A. Pendahuluan
Secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang
lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian
keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.
Dari pengertian di atas
dapat
dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu:
1)
pengertian secara fisik,materil, kongkrit,
2)
pengertian
secara non-fisik, non-materil, dan
abstrak.[1]
Dari definisi di atas dapat dimengerti bahwa
lembaga pendidikan itu mengandung pengertian konkret berupa sarana dan
prasarana dan juga pengertian abstrak, dengan adanya norma-norma dan
peraturan-peraturan, serta tanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Pendidikan Islam dipandang sebagai sebuah
sistem kelembagaan bisa dilihat dari empat unsur, yaitu:
1) Kegiatan
pendidikan meliputi: pendidikan diri
sendiri, pendidikan lingkungan,
pendidikan seseorang terhadap orang lain.
2) Binaan
pendidikan mencakup: jasmani, akal dan qalbu.
3) Tempat
pendidikan mencakup: rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
4) Komponen
pendidikan yang mencakup: dasar, tujuan, peserta didik, materi, metode, media
dan evaluasi[2].
Sementara itu Noeng Muhadjir yang dikutip
oleh Ramayulis mengemukakan bahwa bila diaplikasikan dalam sistem kelembagaan
non pisik pendidikan Islam terdiri dari:
1) Bertolak
dari lima unsur dasar pendidikan meliputi; yang memberi, yang menerima tujuan,
cara/jalan dan konteks positif.
2) Bertolak
dari empat komponen pokok pendidikan yakni kurikulum, subjek didik, personifikasi
pendidik dan kontek belajar mengajar.
3) Bertolak
dari fungsi pendidikan yaitu pendidikan kreatifitas, pendidikan moralitas dan
pendidikan prokdutifitas.[3]
Sistem dan kelembagaan pendidikan Islam
pada masa Rasulullah di periode madinah, tentu saja mengarah kepada sistem
pendidikan Islam baik yang bersifat fisik dan non fisik mengingat dalam
realitas sistem pendidikan Islam memang tidak terlepas dari dua hal tersebut.
Kemudian secara khusus bila dilihat dari sistem kelembagaan pendidikan Islam
pada masa Rasulullah pada periode Madinah ini dibatasi dalam aspek: Tujuan,
metode/ strategi, materi, sarana/media, sistem evaluasi, dan kurikulum serta
lingkungan pendidikan termasuk di dalamnya kebijakan yang dila-kukan oleh Nabi
Muhammad Saw dalam pendidikan Islam. Karena periode Madinah merupakan
kelanjutan dari periode Makkah maka dalam melihat sistem kelembagaan pendidikan
Islam periode Madinah dalam tulisan ini tentu sekilas menyinggung tentang
sistem kelembagaan pendidikan Islam di periode Makkah.
B.
Pendidikan
Islam pada Masa Rasulullah
Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi
Muhammad Saw berawal dari periode Makkah dan setelah hijrah berlanjut pada
periode Madinah. Pada periode Makkah Nabi Muhammad lebih menitikberatkan
pembinaan keimanan, moral dan akhlak kepada masyarakat Arab yang bermukim di
Makkah. Sedangkan pada periode Madinah setelah hijrahnya, Nabi Muhammad Saw
melakukan pembinaan di bidang muamalah serta sosial politik lainya sehingga
lahirlah yang namanya Piagam Madinah. Bertitik tolak dari periode Madinah
inilah pendidikan Islam akhirnya berkembang sangat pesat hingga era dekade
sekarang ini. Bahkan tercatat dalam sejarah pendidikan Islam kontemporer bahwa
jumlah Madrasah lebih banyak di Madinah dari pada di Makkah. Pendidikan Islam
pada masa Rasulullah Saw, terdiri dari: periode Makkah dan periode Madinah.
C.
Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah di kota
Makaah
Nabi Muhammad Saw menerima wahyu yang
pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M. dalam wahyu itu termaktub ayat
Alquran yakni surah al Alaq ayat 1-5. Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua
termaktub ayat Alquran Surah Al Muatsir ayat 1-7. Dengan turunnya wahyu itu
Nabi Muhammad Saw telah diberi tugas oleh Allah Swt., untuk memberi peringatan
dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik
dan mengajarkan Islam. Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu- wahyu yang
lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib
kerabatnya dan teman sejawatnya dengan cara sembunyi-sembunyi.
Lembaga pendidikan, setelah banyak orang
memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat
pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Sehingga rumah (dar) adalah
lembaga pendidikan pertama dalam sejarah Islam.[4]
Di tempat itulah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam
kepada sahabat-sahabatnya. Di rumah itu juga dibacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat)
Alquran kepada para pengikut-nya.[5]
.Rumah itu juga dijadikan sebagai tempat untuk menerima tamu dan orang- orang
yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabat-
nya[6].Lalu
turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada
seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas
itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi
dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik
sahabat- sahabatnya dengan pendidikan Islam. Materi Pendidikan, dalam masa
pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad Saw Mengajar kan
Alquran dan sunnah. Karena Alquran dan sunnah Nabi merupakan inti sari dan
sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhammad Saw, menanamkan nilai-
nilai tauhid kepada umatnya.[7]
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam pada masa
Makkah meliputi:
1. Pendidikan Keagamaan
yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2. Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
yaitu mempelajari kejadian manusia dari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3. Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan
kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
yaitu mementingkan kebersihan pakaian,
badan dan tempat kediaman.[8]
D.
Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Periode Madinah merupakan tonggak pertama
kekuatan politik Islam. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja
sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara yang sangat dihormati
dan disegani tidak hanya oleh sesama muslim bahkan orang non Kebijakan
Rasulullah Saw Dalam Bidang Pendidikan, untuk melaksanakan fungsi utamanya
sebagai pendidik, Rasulullah Saw telah melakukan serangkaian kebijakan yang
amat strategis serta sesuai dengan situasi dan kondisi. Proses pendidikan pada
zaman Rasulullah berada di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Hal yang demikian belum di mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammmad
belum berperan sebagai pemimipin atau
kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam bayang-bayang
ancaman pembunuhan dari kaum kafir quraisy. Selama di Makkah pendidikan
berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi- sembunyi. Di antaranya yang
terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijak dilakukan Nabi Muhammad Saw
pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk menampakkan keIsla
mannya dalam berbagai hal, tidak menemui mereka kecuali dengan cara sembunyi-
sembunyi dalam mendidik mereka. Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah
barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka secara umum.
Kebijakan yang telah dilakukan Nabi
Muhammmad ketika di Madinah adalah membangun masjid di Madinah. Masjid inilah
yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah. Dalam
Shorter Encyclopedia of Islam dijelaskan bahwa masjid digunakan sebagai tempat
berkumpul bersama-sama shalat berjamaah yang diimami oleh Rasulullah, juga
beliau memecahkan segala macam persoalan yang didasarkan kepada undang- undang
yang teratur. Dari masjidlah Rasulullah Saw mengadakan pengawasan agama dan
siasat masyarakat yang dipimpin- nya. [9].Mempersatukan
berbagai potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan.
Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah.
Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang,
harmonis dan damai.[10]
E.
Lembaga
Pendidikan Islam Masa Rasulullah yang bersifat Fisik meliputi :
Lembaga lembaga tempat pembinaan dan
pembelajaran materi pendidikan agama Islam di Madinah, secara kelembagaan yang
bersifat fisik pada periode madinah ini tercatat dalam sejarah lembaga-lembaga
pendidikan agama Islam sebagai berikut:
1. Lembaga
Pendidikan Dar al Arqam,
Dar
adalah lembaga pendidikan pertama dalam sejarah Islam.[11]
Di sinilah tempat pertama yang tercatat dalam sejarah pendidikan Islam
terjadinya nuansa pembelajaran materi agama Islam. Nabi mengajarkan dasar-dasar
atau pokok- pokok agama Islam kepada sahabat- sahabatnya. Di rumah itu juga
dibacakan dan dihafalkan serta dijelaskan makna dari wahyu-wahyu (ayat-ayat)
Alquran dari Rasulullah secara langsung kepada para sahabat dan pengikut-
pengikutnya.[12]
Dar al Arqam dijadikan pula sebagai tempat untuk menerima tamu dan orang- orang
yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabat nya.[13]
.Lalu turunlah wahyu menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama Islam kepada
seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas
itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi
dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran Islam dan mendidik sahabat-sahabatnya
dengan pendidikan Islam.
2. Lembaga
Pendidikan Shuffah,
Pada
masa Rasulullah Saw shuffah adalah suatu tempat yang khusus digunakan untuk
kegiatan proses pendidikan agama Islam.[14] Umumnya tempat ini diperuntukan bagi mereka
yang tergolong hidup dalam kebersahajaan. Di tempat ini para sahabat atau
santri Rasulullah Saw diajarkan membaca dan menghafal Alquran dan hukum Islam
yang langsung dibawah bimbingan Rasulullah Saw. Pada masa itu setidaknya ada
sembilan shuffah yang tersebar di kota Madinah. Salah satunya yang paling
terkenal adalah berlokasi disamping masjid Nabawi. Rasulullah saw mengangkat
Ubaid ibn Al-Shamit sebagai guru pada lem- baga shuffah di Madinah.[15]
3. Lembaga
Pendidikan Masjid,
Semenjak
berdirinya di zaman Nabi Saw masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi
, berbagai masalah kaum Muslimin. Kegiatan tersebut baik yang menyangkut
aktifitas pendidikan maupun sosial politik dan ekonomi. Namun, yang lebih
penting adalah masjid sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan
masjid pada awal perkembangannya digunakan sebagai sarana pendidikan dalam
doktrinasi ajaran agama Islam.
Masjid yang pertama kali dibangun oleh
Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah
barata daya Madinah. Masjid Quba diba- ngun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama hijrah (20 September 622 M). Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah,
pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah
dan menyampaikan dakwah Islam. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW
dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara
gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Nabi Muham- mad Saw dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat
dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar
bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib.
Mengenai
fungsi atau peranan sarana masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai
berikut:
1) Masjid
sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2) Masjid
merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih,
salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
3) Masjid
merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada
Al-Qur;an dan Hadis.
4) Masjid
sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama Muslim
(ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5) Menjadikan
masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan zakat,
infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama
para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6) Menjadikan
halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat pengobatan para penderita
sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan
orang-orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada
masa Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah” Rasulullah SAW menjadikan masjid
sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabat- nya. Masalah-masalah yang
dimusywarahkan antara lain: Usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan strategi
peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.
F.
Lembaga
Pendidikan Islam Masa Rasulullah yang bersifat Non Fisik meliputi :
1. Tujuan
Pendidikan Islam Masa Rasulullah .
Yaitu
pendidikan sosial dan politik yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid
di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai
oleh ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Tujuan
pendidikan Islam pada periode Madinah yang banyak dikemukakan pada buku-buku
sejarah sering memisahkan antara periode Makkah dan periode Madinah oleh karena
itu pendapat yang dikemukakan oleh Abudin Nata merupakan sebuah fakta yang
harus dihargai, meskipun di Madinah memang titik tekan tujuan pendidikan pada
bidang mu’amalah baik yang menyangkut intern dan ekstern umat Islam serta
kehidupan sosial politik dalam dan luar madinah namun aspek ketauhidan dan
peribadatan tetap menjadi tujuan utama dan pertama sebagaimna yang dilakukan
oleh Rasulullah Saw di Makkah seperti yang terjadi pada awal-awal penyiaran dan
pembelajaran ajaran agama Islam.
2. Materi
Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Secara umum pada periode Madinah adalah
sebagai berikut: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu
kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).Dasar-dasar
tersebut adalah:
Pertama : Nabi
Muhammad saw mengikis habis sisa- sisa permusuhan dan pertentangan antar suku,
dengan jalan mengikat tali persaudara- an di antara mereka. Nabi mempersaudara-
kan dua-dua orang, mula-mula di antara sesama Muhajirin, kemudian diantara
Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah
persatuan kaum muslimin.
Kedua :Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
Ketiga :Untuk menjalin kerjasama dan saling
menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyara- kat yang adil dan
makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendi- dikan bagi
warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
Keempat : Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah adalah disyari’atkan nya media komunikasi berdasarkan wahyu,
yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan
sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara
langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad Saw dan shalat jama’ah jum’at. Rasa
harga diri dan kebanggaan sosi- al tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi
Muhammad Saw mendapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat
dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa
sebagai umat yang memiliki identitas. Setelah selesai Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan
perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu
ditegaskan bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong-menolong,
bantu- membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka
harus memperhatikan negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum
Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya.
Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
Saw.
Adapun materi pendidikan yang diterapkan
Rasulullah meliputi :
1) Pendidikan
sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan
Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi
Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
2) Materi
ibadah puasa turun pada tahun ke 2 hijriah sementara ibadah haji diperintahkan
pada tahun keenam hijriah.
3) Pendidikan
keluarga,
Perspektif pendidikan Islam, anak
merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan
generasi muda muslim yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh
penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Alquran
berkaitan dengan itu. Di antara peringatan-peringatan tersebut antara lain:
Pada
surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota
keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka),
Pada
surat An- Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan
dalam keadaan lemah dan tidak berdaya mengha- dapi tantangan hidup
Pada
surat Al- Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan
kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah
SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Pendidikan anak dalam Islam yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT
dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
Pendidikan
Tauhid,Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat,Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga,Pendidikan
kepribadian,Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.
3. Metode/Strategi
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Metode pendidikan Islam dalam proses
pembelajaran penyampain materi agama Islam di lembaga shuffah yakni dengan metode
Istima’ dan Tahfizh yakni untuk
materi Alquran sedangkan muhadharah
dan mudzakarah untuk penyampaian
materi bidang muamalah, sosial dan politik yang dilakukan dilembaga. pendidikan
pada Dar Abi Arqam dan Masjid.
Metode yang dikembangkan oleh Nabi lainya
adalah:
1) Dalam
bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di
dukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah yang dikuatkan pula oleh
mu’jizat Rasulullah Saw
2) Materi
ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah didikuti
masyarakat.
3) Bidang
Mu’amalah dilakukan dengan metode, ceramah, tanya jawab dan uswah,
4) Bidang
akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode Uswah. Nabi tampil dalam kehidupan
sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan yakni satunya dalam ucapan
dengan perbuatan.[16]
Secara lebih umum
metode dan strategi pendidikan Islam pada periode Madinah ini yang dianggap
spektakuler berhasil membentuk masyarakat madani sebagai berikut:
1) Mengetahui
medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2) Melalui
perencanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3) Bertahap,
diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka
(marhalah alaniy- yah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian
masyarakat secara umum.
4) Melalui
cara dan strategi hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk
menguasai suasana yang lebih positif.
5) Melalui
syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat
berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6) Melalui
musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan
Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7) Melalui
cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8) Melalui
nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9) Menggunakan
bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri
uqulihim).
10) Melalui
surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu,
seperti pada Heraklius.
11) Melalui
uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan
motivasi (tarhib wa targhib).
12) Melalui
Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para
pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Begitu pula isi
hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin
membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut.
ketika ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong
untuk membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan
senyumnya. Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak
dibunuhnya tersebut. Ia yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan
luar biasa. Tumbuh simpatinya dan kebencian- nya mulai surut. Hatinya
benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan tangan kanan tepat di dadanya.
Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini benar-benar mengharu
biru perasaan Fadhalah. Kedengkian dan kebenciaan berubah menjadi kecintaan
yang mendalam. [17]
4. Sistem
Evaluasi Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk
melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi
Muhammad saw juga mengevaluasi sahabat- sahabatnya. Dengan mengevaluasi
sahabat- sahabatnya, Rasulullah saw dapat mengetahui kemampuan para sahabat
dalam memahami ajaran agama dan menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah sering
mengevaluasi hafalan para sahabat dengan menyuruh para sahabat membacakan
ayat-ayat Alquran di hadapannya dengan membetulakan hafaan dan bacaan mereka
yang keliru. Selain itu, Nabi
Muhammad saw menggunakan sistem pengukuran, namun tidak menggunakan sistem
laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Nabi Muhammad saw melakukan pengukuran terhadap
perilaku manusia dengan tanda tanda orang beriman ialah mencintai orang lain
sesama mukmin, seperti mencintai dirinya sendiri. Ketika menyaksikan
perbuatan munkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau
dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.. Di
samping itu menguji pemahaman sahabat tentang ajaran agama, Rasulullah juga
dievaluasi oleh Allah melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan
Malaikat Jibril kepada Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu
majelis. Malaikat Jibril menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu
dibenarkan oleh Malaikat Jibril. Jika dilihat
dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom, maka jelaslah bahwa pcychological domains
yang dijadikan yang dijadikan sasaran evaluasi Nabi sebagai pelaksana
pemerintah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih
menitikberatkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan ajaran-
Nya, dimana faktor psikomotorik menjadi tenaga penggeraknya. Di samping itu
faktor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya (konatif psikomotorik).
5.
Adapun sistem
pengukuran (measurement) yang digunakan Nabi sendiri tidak menggunakan sistem
laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun
prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem measurement juga terdapat dalam
hadis Nabi. Nabi SAW melakukan pengukuran terhadap perilaku manusia dengan
tanda-tanda seseorang yang beriman ialah mencintai orang lain sesama Mukmin, seperti
mencintai dirinya sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha
mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang
terakhir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman.Ukuran orang munafik ada tiga:
Bila bicara pasti berdusta; Bila bejanji ia mengingkari. Jika diberi amanat ia
khianat. Ukuran orang kafir, antara lain ;tidak mensyukuri nikmat Allah,
mencaci maki keturunan dan meratapi mayat, dan sebagaimnya. Jadi, sistem
pengukuran Nabi terhadap perilaku manusia bukan secara kuantitatif (dengan
angka), akan tetapi dengan kualitatif.
Berdasarkan
tinjauan historis di atas, menurut hemat penulis pendidikan yang diterapkan
Rasulullah SAW, merupakan pendidikan pendidikan yang telah berhasil dalam
mencapai tujuan utamanya. Terbukti dengan munculnya para sahabat yang ahli
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karena itu, sistem pendidikan yang
diterapkan Rasulullah menurut hemat penulis, banyak yang masih relevan
diterapkan pada era modern sekarang ini. Misalnya, konfigurasi duduk para siswa
dalam sistem halaqah, sistem evaluasi, metode pengajaran sebagaimana telah
dijelaskan di atas.
6. Lingkungan
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Lahirlah suatu peristiwa yang monumental
dan sangat penting sebagai cermin lingkungan bagi kehidupan beragama dan
bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya suatu naskah perjanjian
dan kerjasama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah (nonmuslim), yang
kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah Di Madinah itulah Rasulullah
saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan kenegaraan. Fungsi
Rasulullah Saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan pembangun
masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah
pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota
masyarakat yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong
menolong, dihiasi persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat.
Gambaran masyarakat seperti itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat
madani. Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan
diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan
manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika
itu adalah kedamaian dan kasih sayang. Masyarakat model seperti ini tampil di
tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau Madinah, yang banyak
disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level masyarakat Arab
yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang diperlihatkan
masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah memiliki
akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh
kepemimpinan yang penuh wibawa.
7. Kurikulum
Pendidikan Islam Masa Rasulullah .
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah
terasa sulit, sebab Rasulullah saw mengajar pada sekolah kehidupan yang luas
tanpa dibatasi tempat ruang dan waktu. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan
yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan Rasulullah menyampaikan ajarannya di
mana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Upaya pendidikan
yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini
Nabi memberikan pendidikan Islam. Sebagai lembaga pendidikan Islam kedua,
setelah Dar al-Arqam, masjid merupakan lembaga pendidikan utama pada permulaan
bimbingan Islam, yaitu masa Rasulullah dan Khulafa al- Rasyidin.[18]
Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak,
ibadah, mu’amalah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan atau
sosial dan bahkan politik pemerintahan yang dikendalikan langsung oleh
Rasulullah Saw Jika dicermati maka pendekatan kurikulum yang digunakan adalah
Teacher Center. Kondisi seperti ini memang didukung oleh situasi dan kondisi
umat Islam yang masih lemah baik dari segi akidah, muamalah dan sosial politik.
Oleh karena itu Rasulullah sebagai figur utama sebagai pendidik karena pada
waktu itu proses penurunan wahyu menjadi pendukung sentralistik peran beliau
sebagai pendidik utama dan pertama. Demikian pula dalam hal evaluasi, metode
dan strategi semuanya dikendalikan oleh Rasulullah saw.
G.
Kesimpulan
Sistem dan lembaga pendidikan Islam pada masa
periode Madinah berawal dari periode Makkah. Sistem dan lembaga pendidikan
Islam periode Madinah yang dimaksud baik dalam konsep fisik dan non fisik.
Sistem kelembagaan yang bersifat fisik terdiri dari adanya lembaga pendidikan
Dar al Arqam, shufiah dan Masjid. Sistem kelembagaan yang berisi non fisik
terdiri dari kebijakan pendidikan Islam, tujuan, materi, metode/strategi,
sarana/media, sistem evaluasi, lingkungan pendidikan serta kurikulum pendidikan
Islam. Kebijakan pendidikan yang dilakukan Rasulullah saw pada masa periode
Madinah yakni: Membangun masjid di Madinah. Mempersatukan berbagai potensi yang
semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam
dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Pokok pembinaan pendidikan
Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik
yang disinari nilai-nilai tauhid.
Tujuan pendidikan
Islam pada periode Madinah: Tujuan pendidikan Islam pada periode Madinah
bertolak dari tujuan periode makkah yaitu: pendidikan tauhid, titik beratnya
adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar
jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian secara khusus Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik.
Materi Pendidikan periode Madinah secara
spesifik: Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan
sosial dan politik. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Metode/strategi
periode madinah metode Istima’ dan Tahfizh untuk materi Alquran sedangkan
muhadharah dan mudzakarah untuk penyampaian materi bidang muamalah, sosial dan
politik. Disamping itu dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan
penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti- bukti yang rasional dan
ilmiah yang dikuatkan pula oleh mu’jizat Rasulullah Saw
Materi ibadah:
Disampaikan dengan metode demonstrasi dan uswah sehingga mudah diikuti
masyarakat. Bidang akhlak: Nabi menitik beratkan pada metode Uswah.
Sarana/media
pembelajaran hanya tertuju pada media sentra Masjid. Sementara Evaluasi
dilakukan dalam bentuk mengevaluasi hafalan para sabahat dengan cara menyuruh
para sahabat membacakan ayat-ayat Alquran dihadapannya dengan membetulkan
hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Rasulullah juga dievaluasi oleh Allah
melalui malaikat Jibril. Sebagaimana kisah kedatangan Malaikat Jibril kepada
Nabi SAW ketika beliau sedang mengajar sahabat di suatu majelis. Malaikat Jibril
menguji Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau
tentang rukun Islam dan jawaban Nabi selalu dibenarkan oleh Malaikat Jibri.
Lingkungan
pendidikan Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan
diri sebagai masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan
manusia. Karakter yang paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam
ketika itu adalah kedamai- an dan kasih sayang.
Kurikulum
pendidikan Islam periode Madinah menggunakan pendekatan Teacher Sentris.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul ‘Ali,
Hasan,. At-Tarbiyah al-Islamiyah Fi al-Qurni al-Rabi al-Hijry, Mesir: Darul
Fikri, 1977
Ali, Daud, M. dan
Daud, Habibah, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Al Husna. 2008
Ahmad, Sjalaby,
Sedjarah Pendidikan Islam, alih bahasa Mukhtar Jahja dan Sanusi Latief,
Djakarta: Bulan Bintang. 1973.
Athiyah
al-Abrasyi, Muhammad,. Dasar-dasar pokok Pendidikan, alih bahasa Bustami A.
Ghani dan Djohan Bahri, Jakarta: Bulan Bintang1970.
Arief, Armai.
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung:
Penerbit Angkasa. , 2005
Basir, Abd,
“Lembaga Pendidikan Masjid Periodse Klasik: Telaah Eksistensi Masjid Sebagai
Pusat Transmini Ilmu Pengetahuan Islam:, Tesis, Yogyakarta. 2000.
Gibb, H.A.R.,
1953. Shorter Enceyclopaedia of Islam, Leiden. Langgulung, Hasan,. Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna. 1988
Nata,
Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif Hadits, Ciputat, UIN Jakarta Press, 2005.
--------------, (terj) Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Pertengahan,
Canada:Montreal, 2000. --------------, Sejarah Pendidikan Islam Pada Peride
Klasik dan Pertengahan, Jakarta: Rajawali Pers, 2004.
Nizar, Samsul,.
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana. 2008
Ramayulis,. Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2007
Ramayulis. Ilmu Pendidikan
Islam. Cet. ke-9.
Jakarta:
Kalam
Mulia, 2011
Ryan,
Dg,. Sistem Analysis in Education Planning, London: Rontledge dan Kegan Paul. 1982
Surawardi, SistemKelembagan Pendidikan Islam Periode Madinah,
(Jurnal: Management of Education, Volume 1, Issue 2, ISSN
977-2442404),100
No comments:
Post a Comment