6/8/25

Hari Tasyrik: Hari Makan, Minum, dan Berdzikir kepada Allah

Setelah gema takbir Iduladha berkumandang dan semangat berkurban merebak di tengah umat, datanglah tiga hari istimewa yang sering kali luput dari perhatian: Hari Tasyrik. Dalam kalender Islam, hari ini berlangsung pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, atau pada tahun 1446 H ini bertepatan dengan 7–9 Juni 2025 M.

Walau tidak sepopuler Hari Arafah atau Iduladha, Hari Tasyrik justru mengandung pesan spiritual yang sangat dalam. Ia bukan hanya menjadi kelanjutan dari ibadah qurban, tetapi juga menjadi momen untuk kembali menguatkan relasi ruhani dengan Allah melalui dzikir dan syukur.

---

Sabda Rasulullah ﷺ tentang Hari Tasyrik

Di antara hadis yang paling masyhur dan menjadi pedoman dalam memahami makna Hari Tasyrik adalah sabda Nabi Muhammad ﷺ berikut ini:

> عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ".
(HR. Muslim, no. 1141)
Artinya:
Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, “Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa pada hari-hari tersebut diharamkan berpuasa, karena merupakan bagian dari hari raya umat Islam. Tiga hari ini adalah bentuk kelanjutan dari perayaan Iduladha—momen untuk memperluas syiar kebaikan dan kesyukuran atas segala nikmat Allah.

---

Makna Hari Tasyrik dalam Perspektif Ibadah

Hadis di atas mengandung makna yang mendalam, yakni bahwa Islam tidak memisahkan antara kenikmatan duniawi dan tujuan ukhrawi. Rasulullah ﷺ mengaitkan aktivitas makan dan minum dengan dzikir, bukan sebagai sesuatu yang bertentangan, tetapi sebagai bentuk ibadah itu sendiri bila disertai dengan niat yang benar.

1. Hari untuk Tidak Berpuasa

Ulama sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik adalah haram, kecuali dalam keadaan tertentu yang diizinkan oleh syariat, seperti bagi jamaah haji yang tidak membawa hewan qurban. Hal ini membedakannya dari kebiasaan berpuasa sunah di hari-hari lain, karena pada momen ini umat Islam diperintahkan untuk menikmati nikmat Allah dengan penuh syukur.

2. Hari untuk Berdzikir

Kata “dzikir” dalam hadis tersebut bukan sekadar menyebut nama Allah, tetapi mencakup berbagai bentuk ibadah hati dan lisan, seperti:

Takbir Muthlaq dan Muqayyad, yang disunnahkan dibaca setelah shalat dan di sepanjang hari.

Tasbih, tahmid, dan tahlil dalam berbagai kesempatan.

Berdoa dan memperbanyak istighfar.


Hari Tasyrik menjadi kesempatan untuk memperkuat ruhani yang mungkin mulai lelah dalam kesibukan dunia.

---

Nilai Sosial Hari Tasyrik

Islam bukan hanya agama individu, tetapi juga agama sosial. Nilai-nilai Hari Tasyrik sangat relevan untuk memperkuat ikatan persaudaraan dan memperluas manfaat sosial di masyarakat. Di antaranya:

1. Distribusi Daging Qurban

Hari Tasyrik adalah momen pelengkap ibadah qurban, karena waktu penyembelihan masih terbuka hingga 13 Dzulhijjah. Oleh karena itu, distribusi daging kepada yang membutuhkan masih bisa dilakukan selama tiga hari ini. Semangat berbagi inilah yang menjadi ciri khas umat Islam.

2. Kebersamaan dan Silaturahmi

Dengan suasana makan dan minum yang dianjurkan, Hari Tasyrik mengajak umat untuk berkumpul, saling mengunjungi, dan mempererat silaturahmi. Kegiatan ini dapat menjadi sarana memperbaiki hubungan yang sempat renggang, atau memperkuat ukhuwah islamiyah dalam komunitas.

3. Menghidupkan Takbir di Tengah Masyarakat

Menggaungkan takbir di rumah, masjid, atau lingkungan adalah bentuk syiar Islam. Ini bukan hanya tradisi, tetapi juga bagian dari perintah Rasulullah ﷺ agar dzikir tidak pernah lepas dari lisan seorang muslim.

---

Mengapa Hari Tasyrik Perlu Dihidupkan Kembali?

Di tengah arus kehidupan modern yang serba cepat, banyak nilai-nilai keislaman yang mulai ditinggalkan, termasuk keistimewaan Hari Tasyrik. Padahal, bila dihayati dengan baik, Hari Tasyrik bisa menjadi momen:

Merehatkan jiwa dari beban kehidupan dan mengisinya dengan dzikir.

Meneguhkan syukur atas nikmat, baik materi maupun spiritual.

Menguatkan solidaritas sosial, dengan berbagi kepada sesama.


Dengan menghidupkan Hari Tasyrik, umat Islam bisa menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan sosialitas, antara nikmat dunia dan nilai akhirat.

---

Penutup

Hari Tasyrik adalah karunia dari Allah ﷻ, sebuah momen yang mengajarkan kita untuk menikmati hidup dengan penuh rasa syukur dan tetap terhubung dengan-Nya melalui dzikir. Ia adalah hari untuk makan, minum, dan berdzikir — bukan sekadar rutinitas, melainkan ibadah yang bernilai tinggi.

> “Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah.” — HR. Muslim

Mari hidupkan kembali Hari Tasyrik dalam kehidupan pribadi dan sosial kita, agar keberkahan Iduladha tidak berhenti pada penyembelihan, tapi berlanjut dalam syukur, kebersamaan, dan dzikir yang menggetarkan hati.


---

Daftar Pustaka

1. Muslim bin al-Hajjaj. Shahih Muslim, Hadis No. 1141.
2. Al-Nawawi. Syarh Shahih Muslim, Dar Ihya at-Turats.
3. Sayyid Sabiq. Fiqh as-Sunnah, Bab Qurban dan Hari Tasyrik.
4. Yusuf al-Qaradawi. Fiqh al-Ibadah.
5. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Tuntunan Ibadah Praktis.

No comments:


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA<><><><><>Semoga Kehadiran Kami Bermanfaat Bagi Kita Bersama
banner