Oleh: Ahmad Fathullah, M.Pd
Pendahuluan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang kompleks dan multidimensional, tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga berdampak pada kondisi psikologis individu yang mengalaminya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan memengaruhi cara berpikir, motivasi, serta rasa percaya diri individu, terutama pada anak-anak dan remaja. Dalam konteks ini, pendekatan psikologi menjadi penting untuk memahami bagaimana individu yang hidup dalam kemiskinan merespon lingkungan sosialnya. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis kemiskinan dari sudut pandang psikologi kognitif dan humanistik, serta mengaitkannya dengan praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Semampir.
Tinjauan Teoretis
Pengertian dan Dampak Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi kekurangan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan layanan
kesehatan. Secara sosial, kemiskinan dapat menyebabkan keterpinggiran, stigma
sosial, dan keterbatasan akses terhadap kesempatan hidup yang lebih baik.
Dampaknya tidak hanya fisik, tetapi juga menyangkut psikologi individu,
terutama pada aspek perkembangan mental dan emosional.
Pendekatan Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif menekankan pentingnya proses mental dalam
memahami dan merespon lingkungan. Dalam konteks kemiskinan, individu sering
kali mengalami distorsi kognitif berupa rasa tidak berdaya, pola pikir negatif,
dan rendahnya harapan terhadap masa depan. Kemiskinan yang terus-menerus dapat
membentuk skema kognitif yang maladaptif, seperti keyakinan bahwa usaha tidak
akan mengubah keadaan.
Pendekatan Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik, terutama dari pemikiran Abraham Maslow,
melihat bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Namun,
kemiskinan sering kali menghambat aktualisasi diri karena kebutuhan dasar
seperti keamanan dan cinta tidak terpenuhi. Anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan cenderung kurang mendapat dukungan emosional dan penghargaan, yang
berakibat pada gangguan perkembangan identitas dan kepercayaan diri.
Sintesis Kedua Teori
Kedua teori ini memberikan perspektif yang saling melengkapi:
kognitif melihat bagaimana kemiskinan membentuk pola pikir, sedangkan
humanistik menekankan pentingnya pemberdayaan dan dukungan emosional. Dalam
pekerjaan sosial, pemahaman ini penting untuk merancang intervensi yang tidak
hanya bersifat material, tetapi juga menyentuh aspek psikologis.
Analisis dan Pembahasan
LKSA Muhammadiyah Semampir Semampir sebagai lembaga sosial yang
menaungi anak-anak yatim dan dhuafa menjadi ruang intervensi penting dalam
mengatasi dampak psikologis kemiskinan. Banyak anak dampingan yang datang dari
latar belakang keluarga miskin mengalami hambatan dalam berpikir positif dan
membangun kepercayaan diri. Dengan pendekatan kognitif, pekerja sosial membantu
mereka mengenali pikiran negatif, mengembangkan cara berpikir alternatif, serta
membentuk pola pikir yang lebih produktif dan realistis. Salah satu program yang
diterapkan adalah sesi konseling individu dan kelompok untuk membahas harapan,
tujuan hidup, serta latihan pengambilan keputusan yang rasional.
Sementara itu, pendekatan humanistik diterapkan melalui penciptaan
lingkungan asuhan yang hangat, penuh penghargaan, dan mendukung kebutuhan
emosional anak. Pekerja sosial di LKSA Muhammadiyah Semampir berupaya membangun
relasi yang empatik, mendengarkan aspirasi anak, serta memberikan motivasi agar
mereka memiliki mimpi dan percaya pada potensi diri. Kegiatan seperti bimbingan
belajar, keterampilan hidup, dan pemberdayaan ekonomi keluarga asuh juga menjadi
bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi diri mereka.
Implikasi Praktis bagi Pekerja
Sosial
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial
perlu memiliki pemahaman mendalam tentang aspek psikologis anak dampingan.
Mereka harus mampu mengidentifikasi pola pikir maladaptif akibat kemiskinan dan
menggantinya dengan intervensi kognitif yang tepat. Selain itu, pekerja sosial
juga harus menciptakan lingkungan sosial yang mendukung tumbuhnya harga diri,
rasa cinta, dan pengakuan terhadap anak-anak yang dibina. Kolaborasi dengan
keluarga, masyarakat, dan lembaga lain juga penting untuk memastikan kebutuhan
dasar anak terpenuhi dan mereka mampu berkembang secara utuh.
Penutup
Kemiskinan tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga
memengaruhi kondisi psikologis individu, terutama anak-anak. Dengan memahami
kemiskinan melalui pendekatan psikologi kognitif dan humanistik, pekerja sosial
dapat merancang intervensi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan. LKSA Muhammadiyah
Semampir menjadi contoh praktik yang mengintegrasikan aspek psikologis dalam
pelayanan sosial. Ke depan, pendekatan ini perlu terus dikembangkan agar
anak-anak dari keluarga miskin memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang
dan berkontribusi pada masyarakat.
Daftar Pustaka
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.
Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological
Review.
Beck, J. S. (2011). Cognitive Behavior Therapy: Basics and Beyond.
Guilford Press.
Nasikun. (2001). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Soetomo. (2006). Pekerjaan Sosial di Berbagai Bidang Pelayanan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Payne, M. (2005). Modern Social Work Theory. Palgrave Macmillan.
Corey, G. (2013). Theory and Practice of Counseling and
Psychotherapy. Cengage Learning.
Suparlan, P. (2003). Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: LIPI Press.
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
Departemen Sosial RI. (2005). Pedoman Teknis Pekerjaan Sosial Anak.
No comments:
Post a Comment