11/14/12

HUKUM SHALAT IED DI ATAS KAPAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya zaman, bertambah pula hal-hal baru didunia ini.
Sekarang  ini banyak sekali fenomena kehidupan yang telah membuat manusia lupa akan jati dirinya sebagai hamba Allah SWT. Diantaranya ialah masalah shalat ied.
Shalat ied, ibadah sunnah yang dilakukan sekali dalam setahun, shalat ied ada dua macam yaitu shalat iedul fitri dan shalat iedul adha. Banyak kalangan mayoritas yang berpendapat bahwa shalat ied itu harus dilaksanakan di tanah lapang, adapula sekelompok kecil yang berpendapat bahwa salat ied boleh dikerjakan di masjid. Lalu bagaimanakah dengan pendapat baru tentang shalat ied yang dilaksanakan diatas kapal laut?.


1.2 TUJUAN PENULISAN
Karya tulis ini bertujuan untuk :

v Menjunjung tinggi syari’at ISLAM.


1.3 METODE PENULISAN
Karya tulis ini disusun berdasarkan metode study pustaka, yaitu merujuk kepada buku-buku, majalah-majalah, dan makalah-makalah yang  relevan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.


1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini menggunakan sistematika yang akan menjelaskan pada:
Bab I : membahas latar belakang, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : membahas definisi shalat ied, waktu pelaksanaan shalat ied, pandangan tentang shalat ied, dan shalat ied diatas kapal laut.
Bab III : membahas tentang hukum shalat ied diatas kapal laut.
Bab IV : merupakan kesimpulan yang berhubungan dengan karya tulis.












BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI SHALAT
Shalat, secara bahasa berasal dari kata :
الصلاة – والصلوة - الدعاء[1]
yang berarti do’a.

Secara istilah ialah :
Ibadah yang mengandung perkataan-perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.[2]

2.2 DEFINISI IED
Kata “Ied” menurut bahasa Arab menunjukkan sesuatu yang kembali berulang-ulang, baik dari sisi waktu atau tempatnya.
Kata ini berasal dari kata “Al ‘Aud” yang berarti kembali dan berulang. Dinamakan “Al ‘Ied” karena pada hari tersebut Alloh memiliki berbagai macam kebaikan yang diberikan kembali untuk hamba-hambaNya, yaitu bolehnya makan dan minum setelah sebulan dilarang darinya, zakat fithri, penyempurnaan haji dengan thowaf, dan penyembelihan daging Qurban, dan lain sebagainya.
Dan terdapat kebahagiaan, kegembiraan, dan semangat baru dengan berulangnya berbagai kebaikan ini. (Ahkamul ‘Iedain, Syaikh Ali bin Hasan).

2.3 DEFINISI SHALAT IED
Shalat ied ialah shalat sunnah dua rakaat yang dilakukan dengan berjama’ah di waktu dhuha, di hari raya sebelum khutbah dengan beberapa ketentuan.

2.2. PELAKSANAAN SHALAT IED
       
a.Shalat hariraya di lakukan sebelum khutbah dengan tidak memakai adzan dan iqamah.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ[3]

Dari Jabir bin Abdillah telah berkata: aku pernah bersama Nabi SAW. Di hari raya Nabi Saw memulai dengan shalat sebelum berkhutbah dengan tidak memakai adzan dan iqamah.(HR.Muslim).

b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan shalat ied dari tingginya matahari selebihnya 3 meter, seperti yang di riwayatkan oleh ahmad bin husain albanna dari hadits jundub:

قَالَ:كَانَ النَّبِيُّ ص يُصَلِّي بِنَا الفِطْرَوَالشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَالْلأَضْحَى عَلَى قَيْدِ رُمْحٍ.

“ Telah berkata Jundub adalah Nabi SAW. shalat hari raya fitri bersama kami diwaktu matahari tingginya sekitar dua tombak. dan (ia shalat) hari raya adha (diwaktu matahari) tingginya sekitar dua tombak “.(HR Ahmad bin Hasan).

2.3. PANDANGAN TENTANG SHALAT IED

Shalat ied adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, segala kaifiyahnya telah diatur dan dicontohkan oleh beliau.
Dalam pandangan umat muslimin, mayoritas berpendapat bahwa shalat ied itu dilaksnakan di tanah lapang, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits berikut :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ .......(رواه البخارى)[4]

“ Dari Said Alkhudri berkata : adalah Rasulullah SAW keluar pada hari fitri dan adha ke tanah lapang, dan mula-mula yang ia mulai ialah shalat, kemudian berpaling, lalu berdiri menghadap ke orang-orang, sedang orang-orang tetap bershaf-shaf, lalu ia menasehati dan menyuruh mereka....” (HR. Bukhari).

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّى..... (رواه البخارى)[5]

“ Dari Ummi Athiyah, ia berkata : kami diperintah membawa keluar wanita-wanita haidh dan anak-anak perempuan  di dua hari raya untuk menyaksikan jama’ah muslimin dan doa mereka, dan wanita haidh menjauh dari tempat shalat.....”(HR. Bukhari).

Kemudian ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah melaksanakan shalat ied di masjid :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ (رواه أبوداود)[6]

“ Dari Abi Hurairah, bahwasanya mereka kehujahan pada satu hari raya, maka Nabi SAW shalat hari raya bersama dengan mereka di masjid “(HR. Abu Daud).

Hadits tersebut diriwayatkan oleh imam Abu Daud, Ibnu Majah, Albaihaqi, dan Al Hakim. ke-4 mukharrij di atas bersumber pada seorang rawi yang bernama Isa bin Abdil A’la bin Abu Fawah, ia tidak dikenal sifat-sifatnya. Sebab itu haditsnya dinyatakan dhoif. Oleh karena hadits tersebut dhoif maka tidak bisa dipakai.

Shalat ied yang dicontohkan oleh Nabi SAW sampai wafatnya, begitu juga sahabat-sahabatnya adalah di tanah lapang, tempat yang terbuka, bukan dalam masjid, atau di- kawasan masjid.
Kawasan artinya daerah. Kawasan itu ada dua macam :

1.        Ada yang diwaqafkan untuk shalat yang kita namakan masjid.
2.        Ada yang tidak diwaqafkan untuk masjid, tetapi untuk keperluan lain-lain.

Kalau kawasan itu untuk shalat (seperti yang tersebut di no.1), berarti itu masjid, bukan lapangan yang dicontohkan oleh Nabi SAW. Masjid tidak mesti berbentuk bangunan atau beratap, seperti masjidil haram, kalau ied diadakan ditempat itu, berarti shalat ied dilakukan di masjid. Ini tidak ada contohnya dari Nabi SAW.
Kalau kawasan itu tidak diwaqafkan untuk shalat( seperti yang tersebut di no.2), berarti bukan masjid. Kalau ditempat ini diadakan shalat ied, boleh dikatakan shalat ied dilapangan, sekalipun tempat lapangan itu, tidak sama dengan yang Nabi SAW gunakan untuk melaksanakan shalat ied.[7]
Dari hadits diatas, telah nyata bahwa shalat ied itu dilaksanakan di tanah lapang, bukan dilaksanakan di masjid.

2.4. SHALAT IED DIATAS KAPAL

عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَافَرَ فَأَرَادَ أَنْ يَتَطَوَّعَ اسْتَقْبَلَ بِنَاقَتِهِ الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ ثُمَّ صَلَّى حَيْثُ وَجَّهَهُ رِكَابُهُ
“ Dari Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah Saw apabila dalam safar kemudian akan mengerjakan shalat sunnah, beliau menghadap dengan ontanya kearah kiblat, kemudian beliau shalat kemana saja menghadap kendarannya “

Memperhatikan hadits diatas, seolah-olah Rasulullah tidak shalat fardhu di atas kendaraannya. tetapi hadits berikut ini menunjukkan bahwa beliau bersama sahabatnya pernah pula shalat fardhu di atas kendaraannya.

عن يَعْلَى بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتَهَى إِلَى مَضِيقٍ هُوَ وَأَصْحَابُهُ وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ وَالسَّمَاءُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَالْبَلَّةُ مِنْ أَسْفَلَ مِنْهُمْ فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَأَمَرَ الْمُؤَذِّنَ فَأَذَّنَ وَأَقَامَ ثُمَّ تَقَدَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَاحِلَتِهِ فَصَلَّى بِهِمْ يُومِئُ إِيمَاءً يَجْعَلُ السُّجُودَ أَخْفَضَ مِنْ الرُّكُوعِ أَوْ يَجْعَلُ سُجُودَهُ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوعِهِ(رواه احمد)[8]

“ Dari Ya’la bin Murrah, dia berkata: Sesungguhnya Nabi SAW. bersama shahabatnya sampai ke suatu tempat yang sempit diantara dua bukit, beliau berada di atas kendaraannya, sedang hujan turun dan tanah pun becek. kemudian waktu shalat sudah tiba, beliau menyuruh adzan dan iqamah, sesudah itu Rasulullah SAW maju ke depan tetap di atas kendaraannya,beliau shalat mengimami mereka. beliau memperagakan(yaitu): menjadikan sujudnya lebih rendah dari ruku’nya “

Dengan tambahan keterangan sebagaimana telah disebutkan di atas, nyatalah bahwa baik shalat fardhu atau shalat sunnah boleh kita kerjakan di atas kendaraan.








































BAB III

HUKUM SHALAT IED DIATAS KAPAL

Pada asalnya shalat ied itu wajib kita kerjakan di tanah lapang seperti yang telah Nabi SAW contohkan.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ .......(رواه البخارى)[9]
“ Dari Said Alkhudri berkata : adalah Rasulullah Saw keluar pada hari fitri dan adha ke tanah lapang, dan mula-mula yang ia mulai ialah shalat, kemudian berpaling, lalu berdiri menghadap ke orang-orang, sedang orang-orang tetap bershaf-shaf, lalu ia menasehati dan menyuruh mereka....” (HR. Bukhari).

Tetapi, setelah melihat beberapa uraian diatas (pada bab shalat ied di atas kapal ), dapat kita istinbat hukum bahwa shalat diatas kapal laut itu mubah, karena suatu keadaan yang tidak memungkinkan bagi kita yang berada diatas kapal laut untuk melaksanakan shalat ied di tanah lapang, maka semua itu menjadi rukhsoh bolehnya kita melaksanakan shalat ied diatas kapal laut.
Dan perlu di ketahui bahwa karena melaksanakan shalat ied itu hanya sunnah maka kalau dharurat tidak perlu dilaksanakan apabila menyalahi sunnah rasul.



























BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan :

1.        Shalat ied dilaksanakan sebelum khutbah dengan tidak memakai adzan dan iqomah.
2.        Diperintah membawa keluar wanita haidh dan anak perempuan ke tempat sholat (tanah lapang).
3.        Waktu pelaksanaan shalat ied dari tingginya matahari selebihnya 3 meter.
4.        Shalat ied itu wajib dilaksanakan di tanah lapang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi saw.
5.        Shalat ied haram dilaksanakan di masjid.
6.        Shalat ied boleh dikerjakan di kapal laut.































DAFTAR PUSTAKA

Ø Al-Bukhari,Muhammad bin Ismail.1981.Shahih Bukhari.Darul Fikr
Ø An-Naisaburi,Muslim bin Hajjaj.1987.Shahih Muslim.Cairo:Darul Bayan
Ø Al-Azdi,Sulaiman ibnu Al-As’as.Sunan Abi Daud.Darul Fikr
Ø Ahmad bin Hanbal.Musnad Ahmad.Darul Fikr
Ø Sayyid Saabiq.1981.Fiqhus Sunnah.Beirut:Darul Fikr
Ø Munawwir,Ahmad Warson.1997.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya:Pustaka Progessif.


[1] Kamus Al-Munawwir
[2] Fiqih Sunnah,Bab Shalat.
[3] صحيح المسلم,الكتاب صلاة العيدين,الباب باب,رقم الحديثز1467
[4] صحيح البخرى,الكتاب الجماعة,الباب الخروج الى المصلى بغير المنبر,رقم الحديث.903
[5] صحيح البخارى,الكتاب الصلاة,الباب وجوب الصلاة في الثياب,رقم الحديث.338
[6]سنن ابي داود,الكتاب الصلاة,الباب يصلى باناس العيد في المسجد اذا كان يوم مطر,رقم الحديثز980
[7] al muslimun
[8] مسند احمد,الكتاب الشاميين,باب الحديث يعلى بن مرة الثقفى عن النبي,رقم الحديث.16915
[9] صحيح البخارى,الكتاب الجماعة,الباب الخروج الى المصلى بغير المنبر,رقم الحديث.903

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner