Di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat, pertanyaan mendasar bagi setiap organisasi adalah: siapa yang akan melanjutkan perjuangan ini setelah kita? Pertanyaan tersebut tidak sekadar retoris, tetapi menjadi panggilan penting untuk melakukan proses kaderisasi secara serius dan berkelanjutan.
Kaderisasi Bukan Sekadar Formalitas
Dalam banyak organisasi, kaderisasi kerap dipahami sebagai sebuah tahapan administratif ikut pelatihan, hadir di forum, lalu selesai. Padahal, hakikat kaderisasi jauh lebih dalam: proses pembentukan manusia. Seorang kader bukan hanya diukur dari seberapa sering ia hadir, tetapi seberapa kuat ia memahami nilai, menjaga komitmen, dan membawa semangat perubahan.
Sebagaimana disampaikan oleh almarhum Buya Syafi’i Ma’arif:
"Membangun kader adalah membangun peradaban. Jika ingin organisasi besar dan tahan lama, tanamkan kader yang kokoh dalam akidah dan cerdas dalam berpikir."
Mengapa Kaderisasi Begitu Penting?
1. Menyiapkan Pemimpin Masa Depan
Setiap generasi memiliki tugas sejarahnya masing-masing. Kaderisasi menjadi media untuk menyiapkan generasi penerus yang tidak hanya mewarisi posisi, tetapi juga nilai dan visi. Tanpa kaderisasi, organisasi bisa kehilangan arah dan kehilangan jiwa.
2. Menjaga Keutuhan dan Ideologi Organisasi
Organisasi besar bukan hanya kuat secara struktur, tetapi juga kokoh dalam ideologi. Kaderisasi berfungsi menanamkan nilai, memperkuat pemahaman ideologis, dan mencegah penyimpangan. Ini sangat penting, terutama dalam organisasi seperti Muhammadiyah yang punya akar ideologis kuat dan sejarah perjuangan panjang.
3. Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Kaderisasi adalah ruang pembinaan dan pengembangan. Anak muda tidak hanya diajak menjadi pengikut, tapi didorong menjadi pelopor. Mereka diasah kemampuannya, ditumbuhkan kepercayaan dirinya, dan didampingi hingga siap menjadi pemimpin yang bertanggung jawab.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."
(HR. Ahmad, Thabrani)
Kaderisasi mengarah ke tujuan ini: membentuk manusia yang bermanfaat.
4. Mewujudkan Regenerasi yang Berkelanjutan
Tanpa kaderisasi, organisasi akan mengalami stagnasi. Yang tua tetap bertahan, yang muda merasa tak diberi ruang. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mematikan gairah perjuangan. Kaderisasi yang baik memastikan transisi generasi berjalan mulus, sehat, dan saling menghormati.
5. Menjawab Tantangan Zaman
Zaman terus berubah. Dunia digital, globalisasi, bahkan krisis moral mengintai generasi muda. Organisasi yang cerdas memanfaatkan kaderisasi sebagai alat untuk membekali generasi muda menghadapi tantangan tersebut. Bukan hanya lewat teori, tetapi melalui pendampingan yang membentuk karakter, spiritualitas, dan kepemimpinan.
Konteks Lokal: Kaderisasi di Kecamatan Semampir, Surabaya
Di Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, semangat kaderisasi terus tumbuh. Berbagai organisasi kepemudaan dan keagamaan, termasuk Gerakan Pemuda Muhammadiyah, aktif dalam menghidupkan pengkaderan. Mereka menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan, diskusi ideologi, hingga aksi sosial yang membentuk karakter tangguh.
Kaderisasi bukan sekadar menyiapkan pengurus organisasi, tapi juga membangun agen perubahan sosial di lingkungan masing-masing. Di tengah tantangan sosial seperti kenakalan remaja, pengangguran, dan degradasi moral, kehadiran kader muda yang tangguh menjadi harapan baru bagi wilayah ini.
Bukan Siapa yang Tua, Tapi Siapa yang Siap
Sering kali, usia dijadikan patokan untuk kepemimpinan. Padahal, dalam sejarah, banyak pemimpin besar lahir dari usia muda karena melalui proses kaderisasi yang kuat. Kaderisasi membentuk kesiapan, bukan hanya kedewasaan angka.
Muhammadiyah, sejak awal berdirinya, percaya bahwa kader muda memiliki peran penting. Lihatlah KH Ahmad Dahlan yang memulai gerakan pembaruan Islam saat usianya masih muda. Lihat pula para tokoh Pemuda Muhammadiyah yang membela keadilan di tengah zaman gelap. Semua itu lahir dari proses kaderisasi.
Penutup: Menjadi Bagian dari Perubahan
Kaderisasi bukan tanggung jawab segelintir orang. Ia adalah urusan bersama. Organisasi perlu menciptakan ruang; kader muda perlu mengambil peluang. Sebab masa depan organisasi, bangsa, bahkan umat, bergantung pada siapa yang disiapkan hari ini.
Sebagaimana pesan dari KH AR Fachruddin:
“Jangan merasa cukup menjadi pengikut, jadilah penerus perjuangan.”
📚 Referensi:
-
Syafi’i Ma’arif. Islam dan Masalah Kenegaraan. Yogyakarta: LKiS, 2001.
-
Ahmad Najib Burhani. Islam Nusantara vs Muhammadiyah. Kompas, 2016.
-
Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Pedoman Perkaderan Muhammadiyah, 2020.
-
HR. Ahmad dan Thabrani – Hadis tentang manfaat bagi orang lain.
No comments:
Post a Comment