Allah Ta'ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى
وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا
"Dan sembahlah Allah serta jangan menyekutukan sesuatu
denganNya. juga berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan
kerabat, teman seperjalanan, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya yang
menjadi milik tangan kananmu." (an-Nisa': 36)
Allah Ta'ala berfirman pula:
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan namaNya
engkau semua saling menuntut hak dan peliharalah kekeluargaan." (an-Nisa':
1)
Allah Ta'ala berfirman :
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
Dan kami wajibkan
manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. {Al – Ankabut : 8}
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلا كَرِيمًا
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.{Al – lsra': 23}
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".{Al – isra’ : 24}
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ
لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” { Al – Luqman : 14}
Begitu banyaknya Firman – firman Allah SWT
yang menerangkan kewajiban kita untuk berbuat baik kepada orang tua terutama
kepada Ibu, yang telah mengandung kita dalam keadaan lemah, kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang menjadi kerabat, tetangga yang bukan
kerabat, teman seperjalanan, orang yang dalam perjalanan.
Dalam hadits Nabi SAW juga
menyebutkan kewajiban kita berbuat baik kepada Orang tua, sebagaimana sabdah
beliau berikut ini :
·
Dari Abu Abdirrahman iaitu
Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: Saya bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Manakah
amalan yang lebih tercinta di sisi Allah?" Beliau menjawab: "yaitu
shalat menurut waktunya." Saya bertanya pula: "Kemudian apakah?"
Beliau menjawab: "Berbakti kepada orang tua." Saya bertanya pula:
"Kemudian apakah?" Beliau menjawab: "yaituberjihad
fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
·
Dari Abu Hurairah r.a.
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak cukuplah seseorang anak
terhadap orangtuanya - sebagaimana imbangan jasa, kecuali apabila anak itu
menemui orangtuanya sebagai hamba sahaya, lalu membelinya kemudian
memerdekakannya." (Riwayat Muslim)
·
Dari Abu Hurairah r.a.
lagi, katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu
berkata: "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk saya
persahabati dengan sebaik-baiknya - yakni siapakah yang lebih utama untuk
dihubungi secara sebaik-baiknya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia
bertanya lagi: "Lalu siapakah?" Beliau menjawab: "Ibumu."
Orang itu sekali lagi bertanya: "Kemudian siapakah?" Beliau menjawab
lagi: "Ibumu." Orang tadi bertanya pula: "Kemudian siapa
lagi." Beliau menjawab: "Ayahmu." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan:
·
Dari Abu Hurairah r.a. pula
dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Melekat pada tanahlah hidungnya, melekat pada
tanahlah hidungnya, sekali lagi melekat pada tanahlah hidungnya - maksudnya
memperolehi kehinaan besarlah - orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di
kala usia tua, baik salah satu atau keduanya,
tetapi orang tadi tidak dapat masuk syurga - sebab tidak berbakti kepada orangtuanya." (Riwayat Muslim)
·
Dari Abdullah bin Amr bin
al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ada seorang lelaki menghadap Nabi
s.a.w. lalu berkata: "Saya berbai'at kepada Tuan untuk ikut berhijrah
serta berjihad yang saya tujukan untuk mencari pahala dari Allah Ta'ala."
Beliau bertanya: "Apakah salah seorang dari kedua orangtuamu itu masih ada
yang hidup?" Orang itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih
hidup." Beliau bersabda: "Apakah maksudmu hendak mencari pahala dari
Allah Ta'ala?" Ia menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Kalau
begitu kembali sajalah ke tempat kedua orangtuamu, lalu berbuat baiklah dalam
mengawani keduanya itu."(Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Muslim. Dalam
riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim lainnya disebutkan pula demikian: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi
s.a.w. lalu memohon izin kepada beliau untuk ikut berjihad, lalu beliau
bersabda: "Adakah kedua orangtuamu masih hidup?" Ia menjawab:
"Ya." Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, berjihadlah
dalam kedua orangtuamu itu - dengan berbuat baik dan memuliakan keduanya
itu."
·
Dari Asma' binti Abu Bakar
as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ibuku datang ke tempatku sedang
dia adalah seorang musyrik di zaman Rasulullah s.a.w. - yaitu di saat
berlangsungnya perjanjian Hudaibiyah antara Nabi s.a.w. dan kaum musyrikin, Kemudian
saya meminta fatwa kepada Rasulullah s.a.w., saya berkata: "Ibuku datang
padaku dan ia ingin meminta sesuatu, apakah boleh saya hubungi ibuku itu,
padahal ia musyrik?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ya, hubungilah
ibumu." (Muttafaq 'alaih)
Ucapan Asma': Raghibah artinya ialah ingin sekali
meminta sesuatu yang ada padaku. Ada yang mengatakan bahawa yang datang itu
benar-benar ibunya sendiri dari nasabnya, tetapi ada pula yang mengatakan
bahawa itu adalah ibunya dari susuan yakni yang pernah menyusuinya waktu kecil. Yang shahih ialah
pendapat yang pertama yakni ibunya sendiri.
Dengan dalil – dalil diatas tersebut marilah kita berbuat
baik kepada ke dua orang tua kita, meskipun orang tua kita bukan dari agama
islam, terutama berbuat baik kepada Ibu yang telah mengandung kita dalam
keadaan lemah. orang yang sempat menemui kedua orangtuanya di kala usia tua,
baik salah satu atau keduanya, tetapi
orang tadi tidak dapat masuk syurga, sebab tidak berbakti kepada orangtuanya.
Peran kita sebagain seorang anak ialah berkewajiban ta’at
kepada orang tua, selama perintah dan larangan orang tua kita tidak nyeleweng
dari Agama Allah SWT
Wallahu
a'lam.