7/20/17

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM



A. PENDAHULUAN 
Fenomena tentang arus globalisasi  kini muncak pada abad ke-21  ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi dan transportasi telah menghasilkan pradigma baru bagi kehidupan umat manusia di Indonesia pada khususnya,dalam kontek ini umat islam cenderung kurang mampu mengikuti perkembangan zaman. Dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengarahkan perubahan kehidupan kearah yang lebih baik umat islam saat ini sangatlah lemah dan rumit sekali untuk mewujudkan impian menjadi umat yang nomer satu dari sector pendidikan, ekonomi dan  kebudayaan, dan semua  itu tidak mungkin terjadi dengan sendirinya melainkan ada pengaruh, baik dari dalam ataupun dari luar.
Globalisasi bukanlah fenomena baru khususnya bagi masyarakat muslim Indonesia. Masyarakat muslim tidak dapat menghindarkan diri dari proses globalisasi jika ingin bertahan dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang makin kompetitif di segala bidang. Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi dewasa ini cenderung bersumber dari Barat yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai segi kehidupan masyarakat dunia secara umum.
Semua persoalan yang memperlemah kondisi umat harus di atas melalui upaya strategis memperkuat sumberdaya umat Islam, baik sumberdaya manusia, alam, sosial, IPTEK, maupun modal/keuangan.Salah satu upaya strategis kearah peningkatan kualitas umat adalah dengan membenahi sistem pendidikan yang secara langsung berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas sesuai keperluan lokal, Nasional, regional, dan global. Ketersediaan sumberdaya manusia (human resources) atau SDM unggul yang mampu menjawab persaingan dan bekerja sama mewujudkan kebaikan untuk semua, harus menjadi visi perjuangan umat dalam semua level dan segmen kehidupan.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, banyak hal perlu dicermati dalam kerangka terhadap Pendidikan Islam dan Globalisasi.Islam di Indonesia adalah fakta mayoritas umat.Karena itu, secara konvensional umat Islam Indonesia bertanggung jawab dan memiliki kontribusi besar atas perkembangan dan kemajuan Indonesia dalam semua aspek pembangunan, tak terkecuali dalam bidang pendidikan.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM DAN GLOBALISASI
1. Pengertian Pendidikan  Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta.[1] Pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan pembinaan semaksimal mungkin yang diberikan kepada seseorang melalui ajaran Islam agar orang tersebut tumbuh dan berkembang sesuai tujuan yang diharapkan.[2]Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[3]Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan individu sepenuhnya, agar orang tersebut tumbuh dan berkembang sesuai tujuan yang diharapkan yaitu tujuan duniawi maupun ukhrawi.

2.  Dasar-dasar Pendidikan Islam
Landasan pendidikan islam terdiri menjadi tiga sumber, yaitu sebagai berikut:
a.   Al Qur’an
Al Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut SYARI’AH.[4]
b.  Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an, Seperti Al-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.[5]
c.  Ijtihad
Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang bermuara kepada perubahan kehidupan sosial telah menuntut ijtihad dalam bentuk penelitian dan pengkajian kembali prinsip-prinsip ajaran Islam.[6]

3.      Tujuan Pendidikan Islam
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting.Karena memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan.[7] Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis.[8] Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[9]
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[10]
Oleh karena itu, tujuan akhir dari pendidikan Islam, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.

4.      Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:[11]
1.   Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal
2.   Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.[12]Dari Pemaparan fungsi Pendidikan Islam di atas, betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.

Jika muncul pertanyaan,  apakah  itu pendidikan  islam? Maka  jawaban yang kita dapatkan pasti bermacam-macam. Begitu juga tentang lembaganya, masih terdapat perbedaan pendapat dalam  menetapkan mana yang  layak di sebut lembaga pendidikan islam,  hal  tersebut sudah tentu tidak lepas dari kenyataan, bahwa di Indonesia terdapat dua model yang selama ini di katakan sebagai lembaga pendidikan islam.
Pertama, dikelola pihak pemerintah yang mana semua system dan peraturan yang ada sepenuhnya menurut pemerintah Yang kedua, di organisasikan oleh masyarakat dan format pelaksaanya juga di rancang sendiri, namun  tidak lepas dari undang undang atau peraturan pemerintah dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.[13]
Namun secara umum, pengertian dari Pendidikan Islam adalah suatu system kependidikan  yang mencakup seluruh aspek  kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.[14]

2. Pengertian Globalisasi
Pengertian  Globalisasi Menurut bahasa, global ialah seluruhnya, menyeluruh.[15]Sedangkan globalisasi ialah pengglobalan secara keseluruhan aspek kehidupan, perwujudan (peningkatan / perubahan) secara menyeluruh disegala aspek kehidupan. Kemudian membaca pengertian secara luas globalisasi adalah proses pertumbuhan Negara-Negara maju  seperti halnya Amerika, Eropa dan Jepang, yang telah  melakukan ekspansi besar-besaran. Kemudian berusaha mendominasi dan merubah  dunia dengan kekuatan teknologi, ilmu pengetahuan, politik, budaya, militer, ekonomi, dan pendidikan itu sendiri, di Indonesia pada khususnya.
Menurut david held dan Anthony Mc Grew, tidak ada devinisi globalisasi yang tepat yang di sepakati bersama. Globalisasi dapat di pahami dalam pemahaman yang beragam  sebagai kedekatan jarak, ruangan waktu yang menyempit, pengaruh yang cepat, dan dunia yang menyempit, perbedaanya hanya terletak pada penekanan dari sudut pandang  material, ruangan dan waktu, serta aspek-aspek kognitif dari  globalisasi, dari sudut peristilahan kata globalisaasi sebenarnya masih mengalami problem karena  realitas serta subyektifitas pemakaian kata tersebut, namun globalisasi secara sederhana dapat di tunjukkan dalam bentuk perluasan skala, pengembangan wilayah, dan percepatan pengaruh dari arus dan pola-pola inter-regional dalam interaksi social.[16]
Sementara itu menurut sebagian orang, globalisasi adalah menghilangkan dinding dan jarak antara satu bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. Sebagian lain mengatakan globalisasi ialah mengubah dunia menjadi perkampungan dunia.
Ada juga yang memandang globalisasi adalah kelanjutan dari tren yang telah lama mapan, yaitu liberarisasi seperti dianut oleh kaum neo-liberal.Namun menurut Paul Rust dan Graham Thompson seperti dikutip oleh Giddens bahwa globalisasi merupakan kelanjutan fenomena ekonomi yang kini menuju ke arah global.Tetapi kedua pandangan di atas tidaklahmerepresentasikan globalisasi secara utuh mengingat cakupannya sangat luas dan menggejala ke dalam berbagai sektor.
 Yusuf Qardhawi dalam buku Islam dan Globalisasi Dunia mengatakan bahwa globalisasi mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi (perdagangan) dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau Negara.

C. TANTANGAN GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Ada dua event yang hampir bersamaan, munculnya pada saat indonisia memasuki  abad  melenium  ketiga, pertama, Globalisasi, di akibatkan kemajuan ilmu dan teknologi terutama komunikasi dan transpormasi, sehingga dunia semakain menjadi tampa batas. Hal ini tentu akan berakibat munculnya budaya global dalam budaya global ini di tandai dalam bidang ekonomi,  perdagangan  akan menuju kepada terbentuknya pasar bebas, baik dalam kawasan ASEAN, asia pasifik, bahkan akan meliputi seluruh dunia, dan bidang politik akan semakin tumbuh semangat demokratisasi, dalam  bidang budaya akan terjadi pertukaran budaya antarbangsa yang berlangsung begitu cepat yang saling berpengaruh memengaruhi, dalam bidang social akan muncul semangat konsumeris yang tinggi di sebabkan pabrik-pabrik yang memproduksi kebutuhan-kebutuhan konsumeris akan berupaya memproduk barang-barang baru yang akan bertukanr dengan cepat pada setiap saat dan merangsang manusia untuk memilikinya.
Dengan wajah lamanya. Wajah baru Indonesia itu adalah wajah baru yang akan memunculkan masyarakat madani, yakni masyarakat yang berperadaban dengan menekankan pada demokratisasi dan hak-hak asasi manusia serta hidup dalam berkeadialan.
Tantangan globalisasi ini menuntut kepada perhatian yang sungguh-sungguh dari semua lapisan masyarakat untuk menghadapi dampak negativnya tantangan pertama bagi dunia pendidikan adalah  kwalitas, di era globalisasi pada dasarnya muncul era kometisi, berbicara kompetisi adalah berbicara keunggulan , menurut  Tilaar manusia unggul manusia yang akan surviv di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan.
Karena itu salah satu persoalan yang muncul bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, membentuk manusia unggul  partisipatoris yaitu manusia yang ikut serta secara aktif dalam persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik (Tilaar, 1999:56). Keunggulan partisipatoris itu dengan sendirinya adalah berkewajiban  untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi manusia yang akan di gunakan dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan yang semakin hari semakin tajam.[17]
Menurut Center for Moderate Muslim Indonesia, setidaknya ada tiga tantangan pokok yang dihadapi pendidikan Islam di Indonesia dalam menelusuri arus global yaitu:

1. Konformisme kurikulum dan sumber daya manusia.
Konformisme atau cepat  merasa puas dengan  keadaan yang ada menjadi kendala mendasar dalam mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Lembaga pendidikan dasar dan menengah masih menggunakan  model kurikulum  lama dengan mengandalkan pendidikan dasar agama sebagai bekal mengajarkan pendidikan agama lebih lanjut kepada masyarakat. Pembahasan yang diajarkan pun masih banyak menekankan aspek normatif dengan (mohon maaf) mengesampingkan aspek transformatif dalam konteks sosio-kultural masyarakat kita. Jangan kaget, apabila ada sekelompok ikhwan yang sudah  merasa cukup hanya dengan mengkaji ilmu-ilmu keislaman  yang datang dari tokoh-tokoh salaf dan menganggap tabu ilmu-ilmu lain (kontemporer) yang sebenarnya sama pentingnya. Kiranya kita perlu menata ulang pemahaman hadis Nabi Muhammad SAW; “man arod al dunya fa ‘alaihi bi al ‘ilmi, wa man aroda al’akhirota fa ‘alaihi bi al ‘ilmi, wa man ‘arodahuma fa ‘alaihi bi al ‘ilmi”.

2. Perubahan Sosial Politik
Iklim sosial politik kita yang tidak menentu ikut memberi warna pada dunia pendidikan Islam. Sebagai negara demokrasi, politik merupakan hal yang tak bisa terhindarkan. Bahkan, tidak sedikit ulama (pengampu pendidikan Islam) menceburkan diri dalam kancah politik praktis. Mereka yang seharusnya berperan sebagai wasit, malah ikut andil menendang bola. Lalu apa yang terjadi dengan umat yang ditinggalkannya? Santri-santrinya? Lembaga pendidikannya? (biar mereka sendiri yang menjawab).

3. Perubahan orientasi.
Sang Proklamator Bung Hatta pernah mengatakan, agama hidup di masyarakat, sedangkan masyarakat itu sendiri senantiasa mempunyai dinamika dan perubahan. Oleh sebab itu, para pendidik agama pun harus bisa menangkap dan tanggap terhadap “roh” perubahan, agar Islam senantiasa compatible dengan perkembangan masyarakat. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita dan para tokoh agama merespon wejangan Sang Proklamator? Atau kita hanya menghormati dan mengingat beliau sebatas mengikuti rituak 17 Agustus-an tanpa mengindahkan gagasan-gagasan beliau?
Hari ini, tidak sedikit lembaga pendidikan Islam yang masih alergi dengan filsafat, bahkan ilmu sosial lainnya yang dituding sebagai bentuk hegemoni Barat di bidang ilmu pengetahuan.Kejumudan intelektual akut sedang dialami umat. Orientasi dari sekedar mendidik untuk memahami ilmu (pengetahuan) agama an sich harus di re(de)konstruksi menjadi paham terhadap ilmu agama, ilmu sosial, ilmu alam, dan ilmu humanior.
    
D.   PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Arus global itu bukanlah kawan maupun lawan bagi pendidikan Islam, melaikan sebagai dinamisator bagi “mesin” yang namanya pendidikan Islam. Bila pendidikan Islam mengambil posisi anti global, maka “mesin” tersebut akan tidakstationaire alias macet, dan pendidikan Islam pun mengalami intellectual shut downatau penutupan intelektual. Sebaliknya, bila pendidikan Islam terseret oleh arus global, tanpa daya lagi identitas keislaman sebuah proses pendidikan akan dilindas oleh “mesin” tadi. Karenanya, pendidikan Islam menarik ulur arus global, yang sesuai ditarik bahkan dikembangkan, sementara yang tidak sesuaui diulur, dilepas atau ditingggalkan.[18]
Sebagai agen perubahan sosial, pendidikan Islam yang berada dalam atmosfer modernisasi dan globalisasi dewasa ini dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif.Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan umat Islam, baik pada tataran intelektual teoritis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai moral untuk membetengi diri dari akses negatif globalisasi, tetapi yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari impitan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.[19]
Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia dari berbagai aspek kehidupan, baik aspek social polotik, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain termasuk pendidikan, dalam hal ini globalisasi telah merubah kehidupan sehari-hari terutama di rasakan sekali oleh Negara berkembang dan pada saat yang sama telah menciptakan system-sistem dan kekuatan-kekuatan trens nasional baru.
Globalisasi telah mempengaruhi generasi muda islam terutama di Negara-negara timur tengah atau Negara-negara islam dan Negara-negara berkenbang, seperti Indonesia budaya komunisme, hedonism, dan ketergantungan terhadap budaya barat menjadi fenomina baru bagi generasi muda islam kita, model dan cara berpakaian yang tidak islami(mempertontonkan  aurat)  jenis makanan dan minuman yang di nikmati sujah jauh dari menu dan ke khasan local pengaruh bebas dan pergaulan muda-mudi yang tidak mengenal tatakrama meraja lela dimana-mana, semakin terkikisnya nilai kekeluargaan dan gotong- royong dan sebagainya adalah merupakan pengaruh negative dari globalisasi.
Globalisasi juga sangat berpengaruh terhadap penyelenggarakan pendidikan, baik terhadap tujuan, proses, hubungan guru murid, etika metode ataupun yang lainya.
Dalam hal tujuan dardapat kecendrungan yang mengarah materialismE, sehingga hal pertama yang mungkin dikatakan oleh orang tua siswa atau siswa, adalah lembaga adakah pendidikan tempat ia belajar dapat menjamin kehidupanya?demikiannya dengan kurikulumnya lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistic itu dapat dicapai, dalam  hal  ini belajar lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu (kognitif) belaka ketimbang bagaimana seseorang siswa memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
Dalam pergaulan antara sesama siswa, tidak jarang kita ketahui dari berbagai media massa yang memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan akibat dari penjajahan budaya barat yang  mengumbar pergaulan bebas demikian  halnya dengan  hubungan guru dengan  murid sering kita dapatkan informasi yang membuat bulu kuduk  kita berdiri, yaitu dengan berlangsungnya hubungan bebas guru-murid karena barter nilai dan tidak jarang  pula terdapat hubungan guru murid yang tidak harmonis di sebabkan akhlak siswa terhadap guru yang kurang menempatkan kedudukan guru pada posisi yang tepat di karenakan kesenjangan ekonomi antara guru dan orang tua murid yang bagaikan langit dengan bumi.
Proses globalisasi yang sedemikian berpengaruh bagi kelangsungan perkembangan identitas tradisional dan nilai-nilai agama tentu saja tidak dapat di biarkan begitu saja, kalangan agamawan, pemikir, pendidik, bahkan penguasa harus merespon secara kontruktif terhadap berbagai persoalan yang di timbulkan sebagai akibat dari pengaruh globalisasi ini.[20]
                                                                                                     
E. MANFAAT GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
Bila dijelajari lebih jauh, globalisasi membawa pengaruh terhadap Negara-negara berkembang yang baru terlepas dari belenggu penjajahan, baik positif maupun negative. Pengaruh positif dari globalisasi yaitu membantu / mendorong negara-negara baru berkembang untuk maju secara teknis,serta menjadi lebih sejahtera secara material.
Dengan demikian tidak bisa kita pungkiri,  juga bahwa globalisasi juga memiliki manfaat  (Pengaruh Yang Positif)  bagi  kehidupan umat manusia kita ketahui bahwa globalisasi juga erat kaitannya dengan era informasi dan tehnologi canggih.
Era global /informasi menjadikan semua transparan , apa yang terjadi di belahan dunia yang satu, di belahan dunia yang lain dapat juga dengan cepat di ketahui hubungan seseorang dengan yang lainya, tehnologi komunikasi menjadi sedemikian dekat gampang dan mudah, informasi pengetahuan dan lain-lainya  dengan mudah kita daptkan dari berbagai media, seperti radio, televisi, internet, Koran, majalah dan lain sebagainya dengan demikian banyak hal yang dapat mendorong pendidikan untuk meningkatkan kwalitas dirinya baik dalam hal kelembagaan , tujuan, kurikulum, metode, dan lain sebagainya.[21]

F. PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI 
Pendidikan menjadi sarana efektif mencegah pengaruh negatif yang mungkin terjadi akibat globalisasi.Pendidikan yang dimaksud terutama pendidikan agama sebagai landasan nilai dan moral. Agar peran pendidikan berfungsi maksimal untuk mengantisipasi dan mencegah dampak negatif globalisasi maka ada beberapa hal patut diperhatikan:
1.    Peningkatan mutu sumber daya manusia. Diantara keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa dan negara yakni penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keunggulan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pengalaman di banyak negara seperti Amerika, Jerman, Prancis, Jepang, dan Negara-negara lain menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu faktor terpenting yang mengantarkan kemajuan bagi negara-negara tersebut.
2.      Pengembangan ilmu sosial profetik. Islam membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Apabila ilmu sosial profetik telah menginternalisasi ke dalam tubuh masyarakat kita maka kita akan mengkaji hingga mengambil berbagai manfaat globalisasi atau westernisasi sekalipun.
3.      Mendekonstruksi metode dan manajemen. Metodologi dan manajemen yang selama ini kita pakai harus dirombak dan dibangun yang baru, yang dapat membawa semangat dan konsep baru sehingga menghasilkan tujuan yang di inginkan mengikuti kemajuan zaman.
4.    Memadainya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah unsur penting yang sangat menunjang kelancaran dan kesuksesan proses pendidikan. Karena itu, sarana dan prasarana akademik mutlak diperlukan.
5.    Memadainya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah unsur penting yang sangat menunjang kelancaran dan kesuksesan proses pendidikan. Karena itu, sarana dan prasarana akademik mutlak diperlukan.
6.      Adanya kurikulum yang handal berwawasan masa kini dan masa depan. Kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan manusia berkualitas dan memiliki keterampilan dan kecakapan dalam hidup.

G.  UPAYA KITA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM  MENGHADAPI GLOBALISASI
Globalisasi yang berkembang saat ini tidak mungkin untuk ditolak eksistensinya, sebab globalisasi merupakan keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua pihak termasuk pendidikan Islam. Melihat realitas seperti yang tertulis di atas, maka dibutuhkan solusi yang konstruktif dalam rangka menata kembali seluruh komponen pendidikan Islam. Penataan kembali sistem pendidikan Islam bukan sekedar  modifikasi atau tambal sulam, tapi memerlukan rekonstruksi, rekonseptualisasi dan reorientasi, sehingga pendidikan Islam dapat memberikan sumbangan besar bagi pencapaian tahap tinggal landas.
Untuk lebih jelas dari upaya dan usaha itu kami uraukan sebagai berikut:
1. Sikap Kita Terhadap  Globalisasi
Dalam menyikapi isu globalisasi umat islam terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu yang menerima secara mutlak menolak sama sekali, dan pertengahan yakni menyikapinya secara proposional.
Kelompok pertama, yakni orang yang menerima secara mutlak adalah orang yang di sebutkan oleh rosulullah dalam hadistnya bahwa mereka adalah mengikuti cara-cara dan ajaran-ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga jika umat lain itu masuk ke lubang biawak mereka akan mengikutinya inilah sikap para penyeru westnerisasi yang berlebihan didunia arab dan islam.
Kelompok kedua, orang ynag menolak sama sekali adalah yang menjahui hal-hal yang baru tidak peduli dengan dunia pemikiran, ekonomi , politik dan sebagainya,mereka beruzlah dan menyiongkir, selain kelompok ini terdapat kelompok lain yang sering di sebut dengan kelompk fudemintas,  bedanya mereka tidak mengasingkan diri, tetapi malah mengambil posisi berhadap-hadapan dengan yang mereka tentang atau tolak.
      Mereka menganggap bahwa globalisasi akan merusak sendi-sendi budaya islam yang telah mereka jaga selama-bertahun-tahun, kekhawatiran mereka terletak pada “westernisasi ”dan pembaratan pada budaya setempat melalui arus globalisasi.
Kelompok ketiga, adalah kelompok pertengahan yakni yang menyikapinya secara proposional, menurut yusuf qordawi  inilah sikap yangbaik sebagai cermin sebagai manhaj islam pertengahan. Inilah sikap orang beriman yang mempunyai wawasan luas dan terbuka yang bangga dengan identitasnya, faham tentanng risalahnya, dan memegang teguh orisinalitasnya tidak menghindar dari hal-hal yang baru dan tidak menerima secara berlebihan.di antara sikap yang tepat menghadapi globalisasi sebagaimana tersebut di atas adalah sikap proporsional  yakni tidak berlebihan dalm menolak dan menerimanya, kita tentu dapat memilih-milih mana yang di anggap baik dan sesuai dengan ajaran islam dan mana yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Terhadap pengaruh yang baik, tentu dengan senang hati dapatkah kita terima dan bahkan jika memungkinkan mengembangkanyauntuk mendapat manfaat yang lebih baik.[22]

2. Sikap Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Globalisasi
Ketika berhadapan dengan ide-ide informasi dan polarisasi ideology dunia terutama di dorong oleh kemajuan iptek modern, pendidikan islam tidak terlepas dari berbagai tantangan. Dalam menghadapi berbagai tantangan dan dampak tersebut pendidikan islam harus memiliki berbagi strategi sebab agama harus menjawab tantangan yang relative dekat di hadapan  kita dalam hal ini urusan dunia, selain berhubungan dengan urusan perakhiratan jadi harus di jawab sejauhmana agama kini bisa menjawab tantangan kemajuan itu, iptek harus di kuasai, tetapi kini tidak boleh di tinggalkan sehingga bisa membentuk sumberdaya manusia yang handalmenurut BPPN bahwa cara terbaik mengatasi kemungkinan dampak negatif adalah melalui peningkatan mutu pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama serta pendidikan moral pada khususnya pada dasarnya PPKn atau pendidikan kewarga negaraan, dan  agama sangat relefan untuk penanggulangan dampak negative dari tekhnologi dan informasi, hanya saja untuk kondisi dalam era reformasi sekarang ini di perlukan pengkajian ulang terhadap metode pengembangan dan pengajaranya sehingga penanaman sikap maupun penghayatan nilai-nilai  relegius akan semakin menghasilkan prilaku yang lebih baik.[23] 
Sedangkan lembaga yang sangat berperan dalam tantangan itu adalah pesantren madrasah menempati peran strategis bagi pendidikan generasi muda ummat Islam karena di sanalah tempat kebanyakan anak para santri mempersiapkan diri untuk menjalankan peran penting mereka bagi masyarakat di kemudian hari.
Dibandingkan dengan  pendidikan di sekolah  umum, madrasah mempunyai misi yang mulia.  Ia bukan saja memberikan pendidikan umum (seperti halnya sekolah umum) tetapi juga memberikan pendidikan agama , sehingga, kalau pendidikan ini berhasil, para lulusannya akan dapat hidup bahagia di dunia dan hidup bahagia di akhirat nanti (karena ketaatannya pada ajaran agama)  Madrasah yang hanya menekankan pendidikan agama dan mengabaikan pendidikan umum  mungkin hanya akan mampu memberikan potensi untuk bahagia di akhirat saja.Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan ini, madrasah harus juga menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing di bidang apa saja yang mereka masuki.  Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah tidak akan terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam memperebutkan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan bangsa.[24]

H. KESIMPULAN 
Berdasarkan uraian contoh makalah singkat ini, dapat diambil beberapa kesimpulan:
 
1.      Globalisasi adalah suatu keadaan di mana sudah tidak ada lagi batas-batas teritorial antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan informasi yang cukup pesat.
2.      Globalisasi secara konsepsional tidak bertentangan dengan Islam, bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Konsep globalisasi telah lebih dulu ada dalam Islam, karena Islam adalah ajaran yang universal. Hanya saja dalam implementasinya globalisasi cenderung menjadi pemaksaan hegemoni dunia Barat terhadap dunia non-Barat, sehingga perlu kehati-hatian mencermati dan menghadapinya.Globalisasi adalah suatu keadaan di mana sudah tidak ada lagi batas-batas teritorial antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan informasi yang cukup pesat.
3.      Globalisasi berpengaruh cukup besar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam segala bidang kehidupan.
4.      Sikap yang tepat dalam menghadapi globalisasi yakni sikap proporsional, dimana tidak menolak secara mutlak juga tidak menerima secara mutlak. Yang baik diambil dan dikembangkan, sedangkan yang tidak baik ditolak dan dihindari.
5.      Pendidikan berperan penting dalam mencegah dan menanggulangi dampak negatif globalisasi, dan dalam merespons secara positif manfaat dari globalisasi.








DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.
Abdul Majid, Pembelajaran dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012.
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung : Angkasa, 2003.
Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Surabaya : Apollo.
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam System Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta: Pranada Media, 2004.
Imam Machali, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi: Buah Pikiran Seputar, Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Yogyakarta: PRESMA, 2004.
M. Arifin, MED, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Bumi Aksara, 1989.
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2001.
Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia,Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1991.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002.
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: BUMI AKSARA, 2009.
Arief Furchan,  http://www.pendidikan islam.net/index.php/makalah/41-makalah-tertulis/293-pemberdayaan-madrasah- 1-5-2017



[1]Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya,2012), 47.
[2]Abdullah Idi & Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), 51.
[4]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam  (BUMI AKSARA: Jakarta, 2009), 19.
[5]Ibid;20.
[6]Ibid;22.
[7]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam  (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), 27.
[8]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)110.
[9]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam  (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), 28.
[11]Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002), 34.
[12]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam  (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), 107.
[13]Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1991), 1.
[14]M. Arifin, MED, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Bumi Aksara, 1989), 24.
[15]Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap (Surabaya : Apollo ) 175.
[16]Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung : Angkasa, 2003), 183.
[17]Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam System Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Pranada Media, 2004) 199.
[18]Imam Machali, Musthofa, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi: Buah Pikiran Seputar; Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya, (Yogyakarta: PRESMA, 2004), 11.
[19]Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya,2012), 25.
[20]Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung : Angkasa, 2003), 185.
[21]Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung : Angkasa, 2003), 187.
[22]Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung : Angkasa, 2003), 187.
[23]Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2001), 47.

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner