Oleh : Ahmad Fathullah
Pendahuluan
Dalam praktik pekerjaan sosial, pemahaman terhadap perilaku manusia sangat krusial untuk merancang intervensi yang efektif. Salah satu teori yang relevan dalam memahami dinamika perilaku individu dalam konteks sosial adalah Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory). Teori ini menjelaskan bagaimana individu belajar melalui pengamatan terhadap lingkungan sosialnya dan bagaimana perilaku ditiru dari model-model yang ada di sekitarnya. Dalam konteks ini, pekerja sosial memegang peran penting sebagai fasilitator pembelajaran sosial, khususnya dalam pembentukan perilaku positif.
Pokok Pembahasan Teori Belajar Sosial
Teori Belajar Sosial menekankan bahwa perilaku manusia diperoleh tidak semata-mata melalui pengalaman langsung, melainkan melalui proses observasi, imitasi, dan modeling. Konsep ini bertolak belakang dengan teori behavioristik murni yang menekankan pada stimulus-respons dan penguatan. Dalam pandangan belajar sosial, individu belajar dengan mengamati orang lain dan menginternalisasi konsekuensi dari perilaku tersebut—baik berupa penguatan (reinforcement) maupun hukuman (punishment).
Adapun komponen utama dari teori ini mencakup:
-
Observational Learning (Pembelajaran melalui observasi)
Individu belajar dengan mengamati tindakan orang lain dan konsekuensinya. -
Modeling (Pencontohan)
Proses di mana seseorang meniru perilaku orang yang dianggap sebagai model, seperti orang tua, guru, tokoh agama, atau tokoh masyarakat. -
Self-efficacy (Efikasi Diri)
Keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk berhasil melakukan suatu tindakan atau mencapai tujuan tertentu. -
Reinforcement (Penguatan)
Baik positif (hadiah, pujian) maupun negatif (penghindaran hukuman), penguatan berfungsi memperkuat perilaku tertentu.
Tokoh Utama: Albert Bandura
Tokoh sentral dalam pengembangan teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikolog asal Kanada-Amerika. Melalui eksperimen terkenal yang dikenal sebagai Bobo Doll Experiment, Bandura menunjukkan bahwa anak-anak yang menyaksikan perilaku agresif terhadap boneka cenderung meniru perilaku tersebut, bahkan tanpa adanya penguatan langsung. Hal ini menegaskan bahwa manusia dapat belajar perilaku agresif (atau positif) hanya dengan melihat, tanpa harus mengalami langsung.
Bandura kemudian mengembangkan konsep self-efficacy, yang menekankan pentingnya keyakinan pribadi dalam mengarahkan tindakan seseorang. Dalam pekerjaan sosial, konsep ini penting untuk membangun kepercayaan diri klien terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah hidup.
Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pekerjaan Sosial
Dalam praktik pekerjaan sosial, teori ini memiliki implikasi yang luas dan strategis, di antaranya:
-
Modeling Positif oleh Pekerja Sosial
Pekerja sosial perlu menjadi teladan dalam bersikap dan bertindak. Perilaku, bahasa, dan sikap profesional akan ditiru oleh klien, terutama anak-anak dan remaja yang rentan. -
Modifikasi Lingkungan Sosial
Perubahan perilaku klien dapat dicapai dengan mengubah atau memperbaiki lingkungan sosialnya. Misalnya, menempatkan remaja dengan masalah perilaku ke dalam lingkungan dengan pengaruh sosial yang positif. -
Intervensi Berbasis Observasi dan Latihan
Menggunakan metode seperti role playing, simulasi, dan demonstrasi untuk membentuk keterampilan sosial dan emosional. Ini efektif dalam pelatihan keterampilan hidup bagi anak panti, pecandu, maupun penyintas kekerasan. -
Penguatan Positif dalam Program Intervensi
Penggunaan penguatan positif seperti pujian, hadiah sosial, atau pengakuan prestasi dapat memperkuat perilaku konstruktif klien. -
Pemberdayaan dan Penguatan Efikasi Diri
Pekerja sosial berperan dalam membangun efikasi diri klien melalui dukungan emosional, pelatihan bertahap, serta pengakuan terhadap setiap kemajuan kecil.
Contoh Aplikasi Praktik
-
Anak jalanan yang mengikuti program pelatihan keterampilan sering kali berhasil ketika mereka melihat model rekan sebaya yang lebih dahulu sukses dan mendapatkan apresiasi.
-
Pecandu narkoba yang berada dalam kelompok pendampingan bisa belajar dari mantan pecandu yang telah pulih dan kini menjadi relawan sosial.
-
Santri panti asuhan yang ditugaskan mengabdi di masyarakat menjadi model pembelajaran bagi adik-adiknya.
Kesimpulan
Teori Belajar Sosial memberikan kerangka penting bagi pekerja sosial dalam merancang strategi intervensi yang tidak hanya berbasis pada edukasi verbal, tetapi juga pada pembentukan lingkungan sosial yang kondusif untuk perubahan. Pekerja sosial harus memahami bahwa perilaku klien sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat dan alami dalam interaksi sosialnya. Oleh karena itu, menghadirkan model-model positif dan memperkuat perilaku yang baik merupakan inti dari strategi intervensi berbasis teori ini.
Daftar Pustaka
-
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
-
Bandura, A. (1986). Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
-
Zastrow, C., & Kirst-Ashman, K. K. (2016). Understanding Human Behavior and the Social Environment. Cengage Learning.
-
Nasution, S. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara.
-
Sudarwan Danim. (2012). Teori dan Filsafat Pendidikan. Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment