11/20/12

Pesan pernikahan




وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya….{Q.S. Ar – Ruum : 21}

Khutbah atau pidato, sebagiannya bersifat wajib seperti khutbah jum’at dan sebagian yang lain bersifat sunnah seperti khutbah dua hari raya dan khutbah nikah ini. Sekalipun sunnah menurut terminology pada fuqaha, tetapi khutbah nikah adalah suatu yang disyariatkan oleh agama dan dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam masa kenabian beliau.

Inti khutbah adalah nasehat atau saling mengingatkan antara sesame ummat beriman agar menempuh jalan yang benar dalam hidup ini. Nasehat banyak macam ragamnya tetapi nasehat terbaik adalah yang berasal dari Allah dan Rasulullah. Dalam hal ini Rasulullah bersabdah : “Pembicaraan yang terbaik adalah kitab Allah, dan petunjuk terbaik adalah petunjuk Muhammad Rasulullah, perbuatan terburuk adalah perbuatan mengada dalam agama. Setiap perbuatan yang mengada – ada adalah bid’ah (penyimpangan). Setiap bid’ah adalah kesesatan.”{H.R. Bukhari}

Memperhatikan khutbah yang diberikan Rasulullah dalam berbagai kesempatan. Termasuk khutbah nikah, maka hal pertama beliau sampaikan setelah memuji Allah adalah wasiat taqwa. Beliau mengingatkan ummat beliau agar betul – betul bertaqwa dan jangan sampai meninggalkan dunia yang fanna ini kecuali dalam keadaan muslim yang menyerahkan dirinya kepada Allah.

Beliau membacakan firman Allah yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. {S. Ali Imran : 102}. Jadi ayat ini menerangkan untuk betul – betul bertaqwa dan tidak hanya asal bertaqwa. Kita di minta untuk bertaqwa sampai ketingkat maksimal.

Dalam kesempatan yang lain, beliau mengutip firman Allah yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. {Q.S. Al – Hasyr : 18}

Dalam ayat ini perintah bertaqwa di sebut dua kali karena penegasan. Yang di maksd hari esok adalah hari setelah kematian manusia atau hari akhirat. Keberhasilan hari esok ditentukan oleh prestasi hari ini di dunia. Ummat islam tidak hanya di minta untuk berhasil di dunia, tetapi juga di minta untuk berhasil di akhirat. Bagaimanapun pentingnya dunia, hari esok di akhirat lebih baik dari hari esok di dunia. Secara harfiyah, taqwa berarti takut pada Allah dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Perintah dan larangan itu ada di depan kita, dalam Al – Qur’an dan Sunnah Nabi-nya.

Suruhan dan larangan tersebut kadang – kadang disebut dengan istilah halal dan haram. Dalam sebuah sabdah Nabi SAW, beliau pernah bersabdah bahwa sikap atau perbuatan halal itu sudah jelas dan sikap atau perbuatan haram itu sudah jelas. Antara keduanya terdapat hal – hal yang diragukan.

Melakukan sesuatu yang tidak jelas halal – haramnya dapat terjatuh kepada yang haram, karena itu, beliau meminta untuk meninggalkan hal – hal yang meragukan dalam hidup ini. Bila tidak mengetahui suatu sikap atau perbuatan, apakah apakah halal atau haram, maka bertanyalah pada yang tau. Pepatah kita mengatakan bahwa malu bertanya sesat di jalan. Bertanya adalah pintu ilmu, orang yang tidak mau bertanya atau mempertanyakan hidupnya tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat.


No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner