleksikannya dengan pemahaman mereka sendiri. Deep learning dapat
terjadi dalam komunitas pembelajar yang berorientasi pada penyelidikan (inquiry-oriented).
Komunitas ini bisa tercipta melalui aplikasi teknologi informasi dengan
memanfaatkan web berbasis jaringan kerja seperti blog.
5. Terjadi transfer pembelajaran
dalam dunia pendidikan formal. Diakui bahwa teknologi dapat membantu siswa
memiliki kemampuan yang tinggi, sekaligus menerapkan pengetahuan baru di
luar ruang kelas. Artinya bahwa dengan teknologi transfer ilmu pengetahuan tidak
terbatas semata dalam ruang kelas melalui design pembelajaran (disebut sebagai soft
technology) yang disusun pengajar, namun juga melalui hard technology
yaitu penciptaan dan pemanfaatan lingkungan dimana pembelajar dapat
mempraktekan pengetahuan dan kemampuannya dalam dunia nyata.
Teknologi
pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas
manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh
berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan
kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di
tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak
seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan
pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan
mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.[9]
E.
Peningkatan Kinerja Guru dan Para Perancang Pembelajaran
Aplikasi
teknologi dalam bidang pendidikan dapat menolong para tenaga pengajar
menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan bernilai manusiawi. Teknologi
pendidikan bagi pengajar memiliki manfaat luar biasa terutama dalam
meminimalisir waktu pembelajaran dan meningkatkan efektifitas yang pada
akhirnya dapat menambah produktifitas tenaga pengajar.
Beberapa
langkah yang bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja guru dan perancang desain
pembelajaran adalah seperti penjelasan singkat berikut ini.
1. Mengurangi
waktu pembelajaran.
TP memberikan wawasan untuk membantu para guru dan para
desainer(trainer) mengurang waktu yang tidak efisien
dalam pembelajaran melalui prosedur prosedur khusus dalam analisa kebutuhan dan
analisa pembelajaran Melalui prosedur ini mengetahui apa yang menjadi
tujuan pasti Dari tujuan pasti dari proses pembelajaran (penyampaian materi)
dngan tujuan itu lah proyek pembelajarn di mulai. Konsekuensinya guru dan para
desainer mengurangi waktu pembelajaan yang tidak efektif untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
2. Menciptakan
pembelajaran yang lebih menguntungkan dari segi biaya.
Desain pembelajaran yang sistemasis menolong para perencana
pembelajaran mencapai
hasil yang luar biasa menguntungkan.
3. Menciptakan pembelajan
yang ramah. pembelajaran lebih menarik.
Yang dimaksut dengan menarik disini sangat variasi
tergantung kasus per kasus, tetapi secara umum pembelajaran yang
menarik memiliki beberapa pengertian:
a.
Menantang, memberikan ekspetasi yang tinggi.
b. Memiliki kesesuaian dengan
pengalaman peserta didik di masa lalu dan dimasa yang akan datang.
c. Ada
unsur humor dan permainan dalam pembelajaran.
d. Mempertahankan
perhatian siswa melalui hal-hal yang baru.
e. Terlibat
secara intelektual dan emosional.
f. Menggunakan
berbagai bentuk penyajian.
Teknologi Pendidikan (TP) mempunyai sejarah panjang yang
sangat menarik. Banyak inovasi-inovasi pembelajaran yang diinspirasi dari teroi
kognitifisme, konstruktifisme, seperti problem base lerning yang didisaen untuk
meningkatkan peserta belajar yang disampaikan oleh pengajar.
4. Menghormati
nilai-nilai kemanusiaan.
Banyak inovasi didalam Teknologi Pendidikan (TP) yang
berfokuskan dalam nilai-nilai kemanusiaan. Artinya murid adalah orang yang
tidak dijejali ilmu saja atau dengan kata lain adalah memanusiakan murid. Hal
ini sesuai dengan bentuk inovasi yang dibuat dengan melihat murid dari segi
behaviourisme. Secara singkat dapat di samapikan bahwa hasil inovasi Teknologi
Pendidikan (TP) menempatkan peserta didik sebagai pemegang control dalam
proses pembelajaran.[10]
F. Peningkatan Kinerja Organisasi
Pada
awalnya teknologi diadopsi oleh organisasi adalah untuk meningkatkan
produktifitas organisasi, terutama untuk memangkas biaya dan meningkatkan
hasil. Itulah yang menjadi tujuan pemanfaatan teknologi di dunia bisnis dan
industri. Namun tujuan ekonomis seperti ini boleh dikata kurang populer di
organisasi atau lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi. Oleh
sebab itu perlu dikaji lebih dalam lagi beberapa kemungkinan peran teknologi
dalam meningkatkan produktifitas di organisasi pendidikan.
1. Meningkatkan
efisiensi dan efektifitas
Efisiensi adalah doing things right (dengan benar)
dan efektifitas adalah doing the right things (yang benar). Dalam dunia
pendidikan kata efisiensi bisa dipandang sebagai rancangan, pengembangan, dan
melakukan pembelajaran dnegan cara memanfaatkan sumber-sumber sekecil mungkin
untuk mencapai hasil yang, paling tidak, sama atau lebih baik. Sementara kata
efektifitas berarti melakukan perbuatan yang memang benar-benar bisa menolong
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yaitu menguasai pengetahuan, punya
keahlian, dan terjadi perubahan sikap. Kita membutuhkan keduanya. Pembelajaran
yang efisien menjadi kehilangan makna jika tidak bisa mencapai tujuan
pembelajaran. Sementara itu pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar yang
diinginkan tetapi boros penggunaan biaya, tidak tepat waktu, atau tidak punya
dampak menghasilkan lulusan yang tepat guna sama dengan pembelajaran yang tidak
produktif.
2. Sebuah
perspektif sistem bagi kinerja organisasi
Dalam pendidikan
kalimat “hasil yang diinginkan” bisa bermakna berbeda sesuai dengan persepsi
masing-masing orang. Oleh sebab itu perlu sebuah pengukuran what goals are
worth pursuing and what indicators should be used to measure progress toward
those goals” (hal.65). Banyak perdebatan yang dilakukan oleh ilmuwan
pendidikan apakah memang ukuran keberhasilan yang dipakai oleh
organisasi-organisasi bisnis dan industri (ekonomi) bisa dengan begitu saja
diterapkan dalam organisasi pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, pendekatan
atau cara pandang sistem, secara total dan menyeluruh dapat membantu organisisi
atau institusi pendidikan mendefinisikan dan mencapai tujuan yang berharga
(output) dengan proses pembelajaran yang seefisien dan seefektif mungkin.
Esensi dari
pendekatan sistem adalah melangkah ke belakang dan mencatat faktor apa saja
yang terjadi di sekitar dan mempengaruhi kejadian-kejadian dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas maka
dapat diperoleh pemahaman lingkungan apa yang seharusnya diciptakan untuk
mendukung strategi pembelajaran yang lebih berdampak.
Organisasi dapat
meningkatkan produktifitas komponen yang ada di dalamnya, terutama faktor SDM
nya dengan menolong mereka memperoleh pengetahuan yang baru, keahlian baru, dan
menciptakan sikap baru yang lebih positif. Namun ada usaha lain yang lebih
mendalam yaitu dengan mengubah kondisi-kondisi di dalam organisasi sehingga
orang lebih dapat memiliki performa kerja lebih baik lagi untuk mencapai tujuan
organisasi, dengan atau tanpa pembelajaran tambahan. Usaha perbaikan kinerja
yang sifatnya noninstructional intervention seperti mencipatkan kondisi
kerja yang lebih baik, alat kerja yang lebih memadai, dan memotivasi pekerja
menjadi lebih giat dilabelkan sebagai HPT atau human performance improvement
atau Teknologi Kinerja Manusia. Keseluruhan intervensi yang bersifat
instruksional dan noninstruksional dalam organisasi merupakan usaha untuk
mengembangkan atau meningkatkan kinerja organisasi.
3. HPT
HPT atau Teknologi
Kinerja Manusia menurut Pershing adalah “the study and ethical practice of
improving productivity in organizations by designing and developing effective
interventions that are result-oriented, comprehensive, and systemic.” HPT
merupakan seperangkat metode, prosedur, dan strategi untuk memecahkan masalah
dalam kerangka organisasi. Sesuai dengan namanya maka HPT bersentuhan langsung
dengan potensi manusia sebagai sumber daya kerja dalam organisasi. Penanganan
performa SDM dengan baik akan dapat meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
Bagaimana departemen Human Resource atau Personalia mengelola karyawan untuk
meningkatkan efektifitas kerja mereka adalah bidang yang ditangani oleh HPT.
Intinya HPT mengkaji tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja orang dalam
suatu organisasi melalui pendekatan yang sistematis, sistematis dan ilmiah.
Para teknolog kinerja tidak selalu merancang intervensi pembelajaran sebagai
suatu solusi dalam memecahkan masalah. Menurut Barbara B. Seels dan Rita C. Richey.
dalamcTeknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S.
Prawiradilaga, dkk).
Teknolog
kinerja akan cenderung memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan,
pemilihan personil, umpan balik atau alokasi sumber sebagai intervensi. Hal ini
mencakup empat proses yaitu analisa, desain, pengembangan, dan produksi.
Menurut teknolog kinerja yang pada akhirnya menolong kita melihat posisi
teknologi pendidikan dalam HPT secara menyeluruh adalah bahwa pendidikan
merupakan satu dari berbagai intervensi yang mungkin diterapkan dalam
meningkatkan kinerja di tempat kerja.[11]
G.
Kesimpulan
Di dalam lembaga apapun yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat terutama yang menyangkut pelayanan publik hal
penting yang paling dituntut adalah performa lembaga tersebut baik manusia,
birokrasi/prosedur hingga teknologi pendukung, Maka proses perbaikkan atau
peningkatan performa akan selalu dibutuhkan.
Teknologi
pendidikan tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas
manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dll) sejauh
berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan
kinerja. Oleh karena kinerja peserta didik baik di sekolah maupun di
tempat kerja dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknologi teknologi lunak
seperti desain pembelajaran (ID) dan hard-tech, juga penciptaan dan
pemanfaatan lingkungan di mana peserta didik dapat mempraktekkan dan
mengaplikasi ilmu pengetahuan yang didapat dalam dunia nyata.
Demikian
apa yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Semoga dengan makalah ini, kita
semakin mendapatkan gambaran yang jelas tentang tujuan utama dari Teknologi
Pendidikan (TP ). Jadi dengan Teknologi Pendidikan (TP) ini diharapkan bisa
memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran agar efektif,
efisien, menarik, dan juga bisa meningkatkan kinerja.
Daftar Pustaka
Encyclopedia of Educational
Technology
Hadimiarsa, Yusuf. TeknologiKomunikasiPendidikan.
Jakarta: Rajawali, 1986.
Majid, Abdul. Pendidikan Agama
Islam BerbasisiKompetensi. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2004.
Molenda, Michael & Alan Januszweski.
2008 “Educational Technolog: A Definition with Commentary
. New York.
Nasution.TeknologiPendidikan. Jakarta:
BumiAksara, 2008.
Seels, Barbara B. dan Rita C.
Richey.1995. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya,
(terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta: UNJ Agus Dwiyono.
2007.
Soejoeti.Al-Islam danIptek.
Jakarta: Raja Grafindo, 1998
Sumber internet:
www.Tpers.Net
No comments:
Post a Comment