6/11/25

Analisis Masalah Sosial Kemiskinan dalam Perspektif Psikologi Kognitif dan Humanistik serta Implikasinya dalam Praktik Pekerjaan Sosial di LKSA Muhammadiyah Semampir Semampir

 

Oleh: Ahmad Fathullah, M.Pd

Pendahuluan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang kompleks dan multidimensional, tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga berdampak pada kondisi psikologis individu yang mengalaminya. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan memengaruhi cara berpikir, motivasi, serta rasa percaya diri individu, terutama pada anak-anak dan remaja. Dalam konteks ini, pendekatan psikologi menjadi penting untuk memahami bagaimana individu yang hidup dalam kemiskinan merespon lingkungan sosialnya. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis kemiskinan dari sudut pandang psikologi kognitif dan humanistik, serta mengaitkannya dengan praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Muhammadiyah Semampir.

Tinjauan Teoretis

Pengertian dan Dampak Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi kekurangan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan layanan kesehatan. Secara sosial, kemiskinan dapat menyebabkan keterpinggiran, stigma sosial, dan keterbatasan akses terhadap kesempatan hidup yang lebih baik. Dampaknya tidak hanya fisik, tetapi juga menyangkut psikologi individu, terutama pada aspek perkembangan mental dan emosional.

Pendekatan Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif menekankan pentingnya proses mental dalam memahami dan merespon lingkungan. Dalam konteks kemiskinan, individu sering kali mengalami distorsi kognitif berupa rasa tidak berdaya, pola pikir negatif, dan rendahnya harapan terhadap masa depan. Kemiskinan yang terus-menerus dapat membentuk skema kognitif yang maladaptif, seperti keyakinan bahwa usaha tidak akan mengubah keadaan.

Pendekatan Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik, terutama dari pemikiran Abraham Maslow, melihat bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Namun, kemiskinan sering kali menghambat aktualisasi diri karena kebutuhan dasar seperti keamanan dan cinta tidak terpenuhi. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan cenderung kurang mendapat dukungan emosional dan penghargaan, yang berakibat pada gangguan perkembangan identitas dan kepercayaan diri.

Sintesis Kedua Teori

Kedua teori ini memberikan perspektif yang saling melengkapi: kognitif melihat bagaimana kemiskinan membentuk pola pikir, sedangkan humanistik menekankan pentingnya pemberdayaan dan dukungan emosional. Dalam pekerjaan sosial, pemahaman ini penting untuk merancang intervensi yang tidak hanya bersifat material, tetapi juga menyentuh aspek psikologis.

Analisis dan Pembahasan

LKSA Muhammadiyah Semampir Semampir sebagai lembaga sosial yang menaungi anak-anak yatim dan dhuafa menjadi ruang intervensi penting dalam mengatasi dampak psikologis kemiskinan. Banyak anak dampingan yang datang dari latar belakang keluarga miskin mengalami hambatan dalam berpikir positif dan membangun kepercayaan diri. Dengan pendekatan kognitif, pekerja sosial membantu mereka mengenali pikiran negatif, mengembangkan cara berpikir alternatif, serta membentuk pola pikir yang lebih produktif dan realistis. Salah satu program yang diterapkan adalah sesi konseling individu dan kelompok untuk membahas harapan, tujuan hidup, serta latihan pengambilan keputusan yang rasional.

Sementara itu, pendekatan humanistik diterapkan melalui penciptaan lingkungan asuhan yang hangat, penuh penghargaan, dan mendukung kebutuhan emosional anak. Pekerja sosial di LKSA Muhammadiyah Semampir berupaya membangun relasi yang empatik, mendengarkan aspirasi anak, serta memberikan motivasi agar mereka memiliki mimpi dan percaya pada potensi diri. Kegiatan seperti bimbingan belajar, keterampilan hidup, dan pemberdayaan ekonomi keluarga asuh juga menjadi bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan aktualisasi diri mereka.

Implikasi Praktis bagi Pekerja Sosial

Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial perlu memiliki pemahaman mendalam tentang aspek psikologis anak dampingan. Mereka harus mampu mengidentifikasi pola pikir maladaptif akibat kemiskinan dan menggantinya dengan intervensi kognitif yang tepat. Selain itu, pekerja sosial juga harus menciptakan lingkungan sosial yang mendukung tumbuhnya harga diri, rasa cinta, dan pengakuan terhadap anak-anak yang dibina. Kolaborasi dengan keluarga, masyarakat, dan lembaga lain juga penting untuk memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi dan mereka mampu berkembang secara utuh.

Penutup

Kemiskinan tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga memengaruhi kondisi psikologis individu, terutama anak-anak. Dengan memahami kemiskinan melalui pendekatan psikologi kognitif dan humanistik, pekerja sosial dapat merancang intervensi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan. LKSA Muhammadiyah Semampir menjadi contoh praktik yang mengintegrasikan aspek psikologis dalam pelayanan sosial. Ke depan, pendekatan ini perlu terus dikembangkan agar anak-anak dari keluarga miskin memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang dan berkontribusi pada masyarakat.

Daftar Pustaka

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.

Maslow, A. H. (1943). A Theory of Human Motivation. Psychological Review.

Beck, J. S. (2011). Cognitive Behavior Therapy: Basics and Beyond. Guilford Press.

Nasikun. (2001). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Soetomo. (2006). Pekerjaan Sosial di Berbagai Bidang Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Payne, M. (2005). Modern Social Work Theory. Palgrave Macmillan.

Corey, G. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Cengage Learning.

Suparlan, P. (2003). Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: LIPI Press.

Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Departemen Sosial RI. (2005). Pedoman Teknis Pekerjaan Sosial Anak.

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner