Setelah khilafah Abbasiyah di baghdad runtuh akibat serangan – serangan tentara mongol, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik – cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat – pusat kekuasaan islam yang lain.
Keadaan politik umat islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar. Usmani di turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, disamping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
A. KERAJAAN USMANI
Pendiri kerajaan Usmani ini adalah bangsa Turki dari kabilah oghuz yang mendalami daerah mongol dan daerah utara negeri cina. Bangsa Turki masuk Islam sekitar pada abad kesembilan atau kesepuluh. Ketika mereka (Bangsa Turki) menetap di Asia Tengah. Di bawa tekanan serangan – serangan mongol pada abad ke 13 M, mereka (Bangsa Turki) melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah – tengah saudara – saudara mereka, orang Turki Seljuk, di dataran tinggi asia kecil. Di sana di bawa pimpinan Ertoghrul, mereka (Bangsa Turki) mengabdikan diri mereka kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan Bangsa Turki Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai Ibu Kota.
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Maka kepemimpinannya digantikan oleh putranya, yaitu Usman. Putra Ertoghrul inilah yang di anggap sebagai pendidri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M sampai 1326 M. Sebagai mana Ayahnya, ia banyak berjasa pada Sultan Alauddin II, dengan keberhasilannya menduduki benteng – benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan akhirnya Sultan Alauddi terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum terpecah belah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak saat itulah kerajaan Ustmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Ustman yang sering disebut juga Ustman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai padisyah Usman (raja besar keluarga Ustman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kejaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H –761 H / 1326 – 1359) kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir (Smirna) pada tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Ustmani.
Ketika Murad I perngganti Orkhan, berkuasa (761 – 789/1359 – 1389), selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru. Karena merasa cemas terhadap kemajuan yang di lakukan kerajaan Ustmani di kawasan Eropa, maka, Paus mengobarkan semangat perang. Pada akhirnya sejumlah besar tentara sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Ustmani, yang dipimpin oleh Sijisman, Raja Hongaria. Namun, Sultan Bayazid I (1389 – 1403), pengganti Murad I, dapat menaklukkan pasukan sekutu keristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan sejarah yang sangat gemilang bagi umat Islam.
Pada tahun 1402 M, tentara mongol melakukan penyerangan ke Asia kecil, yang menyebabkan tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid dan putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid I di ankara itu mengakibatkan buruk bagi Turki Ustmani. Penguasa – penguasa Seljuk di Asia kecil melepaskan diri dari Turki Ustmani. Wilayah – wilayah Serbia dan Bulgaria juga memploklamirkan kemerdekaan. Kemudian putra – putra Bayazid saling berebut kekusasaan. Suasana buruk ini berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403 – 1421), dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan, seperti sediakala.
Tahun 1405 Timur Lenk meninggal dunia. Kesultanan Mongol dan di bagi – bagi kepada putra – putranya yang satu samalain saling berselisih. Kondisi seperti ini akhirnya di manfaatkan oleh Penguasa Turki Ustmani (Sultan Muhammad I), untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Pada saat seperti ini juga terjadi perselisihan antara putra – putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman), setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara – saudaranya. Usaha muhammad yang pertama kali adalah perbaikan dan meletakkan dasar – dasar keamanan dalam negeri. Usahanya di teruskan oleh Murad II (1421 – 1451 M), sehingga Turki Ustmani mencapai puncak kemajuan pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al – Fatih (1451 – 1484).
Pada tahun 1453 M, Sultan Muhammad Al – Fatih dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel. Konstantinopel ini benteng pertahanan kerajaan Bizantium, karna sudah ditaklukkan, maka, dengan mudahnya Turki Ustmani mengekspansi ke benua Eropa. Ketika Sultan Salim I (1512 -- 1520), naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan dinasti Mamalik di Mesir. Usahanya dikembangkan oleh Sultan Salim Al – Qanuni (1520 – 1566 M.), ia mengekspansinya ke wilayah yang berada di sekitar Turki Ustmani. Kemudian ia berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Paul Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian luasnya wilayah Turki Ustmani pada masa Sultan Salim Al – Qanuni mencangkup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Yugoslavia, Albania, Hongaria, Rumania di Eropa.
Kemajua dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Ustmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan – kemajuan dalam bidang – bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting ialah :
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintaha
para pemimpin kerajaan Ustmani pada masa – masa awal adalah orang – orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat. Faktor kemajuan kerajaan Ustmani mencapai masa keemasannya bukan karena unggul dalam hal politik pemimpinnya, melainkan banyak faktor tetapi yang terpenting ialah karena keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapanpun dan dimanapun.
Kekuatan militer yang sudah besar terorganisasi dengan baik dan teratur ketikan kontak senjata dengan Eropa. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategis tempur militer Ustmani berlangsung tanpa halangan. Namun kesadaran prajuritnya menurun. Mreka merasa dirinya sebagai pemimpin – pemimpin yang berhak menerima gaji. Tetapi keadaan itu bisa di atasi oleh Orkhan dengan cara perombakan besar dalam tubuh militer.
Setelah perombakan yang dilakukan Orkhan dalam bentuk mutasi personel – personel pemimpin dan perombakan dalam anggota, bahkan anak – anak kristen yang masih kecil diasramakan dan di bimbing dalam suasana islami untuk dijadikan prajurid. Sehingga memunculkan kelompok militer baru yang di sebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah paling kuat dalam menaklukkan neraga – negara non – Muslim.
Disamping Jenissari ada juga kelompok militer Thaujiah dari kaum feodal yang di kirim kepada pemerintah pusat. Angkatan laut juga mempunyai peran yang besar dalam melakukan ekspansi Turki Ustmani. Angkatan laut Turki Ustmani mencapai kejayaan pada abad ke 16. Tentara Turki Ustmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktuor utama kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa turki sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh pada peraturan, mereka mewarisi dari sifat nenek moyangnya di Asia Tenggara.
Untuk mengatur pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun Undang – undang (qanun) yang di beri nama Multaqa Al – Abhur, yang menjadi pegangan hukum kerajaan Turki Ustmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Karena sangan berjasa maka nama Sultan Sulaiman I ditambah gelar al – Qanuni.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Ustmani diantara ialah Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka mengambil pelajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja – raja. Kebudayaan Bizantium, mereka mengambil pelajaran tentang organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Sedangkan dari Arab mereka mengambil pelajaran tentang prinsip – prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf. Orang Turki Ustmani memang di kenal sebagai bangsa yang muda berasimilasi dengan bangsa asing, dan terbuka untuk menerima kebudayaan. Hal ini mungkin dikarenakan miskin budaya. Bagaimanapun, sebelum mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.
Sebagai negara militer, turki Ustmani lebih condong pada kegiatan dalam kemiliteran dari pada ilmu pengetahuan. Pada masa Sulaiman, di kota – kota besar dan kota – kota lainnya banyak dibangun masjid, sekolah,rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, vila, dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangun itu di kordinasi oleh Sinan, seorang arsitek asal Anatolia..
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peran besar dalam masalah sosial dan politik. Dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat islam sehingga, fatwa Ulama’ menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa Turki Ustmani, tarekat juga berkembang terutama, Bektasyi dan Maulawi. Kedua Tarekat ini sangat di anut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh besar dikalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering di sebut Tentara Bektasyi. Sementara tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Kajian ilmu agama boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti, Ulama’ hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya masa klasik.
Bagaimanapun, kerajaan Turki Ustmani banyak berjasa, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan ini pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan, kecuali dalam hal – hal yang bersifat fisik perkembangannya dibawah kemajuan politik, maka, negeri – negeri dan juga masyarakatnya yang sudah ditaklukan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, dan tidak banyak yang memeluk agama Islam.
B. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA
Ketika kerajaan Ustmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, kerajaan safawi sering berontak dengan kerajaan Turki Ustmani.
Kerajaan safawi menyatakan, syi’ah sebagai madzhab negara. Kerajaan ini dapat di anggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini di berinama Tarekat Safawiyah, yang berdiri hampir sama dengan berdirinya kerajaan Ustman. Nama safawiyah, diambil dari nama pendirinya yaitu Safi Al – Din (1252 – 1334) dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkah sampai menjadi kerajaan.
Safi Al – Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang ke enam, Musa Al – Kazhim.
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawi bertujuan memerangi orang – orang ingkar, kemudian memerangi golongan ahli – ahli bid’ah.
Pada masa kekuasaan Abbas I raja Safawi yang kelima, ini merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut (keadaan yang berbahaya) di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah – wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan yang lain pada masa raja – raja sebelumnya.
Kemajuan yang di capai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik saja, kemajuan – kemajuan itu antara lain adalah :
1. Bidang Ekonomi
Pada masa Abbas I ternyata stabilitas politik telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih lagi setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandara Abbas. Disamping sektor perdagangan, kerajaan Safawi mengalami sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di masjid istana yaitu : Baha Al – Din Al – Syaerazi ; generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al – Din Al – Syaerazi ; filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad ; filosof, ahli sejarah, teolog. Dalam bidang ini, kerajaan Safawi mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.
3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, Ibu Kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota ini telah berdiri bangunan – bangunan besar dan indah, seperti masjid – masjid, rumah – rumah sakit, sekolah – sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 masjid, 48 akademik, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.
Demikianlah kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang di segani oleh lawan – lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Kerajaan ini juga telah memberikan kontribusinya mengisi peradaban islam melalui kemajuan – kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung – gedung bersejarah.
C. KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi, jadi, diantara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termudah. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di india. Awal kekuasaan Islam di India terjadi pada masa Khalifah Al – Walid, dari dinasti Bani Umayyah.
kerajaan Mughal di india dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 – 1530), salah satu dari cucu Timur Lenk, ayahnya bernama Umar Mirza.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika umur 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukan Samarkand. Ketika akan menaklukkan Samarkand, ia mengalami kekalahan. Tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I, akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapa ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Ketika penguasa India, Ibrahim Lodi, mengalami krisis, sehingga stabilan pemerintah menjadi kacau, dan akhirnya meminta bantuan pada Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tanggal 21 April 1526 M, terjadilah perang yang dahsat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Ketika Zahiruddin Babur wafat usia 48 pada tahun 1530 M, ia memerintah selama 30 tahun, lalu pemerintahan selanjutnya di pegang oleh Humayun, putra sulungnya. Sepanjang kekuasaannya selama 9 tahun, ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah : pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, Bahadur melarikan diri dan Gurajat dapat di kuasai kembali. Pada tahun 1540 M, terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa lari ke Kandahar dan lanjut ke Persia. Di Persia ia menyusun strategi. Kemudian, ia menyerang musuh – musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M setelah itu ia wafat pada tahun 1556 M. Ia wafat karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.
Kemudian diteruskan oleh anaknya, yaitu Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda, maka, kerajaan diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa Akbar inilah kerajaan Mughal mencapai keemasannya.
D. PERBEDAAN KEMAJUAN MASA INI DENGAN MASA KLASIK
Pada masa kejayaan tiga kerajaan bersar ini, umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang di capai pada masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik islam jauh lebih kompleks. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaqlid pada imam – imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalaupun ada mujtahid, maka, ijtihad yang dilakukan adalah Ijtihad fi Al – Mazhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas – batas mazhab tertentu. Tidak ada lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri.
Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang di capai tidak setingkat dengan kemajuan yang di capai pada masa klasik, antara lain ialah :
1. Metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah metode berfikir tradisional.
2. Pada masa klasik Islam, kebebasan berfikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat Yunani. Namun, kebebasan tersebut menurun sejak Al – Ghazali melontarkan kirtikan tajamnya terhadap pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafut al – falasifah (kekacauan pada Filosofis). Nurcholish Majid mengatakan, pemikiran Al – Ghazali itu mempunyai efek pemenjaraan kreatifitas intelektual Islam.
3. Sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan dan karya – karya ilmiah, baik yang di terjemahkan dari baahasa Yunani, Persia, India, Syiria maupun bahasa lainnya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa Mongol kebeberapa pusat peradaban dan kebudayaan Islam.
4. Pusan – pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah Arab dan tidak pula oleh bangsa Arab. Di Safawi berkembang bahasa Persia, di Turki bahasa Turki, di India bahasa Urdu. Akibatnya, bahasa Arab yang sudah merupakan bahasa persatuan dan bahasa ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi dan bahkan menurun.
No comments:
Post a Comment