A.
Soal
1. Negara El Savador pernah menjadi negara yang kacau balau akibat
begitu besar kejahatan yang dilakukan
gangster. Gejahatan merupakan
masalah mental yang komplek. Dalam 3 video yang saya kirim keduanya
menggambarkan keberadaan gang tersebut.
Tugas ;
a. Coba gambarkan karakteristik para anggota gangster, baik secara fisik, mental
maupun sosial.
b. Bagaimanakah dampak psikologis masyarakat terhadap
keberadaan gangster
c. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka
menjadi gangster.
d. Bagaimanakah cara menangani gangster tersebut yang
dilakukan pemerintah Venezuela.El Savador
2. Salah satu institusi penting dalam pekerjaan sosial
adalah keluarga, karena sumber kesejahteraan sosial adalah keluarga.
Tugas:
Bagi yang sudah
berkeluarga; coba ceritakan secara multi perspektif
(psikologi-sosial, spiritual) bagaimana menjalankan fungsi keluarga ( 1.
sosialisasi, 2. Afeksi, 3. proteksi)
agar kehidupan mental dan
sosial anak-anak saudara bisa tumbuh kembang secara sehat sehingga
tidak akan mengalami perilaku menyimpang atau gangguan kejiwaan.
Bagi yang belum berkeluarga; coba ceritakan secara multi perspektif (psikologi-sosial, spiritual) bagaimana orang tua saudara dalam menjalankan fungsi keluarga (1. . sosialisasi, 2. Afeksi, 3. proteksi) agar kehidupan mental dan sosial anak-anak nya bisa tumbuh kembang secara sehat sehingga tidak akan mengalami perilaku menyimpang atau gangguan kejiwaan
*Selamat Mengerjakan, Sukses Selalu*
JAWABAN
1.
Fenomena Kejahatan Gangster di El Salvador
Negara El Salvador pernah mengalami krisis
sosial dan keamanan akibat dominasi kelompok gangster (maras). Fenomena ini
tidak dapat dipahami semata-mata sebagai perilaku kriminal individu, melainkan
sebagai masalah sosial yang berakar pada kondisi psikologis, keluarga, lingkungan
sosial, serta kegagalan struktural negara.
a.
Karakteristik Anggota Gangster
Secara fisik, anggota gangster umumnya memiliki ciri khas berupa tato
simbol kelompok, penampilan intimidatif, dan gaya hidup yang dekat dengan
kekerasan. Identitas fisik ini berfungsi sebagai simbol keanggotaan sekaligus
alat kontrol sosial.
Secara psikologis, anggota
gang cenderung memiliki tingkat agresivitas tinggi, empati rendah, dan kontrol
diri yang lemah. Banyak dari mereka memiliki riwayat trauma masa kecil,
kekerasan dalam keluarga, serta pengabaian emosional. Dalam perspektif
psikologi, kondisi ini menunjukkan kegagalan perkembangan kepribadian yang
sehat.
Secara sosial, gang berperan
sebagai “keluarga alternatif” yang menyediakan rasa memiliki, perlindungan, dan
identitas sosial bagi individu yang tidak mendapatkannya dari keluarga inti
maupun masyarakat.
b.
Dampak Psikologis Masyarakat terhadap Keberadaan
Gangster
Keberadaan gangster berdampak signifikan terhadap kondisi psikologis
masyarakat, antara lain munculnya rasa takut kolektif, kecemasan sosial, dan
trauma berkepanjangan. Masyarakat hidup dalam kondisi tidak aman, sehingga
terjadi penurunan rasa percaya terhadap hukum dan institusi negara.
Dalam perspektif psikologi
sosial, kondisi ini dapat memunculkan learned helplessness, yaitu sikap
pasrah dan ketidakberdayaan masyarakat karena merasa tidak mampu melawan
kekerasan yang terus berlangsung. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan ini
berisiko menganggap kekerasan sebagai hal yang normal.
c.
Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Gangster
Fenomena keterlibatan individu dalam gangster dapat dijelaskan melalui
beberapa pendekatan teori:
1.
Teori Disorganisasi Sosial
Lingkungan miskin, padat, dan tidak
terorganisasi dengan baik mendorong munculnya perilaku menyimpang.
2.
Teori Diferensiasi Asosiasi
Perilaku kriminal dipelajari melalui interaksi
intensif dengan kelompok sebaya yang menyimpang.
3.
Teori Kontrol Sosial
Lemahnya ikatan individu dengan keluarga,
sekolah, dan masyarakat meningkatkan kecenderungan penyimpangan.
4.
Faktor Psikologis dan Keluarga
Kurangnya kasih sayang, pola asuh keras, serta
trauma masa kecil mendorong individu mencari pengakuan dan perlindungan melalui
kelompok gang.
5.
Faktor Struktural
Kemiskinan, pengangguran, dan lemahnya peran
negara memperkuat siklus kriminalitas.
d.
Cara Pemerintah Menangani Gangster
Pemerintah El Salvador menerapkan pendekatan represif melalui
penangkapan massal, pengetatan hukum, dan pembangunan penjara berkeamanan
tinggi. Pendekatan ini terbukti menurunkan angka kejahatan dalam jangka pendek.
Sementara itu, Venezuela
mencoba mengombinasikan operasi keamanan dengan pengendalian wilayah, meskipun
menghadapi kendala ekonomi dan politik.
Dalam perspektif sosiologi
kritis, kebijakan represif perlu diimbangi dengan pendekatan preventif seperti
rehabilitasi sosial, pendidikan, dan penguatan keluarga agar masalah tidak
berulang.
2.
Keluarga sebagai Institusi Penting dalam
Pekerjaan Sosial
Keluarga merupakan institusi sosial pertama dan
utama dalam pembentukan kepribadian, kesehatan mental, dan perilaku sosial
individu.
A. Bagi yang
Sudah Berkeluarga
Fungsi
sosialisasi dijalankan melalui penanaman nilai, norma, dan perilaku sosial yang
baik.
Fungsi
afeksi diwujudkan melalui kasih sayang, perhatian, dan komunikasi yang sehat,
sehingga anak memiliki rasa aman emosional.
Fungsi
proteksi dilakukan dengan melindungi anak dari pengaruh negatif lingkungan
melalui pengawasan dan pendampingan.
Dari
perspektif spiritual, keluarga berperan menanamkan nilai keagamaan sebagai
pengendali internal perilaku anak.
B. Bagi yang
Belum Berkeluarga
Orang tua
dan saudara memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi keluarga.
Sosialisasi dilakukan melalui keteladanan, afeksi melalui kehangatan emosional,
dan proteksi melalui penciptaan lingkungan rumah yang aman dan mendukung.
Keluarga
yang berfungsi dengan baik akan membantu anak tumbuh sehat secara mental dan
sosial, sehingga terhindar dari perilaku menyimpang dan gangguan kejiwaan.
Kesimpulan
Fenomena
gangster merupakan hasil interaksi antara faktor psikologis, keluarga,
lingkungan sosial, dan struktur masyarakat. Pencegahan perilaku menyimpang
harus dimulai dari penguatan fungsi keluarga sebagai institusi kesejahteraan
sosial utama, didukung oleh kebijakan negara yang berkeadilan dan berpihak pada
pembangunan manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
- Gunarsa,
S. D. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
- Hurlock,
E. B. (2011). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
- Kartono,
Kartini. (2014). Patologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
- Narwoko,
J. D., & Suyanto, B. (2017). Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana.
- Santrock,
J. W. (2012). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.
- Soekanto,
Soerjono. (2015). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
- Sunarto.
(2018). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
- Walgito,
Bimo. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
No comments:
Post a Comment